3. Cries

77 2 0
                                    


   Cleo yang posisinya berada diatas panggung dan memainkan harpanya sesuai perintah pelatih sedikit terganggu konsentrasinya. Ya, Dennis memang menemaninya. Menyaksikannya berlatih harpa dari bangku penonton. Tapi hanya sesekali saja Dennis akan tersenyum memandangnya lalu kembali berkutat dengan ponsel.

Mylene.

Mendengar nama itu membuat pegangannya pada pinggiran harpa menguat.

Mylene yang membuat Dennis pergi mengendarai motornya dalam keadaan hujan lebat hanya untuk mengantarkan tas yang tertinggal di rumahnya. Di rumahnya? Kabar buruknya adalah Mylene anak kedua dari Tante Melsi. Yang bisa disimpulkan bahwa Mylene dan dirinya adalah sepupu. Sebelum Dennis meninggal, Ia bahkan mendengar sendiri bahwa gadis itu memanfaatkan Dennis untuk mendekati Axel─Kakak Dennis.

"Cleodine, Fokus!" Sang pelatih menegur. Lagu dilanjutkan dengan permainan solo Kena yang memainkan biolanya.

Latihan berakhir. Cleo menatap jari-jarinya yang terasa nyeri. Ada darah disana. Hari ini ia begitu emosional. Melihat Dennis, mengingat kematiannya, mengingat Mylene dan mengingat cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Apa Cleo salah dalam mengekspresikan cintanya pada Dennis?

Berlebihan kah?

Atau caranya yang salah dengan menjadi begitu Clingy?

Tapi kesempatan ini tidak datang dua kali, Ia tidak mau menjadi keledai bodoh yang menangisi kepergian Dennis untuk kedua kalinya.

Ya, Cleo harus memberitahu Dennis yang sebenarnya sebelum semuanya terlambat.

"Cleodine Ainsley!" Sapa Dennis. Menyodorkan sebotol minuman dingin kearahnya. Jus jeruk. Cleo bergeming.

"Yuk ke Café, abis itu nonton, kayaknya ada film baru"

Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir. Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir yang lumayan jauh Cleo terus diam tak mengucapkan sepatah katapun. Masih sibuk dengan pemikirannya.

"Lo kenapa sih Cle, semenjak tadi pagi lo aneh banget, Tadi juga main harpanya jelek banget, Lo tau kan lo gak bisa nyembunyiin apapun dari gue?"

Tidak ada panggilan "Ai" yang biasa digunakan, Dennis sedang serius kali ini.

"Emang lo merhatiin gue main harpa? Lo nya aja main hp mulu"

"Merhatiin lah, banget malah. Orang tadi cuma bales chat doang sebentar" Tandas Dennis. Hati Cleo menghangat mendengar itu.

"Ngapain juga cerita, kalopun gue cerita juga lo nggak bakal percaya" Balas Cleo sambil memainkan rambutnya yang menjuntai "Udah yuk ah laper nih"

Dennis mendesah pasrah, Setidaknya dia harus mengalah dengan sifat keras kepala Cleo.

***

"Ih Star Wars! Kok lo nggak bilang sih mau nonton ini? Ini lagi booming tau yang katanya di berita disiarin ada yang sampe bikin tenda di bioskop biar dapet tiketnya,"

Cleo berjingkrak-jingkrak, Tidak memerdulikan tatapan iri dari para pembeli tiket yang bahkan sudah mengantri panjang namun tetap kehabisan tiket Star Wars. Rasanya seperti Charlie yang mendapatkan tiket emas cokelat Willy Wonka, Juga seperti ada rasa bangga tersendiri bisa mendapat tiket ini tanpa perlu mengantri. Jelas saja Dennis senang melihat Cleo begitu gembira. Sangat sulit membuat gadis itu tersenyum akhir-akhir ini. Entahlah.

"Kok lo bisa dapet tiket ini,Den?"

Sembari menyerahkan Popcorn jumbo, Nachos dan segelas pepsi pada Cleo, Dennis menjawab " Itu, dari Mylene"

Whalien 52Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang