[2] Fake

114 27 17
                                    

Langit biru yang sangat cerah dan orang-orang yang berbahagia di sekitar Via seperti meledeknya. Via terduduk lesu di kursinya sambil menyumpahi langit yang sangat bertolak belakang dengan hatinya. Kenapa? Tentu saja masih karena masalah kemarin.

Cindy menghampiri meja Via yang berada dua meja disamping kanannya.

"Vi! Sorry yah kemaren gue gabisa dateng. Maaf yah weh. Gue disuruh ngukur dress buat acara kawinan enci gue."

Via sama sekali tidak merespon perkataan Cindy. Cindy menggoyang-goyangkan tubuh Via sambil meneriaki namanya. Tiba-tiba Via menghadap Cindy lalu memeluknya sambil menangis.

Cindy terkejut. Baru kali ini Via menangis di hadapannya. "Yaelah Vi, gue gadateng aja lu sampe nangis kejer gini." Sebenarnya Cindy tau ada yang aneh dari Via. Tidak biasanya via memeluknya bahkan menangis.

"Gimana acara ulang tahun lu kemaren?" Bukannya tangisan Via berhenti, Via malah tambah nangis. Cindy jadi yakin kalau Via nangis gara-gara acara ulang tahunnya kemarin.

"Vi. Itu ada cowo ngeliatin ke arah lu terus. Cowo lu?" Cindy memperhatikan laki-laki yang ada didepan pintu kelasnya. Sedangkan laki-laki itu memperhatikan Via yang sedang menangis di pelukan Cindy.

Saat tangisan Via sudah reda, Via perlahan-lahan menoleh ke arah pandangan Cindy. Via melihat ke Cindy seperti meminta persetujuan untuk ke sana.

Cindy tersenyum. "Lu harus cerita sama gue nanti."

Via mengangguk sambil pergi ke arah laki-laki itu. Laki-laki itu memperhatikan Via yang makin mendekat ke arahnya.

Sekarang Via berdiri tepat di depan laki-laki itu sambil memandang mukanya. "Lu Dino kan? Temennya si Christ? Ngapain lu daritadi ngeliatin gue? Seneng liat orang nangis yah?"

"Nama gue Dion. Bukan Dino."

"Oh iya Dion, lu ngapain kesini? Nyari siapa? Perlu gue panggilin?" Via memberikan rentetan pertanyaan pada Dion.

Dion hanya menggumam tidak jelas sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekitar sekolahan. Dion hanya melewati kelas Via dan tanpa sadar berhenti untuk melihat Via yang sedang menangis di pelukan temannya. Dion menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dan menatap Via lagi yang masih memandanginya dengan tatapan... Judes? Kesal? Tidak. Pandangan yang tidak bisa diartikan. Apakah dia marah? Senang? Sedih?

Tiba-tiba Via tertawa. 'Apakah dia senang?' Pikir Dion. "Lu aneh banget. Salting yah liat cewe imut kaya gue?"

Via melanjutkan tawanya. Dion hanya tersenyum melihat orang yang berada didepannya tidak menangis lagi.

♡♡♡

Via menghindari teman childhood nya karena kejadian itu. Kejadian dimana cinta pertamanya langsung hilang begitu saja. Sebenarnya bukan menghindari, hanya saja Via tidak sanggup untuk bertemu dengannya.

Karena itu, disinilah dia. Di cafe langganannya. Dihadapan cinta pertamanya yang hilang saat hari ulang tahunnya yang ke 15.

"Hmm Vi. Cuma perasaan gue doang apa lu emang ngehindarin gue dari hari ulang tahun lu itu?"

Via tidak menjawab. Apakah dia harus bilang 'Itu bukan perasaan lu. Gue emang ngehindarin lu.' Mustahil. Itu akan merusak hubungannya selama ini. Merusak hubungan teman masa kecil. Teman.

Via tertunduk sambil menggenggam tas yang berada di pangkuannya. Menahan tangis yang akan dikeluarkannya beberapa saat lagi.

Pintu cafe terbuka. Seorang pelanggan datang. Begitu pikir Via. Pelanggan yang datang itu duduk tepat disampingnya. Tentu saja Via tetap tidak mengangkat wajahnya. Christ akan bertanya mengapa muka via seperti menahan tangis.

Idiot 37Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang