Continue...
"Aargh.."
Seungcheol terduduk di ranjangnya. Keringat mengucur deras dari pelipis Seungcheol. Mimpi buruk. Seungcheol benci tertidur karena setiap tertidur dia akan mimpi buruk. Entah apa yang ada dalam mimpinya yang jelas dia akan selalu terbangun dengan keadaan ketakutan dan berkeringat dingin.
Seungcheol melihat ke arah jendela. Sudah pagi. Ini pagi natal. Seungcheol segera beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Sepertinya Seungcheol butuh keramas untuk menghilangkan stres.
"Selamat pagi Yoon. Ini pagi natal. Selamat natal." Sebelum mandi Seungcheol menyempatkan mencium kening Jeonghan yang terbaring di sampingnya.
Setelah selesai mandi Seungcheol pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya dan Jeonghan. Namun saat asyik membuat sarapan dia mendengar suara bel apartemennya berbunyi.
"Siapa sepagi ini sudah bertamu?"
Seungcheol merasa sedikit aneh karena selama ini tidak ada yang bertamu ke apartemennya. Mungkin itu Joshua tetangga yang membantunya kemarin ingin mengucapkan selamat natal, pikirnya.
"Iya sebentar."
Seungcheol meletakkan sandwich nya dan berjalan menuju pintu untuk membukanya. Dan setelah pintu itu terbuka Seungcheol sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Ada banyak orang di depan kamar apartemennya. Dan itu membuat Seungcheol mematung. Nafasnya tercekat, tubuhnya bergetar.
"E..eomma.. A..appa.."
"Seungcheol-ah." Ibu Seungcheol menangis melihat putra satu-satunya itu kini berdiri di hadapannya setelah selama ini menghilang.
"Eommonim.. Abeonim.." terdapat ayah dan ibu Jeonghan juga disana.
"Jo.. Joshua.." Seungcheol melihat ada Joshua di antar kerumunan itu.
"Agen Joshua Hong dari pusat intelegensi kepolisian New York. Aku datang untuk menangkapmu." Joshua menunjukkan kartu identitas kepolisiannya pada Seungcheol.
"Jadi selama ini kau memata-mataiku Josh?"
"Aku tidak memata-mataimu. Hanya kebetulan kita tinggal di apartemen yang sama. Itu memudahkanku untuk menangkapmu."
"Kau licik!"
"Kau ditangkap karena tuduhan membawa lari dan menyembunyikan jasad Yoon Jeonghan."
Mendengar kata jasad Yoon Jeonghan, ibu Jeonghan langsung menangis histeris.
"Kalian semua, geledah apartemen Choi Seungcheol. Dan bawa jasad Yoon Jeonghan ke mobil ambulance di bawah." Perintah Joshua pada anak buahnya.
"Siap komandan!"
Beberapa orang berseragam kepolisian lengkap dengan senjata di tangannya melesak masuk apartemen Seungcheol. Dan Seungcheol tidak berkutik sedikitpun.
"Seungcheol-ah kenapa kau melakukan ini nak? Kenapa? Kenapa kau melakukan semua ini?" Ibu Seungcheol yang sudah tidak bisa menahan amarahnya menangis histeris dan memukuli tubuh Seungcheol.
"Apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti ini? Apa kau sudah tidak menyayangi eomma dan appa lagi ha?"
Seungcheol tak bergeming sedikitpun. Bahkan saat ayahnya menamparnya dengan sangat keras.
"Pria macam apa kau ha? Melakukan hal bodoh seperti ini. Apa yang ada dipikiranmu? Apa kau sudah gila?" Ayah Seungcheol mengeluarkan bentakan yang cukup keras.
"Aku mencintai Jeonghan, appa. Aku mencintai Yoon Jeonghan!" Balas Seungcheol dengan teriakan yang sama kerasnya.
"Seungcheol sadar sayang, sadar. Yoon Jeonghan sudah meninggal. Dia sudah meninggal." Ibu Seungcheol mengguncang- guncangkan tubuh Seungcheol berharap anaknya itu segera sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LAST CHRISTMAS (SeungcheolXJeonghan)
Fanfiction"Lalu untuk natal tahun depan kau mau hadiah apa dariku?" -Seungcheol- "Tahun depan kita sudah lulus dari high school. Bagaimana kalau kita menghabiskan malam natal di New York?" -Jeonghan- "Kenapa harus New York? Kenapa tidak ke Inggris? Kulihat di...