Part 3 ( Cowok Nomor Satu )

972 58 11
                                    

"Iya Vi. Ini juga gue lagi mau otw kerumah lo kok. Sabar napa!" Shilla tampak sibuk dengan ponselnya, apalagi tangannya yang lain juga sibuk memasukkan barang-barangnya kedalam tas. Saking sibuknya Shilla bahkan mengabaikan tatapan Mamanya yang kini sudah ada dimeja makan.

"Iya ini mau jalan! Oke, bye Vi."

Panggilan pun diakhiri, dengan cepat Shilla memasukkan ponselnya kedalam tas lalu menutup tas selempang yang ia kenakan. Saat hendak berjalan pergi, suara yang tidak asing justru terdengar.

"Ga sarapan dulu? Mama sengaja nunggu kamu loh."

"Shilla nanti sarapan sama Via aja. Lagian tumben Minggu pagi Mama ada dirumah. Biasanya ga kenal tanggal merah atau enggak pasti Mama sibuk dikantor." Sindir Shilla. Jujur saja semenjak kematian Papanya, Mamanya jadi super duper sibuk. Entah benar-benar sibuk bekerja atau apa. Shilla pun sudah tidak peduli lagi.

"Mama lagi pengen sarapan sama anak semata wayang Mama apa salah?"

"Shilla udah ditunggu Via. Mama sarapan aja sama Mbok Min, biasanya juga Shilla selalu sarapan sama Mbok Min!"  Ujar Shilla dengan menunjuk Mbok Min, asisten rumah tangga yang kini tengah menuangkan segelas air putih kegelas Winda. Mamanya Shilla.

Shilla segera berjalan pergi, mencoba mengacuhkan tatapan sedih milik Winda.

"Aduh, Gusti neng Shilla kenapa ngomong seperti itu. Nyonya yang sabar ya ngadepin Neng Shilla. Mbok ga percaya neng Shilla berani sampai ngomong seperti itu."

"Shilla keliatannya masih kecewa banget sama saya ya Mbok."

"Nyonya yang sabar ya, Mbok yakin nanti pasti Neng Shilla akan balik lagi kesifat yang dulu, saat masih ada Tuan."

Winda tersenyum getir. Apa mungkin Shillanya yang manis bisa kembali?

*

"Mana yang namanya Rio?" Tanya Sivia entah sudah keberapa kalinya,  gadis itu tampak sekali tidak sabar. Pasalnya sudah lebih dari dua jam mereka berada di GOR dan tidak menemukan sosok yang bernama Rio itu. Sivia tentu saja kesal. Apa benar sosok Rio itu nyata? Atau malah itu hanya imajinasi Ify dan Zevana saja lagi.

"Duh, mana ya? Zev lo liat Rio ga?" Tanya balik Ify pada Zevana.

"Enggak, mungkin dia hari ini absen kali."

"Shil, gimana dong ini? Kita sia-sia dong?" Bisik Sivia pada Shilla.

"Fy lo ga ada fotonya atau apa kek gitu yang bisa buat gue hapal muka dia jadi tugas gue bisa lebih gampang gitu." Tanya Shilla pada Ify yang tampak celingak celinguk mencari sosok Rio. Siapa tau aja Rio keselip gitu diantara teman-temannya.

"Ah, sebentar kayanya ada deh." Ify mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan satu foto pada Shilla.

"Kok burem gini fotonya?" Komentar Shilla begitu melihat hasil foto yang Ify tunjukkan. Difoto itu juga tampak tidak jelas objeknya. Blur, yang Shilla dapat pastikan hanya lokasi tempat difoto itu sama dengan lokasi tempat dimana mereka berdiri.

"Hehe itu foto diambil emang pas dia mau balik pulang Shil."

"Lah, trus jadinya gimana nih? Sia-sia dong kita kesini?" Protes Sivia yang sejak awal memang mengeluh karena perutnya sama sekali belum diisi apa-apa.

"Enggak juga Vi, liat banyak cowok cakep, mejeng aja dulu." Sahut Zevana dengan memandang cowok-cowok yang lagi asik main basket.

"Dih, males!"

*

"Rio? Anak Garcia? Gue kenal sih beberapa anak Garcia. Kalau lo mau ntar gue temenin buat nanya-nanya tentang Rio." Itulah ucapan Gabriel saat keesokan harinya disekolah Shilla menanyai tentang Rio, siapa tahu aja gitu ternyata Gabriel teman Rio. Mengingat Gabriel ini emang punya banyak teman dari sekolah lain.

"Lo aja deh yang nanya tentang Rio ama mereka."

"Lo ajalah Shil, lagian cowok itu anti gosipin sesama jenis. Emang kita cowok apaan."

"Yaelah. Gue malu tau, lagian emangnya kita mau langsung ke Garcia gitu? Gila, mana berani gue."

"Lo tau rental game online yang belakang sekolah itu kan? Nah mereka itu kalau jam segini hobi tuh mampir kesana. Kita kesana aja."

"Sekarang?" Tanya Shilla dengan memperhatikan arlogi berwarna hijau tosca ditangan kirinya.

Memang sih sekarang masih jam istirahat, tapi sepuluh menit lagi bel masuk akan berdering dan waktu sepuluh menit tidak akan cukup bagi Shilla untuk mengorek informasi tentang Rio. Itu artinya ia akan melewatkan jam pelajaran setelah jam istirahat.

"Iya. Lebih cepat lebih baik bukan?"

"Yaudah deh..."

Gabriel pun dengan cepat meraih tangan Shilla lalu mengajaknya berlari kearah belakang Sekolah, mereka akan melewati batas pagar sekolah terlebih dahulu setelah itu baru bisa melihat bangunan kecil berlantai satu yang menjadi markas anak-anak atau yang orang lain ketahui sebagai tempat rental game online.

Tanpa Shilla serta Gabriel ketahui, Pak Arthur, kepala Sekolah mereka mendengar semua ucapan mereka. Kepala Sekolah yang terbilang cukup muda itu pun menghela nafasnya dengan kasar dengan menatap kepergian dua muridnya itu.

"Ya, bolos sehari juga gapapa. Tapi kalau untuk kedua kalinya akan ada hukuman berat." Ucapnya dengan enteng.

"Rio? Maksud lo si Cowok nomor satu itu?"

Pertanyaan salah satu anak Garcia yang Shilla tahu merupakan teman Gabriel itu jelas memancing anak Garcia lain yang awalnya sibuk dengan komputer mereka menjadi mengalihkan sebentar tatapannya kearah Shilla. Kenapa sebentar? Karena mereka hanya menampilkan senyum geli kemudian kembali melanjutkan date spesial dengan komputer dihadapan mereka.

"Cowok nomor satu apa maksudnya?" Tanya Shilla tampak bingung.

"Ya maksudnya itu cowok nomor satu dalam hal pelajaran. Di Garcia peringkat satu dari kelas satu selalu diduduki Rio. Enggak ada tuh orang yang bisa ngalahin Rio. Jadi Rio selalu dijuluki Cowok nomor satu." Jelas anak Garcia yang tadi awal memperkenalkan dirinya dengan nama Ray.

"Lo deket sama Rio?"

"Rio itu deket bangetnya sama Alvin. Ya wajar, mereka kan teman dari SD. Kalau sama gue mah biasa aja." Shilla menganggukkan kepalanya pelan, seolah mengerti maksud Ray ini. "Kalau lo suka sama Rio dan berniat cari semua info tentang dia secara detail. Gue enggak bisa bantu. Tapi gue kasih info aja. Kamar Rio ada dilantai 4 yang menghadap langsung dengan lampu taman depan yang nomor 4 juga." Lanjut Ray dengan tersenyum menggoda.

Shilla mendelik, buat apa ia mencari tahu letak kamar Rio? Emangnya dia udah segila itu buat samperin Rio keasrama Garcia? Gila aja!

Wajah dengan tersenyum geli hampir Shilla lihat dari semua anak Garcia yang mendengar ucapan Ray itu, biarpun Shilla melihat tatapannya mereka masih fokus pada komputer dihadapan mereka tapi senyuman geli itu membuat Shilla merasa kalau mereka semua tengah menertawakannya. Sial sekali dirinya. Mana Gabriel yang katanya mau nemenin justru malah sibuk dengan komputer dihadapannya plus earphone dikedua telinganya. Yang seakan berkata kalau ia tengah sibuk dan tidak ingin diganggu! Dasar Gabriel!

Bersambung..

Queen of StalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang