Awal

492 14 9
                                    

(Kevin)

"Kevin, maju dan kerjakan soal nomor 2"
"Tapi pak? Kenapa selalu saya yang disuruh maju? Kenapa bapak nggak pernah nyuruh yang lain?"
"Karena menurut bapak kamu bisa mengerjakan soal. Cepat Kevin Anggara Wijaya, maju!"

Mau tidak mau, aku terpaksa maju. 'Dasar guru gila', aku terus menggerutuinya. Bagaimana tidak? Setiap pelajaran dengan pak Anwar, selalu aku yang ditunjuk. Padahal, jelas-jelas aku selalu tidak bisa menjawab. Hal ini membuat aku tambah membenci pelajaran matematika.

Seperti yang dikatakan pak Anwar, nama lengkapku Kevin Anggara Wijaya. Aku bersekolah di SMA di daerah Jambi dan duduk dikelas XII semester akhir. Jujur, aku termasuk siswa yg kurang pintar kalau soal hitung-hitungan. Sampai didepan pun aku hanya diam. 'Rumus apaan yg dipakai? Ahh, susah sekali'. Seperti tau apa yang kupikirkan, pak Anwar segera menceramahiku

"Ada apa Kevin? Kamu masih tidak bisa? Bapak kira kamu belajar dirumah, itulah alasan bapak menyuruh kamu maju terus sampai bisa agar kamu belajar".

Aku hanya bisa diam sambil menggaruk-garuk kepala, karena memang aku tak belajar.

"Yasudah, silahkan kamu keluar dan berdiri dibawah tiang bendera sambil hormat!"
"Kali ini, tolong ampuni saya pak. Saya janji saya akan belajar besok"
"Ya sudah, buktikan kalo kamu besok bisa. Tapi sekarang kamu harus tetap keluar dan berdiri di bawah tiang bendera!"

Sungguh, hari ini hari yang membosankan. Akupun berjalan malas keluar.

"Andre, silahkan kamu maju dan selesaikan soal nomor 2"
"Baik pak"

'Huuh, dia pasti bisa dan ga di hukum. Si andre kan pintar matematika'. Aku berdiri sambil hormat di bawah tiang bendera dan juga dibawah terik matahari. Jam 8 pagi hari ini terasa seperti jam 12 siang, begitu panas. Tak lama aku berdiri, ada sosok yang tak asing berdiri dan hormat juga disampingku. Aku melihat kesamping, 'Andre? Kok dia bisa keluar?'. Begitu heran aku melihat dia berdiri disampingku, biasanya dia jago matematika. Tapi, kenapa dia malah keluar juga?

"Eh ndre, lo kenapa keluar juga? Biasanya lo jago matematika?"
"Lagi pengen dihukum (katanya dengan nada cuek)"
"Hah? Dihukum kok malah seneng?"

Oh iya, aku sampai lupa. Andre adalah salah satu teman sekelasku. Dia adalah siswa yang paling 'keren' sih menurutku. Dia memiliki perawakan seperti Rio Dewanto, memiliki tinggi dan berat badan yg pas untuk remaja SMA. Sebelumnya, kenapa aku memujinya. Ya,karena dia good looking dan juga karena aku gay. Tetapi aku hanya senang saja melihatnya, tidak memiliki perasaan suka padanya. Ya karena dia juga adalah teman dekatku.

(Andre)

Dia terlihat sangat bodoh dan tidak tau apa-apa. Setiap pelajaran matematika selalu tidak bisa mengerjakannya. Akibatnya, dia dihukum. Menurutku, pelajaran ini sangat mudah.

Aku Dwi Andrean, panggilanku Andre. Aku sudah lama dekat dengan kevin, ya dari kelas 2 SMA sebenarnya. Aku tak tau sejak kapan aku dekat dengannya. Mungkin, sejak aku menyelamatkan hidupnya dari maut (bisa dibilang gitu sih). Waktu itu, aku menyelamatkan Kevin dari preman tukang 'palak' uang. Sore bahkan hampir malam setelah SMA selesai mengadakan kegiatan pramuka, Kevin pulang sendiri dengan mengendarai sepeda pixie nya. Saat itu, aku yang menggunakan sepeda motor tak sengaja melihatnya. Waktu itu aku sama sekali belum mengenalnya. Akupun segera menghajar preman itu (kebetulan premannya sendiri). Aku dan Kevin pun berteman sejak saat itu.

"Andre, silahkan kamu maju dan selesaikan soal nomor 2"
"Baik pak".

Karena kasihan melihat Andre sendirian, aku sengaja tidak bisa menjawab soalnya. Alhasil akupun dihukum juga. Aku segera berdiri dibawah tiang bendera dan memberikan tanda penghormatan,

Feel LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang