Part 11 (Bonus?)

699 53 8
                                    

Sivia tahu Shilla itu mulai tidak waras sejak memegang kendali kasus anak Garcia yang Sivia malas sekali untuk menyebut namanya itu. Shilla yang ia kenal memang sebenarnya tidak waras sih, dengan kata lain otaknya rada-rada gesrek seperti dirinya. Namun tetap saja kini terasa semakin aneh.

Bagaimana bisa gadis itu tersenyum dengan wajah ceria setelah dua hari tidak masuk sekolah? Mana pakai acara lambai lambai tangan ke murid yang lain lagi! Memangnya dirinya siapa? Miss World?

Sivia benar-benar tidak habis pikir dengan otak cantik teman baiknya itu. Biar bagaimana pun juga kan Sivia khawatir saat tidak melihat Shilla selama dua hari plus satu hari karena hari Minggu mereka bahkan tidak pergi hangout bersama. Dan selama dua hari tidak masuk justru wajah bahagia yang ditampilkan gadis itu? Rasanya kan kesal kesal gimana gitu...

Untuk itu sebuah pukulan dikepala cantik temannya dirasa Sivia belum sebanding dengan perasaan khawatirnya!

Shilla harus hati-hati sepertinya.

Plak!

Nah kan baru disuruh hati-hati, udah kejadian kan?

"Siviaaaa! Sakit tau!" gerutu Shilla pelan dengan mengusap Puncak kepalanya pelan.

Sivia ini, baru juga Shilla masuk namun sudah disiksa sedemikiannya. Tidak tahu ya? Pukulan Sivia itu kan dahsyat, bisa bikin benjol selama lima hari.

"Kemana aja baru masuk, heh!" yang memukul bahkan lebih galak sekarang. Membuat Shilla sontak menekuk wajahnya. Namun baru lima detik ekspresi wajah gadis itu berubah ceria.

"Pertama gue habis kencan sama cowok nomor satu di Garcia! Dan kedua, gue habis kencan sama nyokap gue!" deretan gigi Shilla yang berbehel ditunjukkan penuh percaya diri kearah Sivia. Membuat Sivia sedikit bergidik melihat senyuman lebar temannya itu.

"Lo kencan sama anak Garcia itu? Dan... Tunggu! Lo udah baikan sama nyokap lo?"

Shilla menganggukkan kepalanya dengan pelan. Gadis itu masih dalam mode tersenyum lebar. Entah kenapa membuat Sivia ikut senang juga. Namun Sivia senang karena hubungan Shilla dan Mamanya membaik, bukan untuk kencan Shilla dan Rio.

(( Note : tulisan italic (miring) itu adalah flashback ))

Kalau bukan karena Rio yang mengantarkannya sampai depan pintu rumahnya dan menunggu hingga dirinya masuk kedalam mungkin Shilla memilih menginap kerumah Sivia atau Gabriel saja. Gapapa deh di gerebek sama tetangganya Gabriel toh yang penting dia ga bakalan berhadapan sama Nyokapnya lagi. Tapi sekali lagi karena Rio yang memaksanya untuk pulang membuat Shilla mau tidak mau akhirnya pun pulang juga.

Begitu sampai depan pagar rumahnya, Shilla memilih memandangi pagar bercat putih itu dibanding membuka pintu pagar. Membuat Rio mendesah pelan.

"Masuk sana. Ngapain diliat - liat udah kaya maling aja." sahut Rio.

"Enggak ada maling cantik kaya gue." sahut Shilla asal.

Rio mendecih pelan sebelum akhirnya pamit pulang. Sebenarnya Shilla sempat menahan Rio, masih meminta ups! ralat memohon lebih tepatnya agar Rio mau membawa serta dirinya. Namun dengan tegas Rio terus menolak. Lagipula Rio kan tetap laki-laki. Emangnya Shilla nggak takut apa sama dia?

Lima menit setelah Rio pulang, Shilla baru memantapkan hatinya untuk masuk kedalam rumah. Dengan langkah pelan ia memasuki kediamannya, disana terlihat Mama nya yang tengah terduduk disofa ruang tamu dengan wajah tertunduk. Begitu mendengar suara pintu tertutup. Kepala itu terangkat, menampilkan wajah lusuh dan bekas air mata disana. Kedua bola mata Mama melebar, dengan gerakan cepat wanita itu berjalan cepat bahkan setengah berlari kearah Shilla lalu memeluknya penuh sayang.

Queen of StalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang