Chapter 1

601 21 1
                                    

"Ran, untuk kelulusanmu..!" Sinichi menyodorkan sebuah kotak kecil yang dibungkus kertas kado bermotif bunga sakura. "A..Arigatou Sinichi.." Ran menerima kotak kecil itu dengan sedikit gugup. "Ran, sayonara.. !!" Sinichi tersenyum dan berlari menjauhi Ran. "Sinichi..!! Sinichi..!!" Ran hanya bisa berteriak memanggil Sinichi. Kakinya terasa berat untuk melangkah. Air mata Ran jatuh melihat Sinichi yang semakin jauh. "Sinichi....!!!!"

"Sinichi....!!!!" Ran terbangun dari tidurnya. Sudah enam tahun berlalu sejak upacara kelulusan, tapi masih belum juga ada kabar dari Sinichi. Lelaki bertubuh tegap, jenius, dan perhatian. Sosok sempurna dimata Ran, teman masa kecilnya. Entah hubungan apa yang mereka miliki. Teman masa kecil? Atau telah berubah menjadi status yang lain. Mungkin hanya mereka yang tahu. Kepergian Sinichi yang tiba-tiba membuat Ran sedih, tapi dalam hatinya Ran terus berusaha menunggu. Menunggu? Sampai kapan bahkan Ran tidak tahu. Yang terpenting baginya, ia hanya ingin Sinichi kembali. Kapan pun itu dan apa pun keadaannya, Ran akan terus menunggu.

"ddrrrtttt...ddrrttt...ddrrrttt..." Ran mengambil handphonenya yang ditaruh di atas meja. Masih terlalu pagi untuk sebuah panggilan hari ini. Panggilan itu dari Sonoko, teman SMA Ran. "Sonoko, ada apa?" Suara Ran terdengar sangat khawatir. Karena tidak biasanya Sonoko menghubunginya pagi-pagi sekali. "Ran... Sinichi... Dia akan kembali dari Amerika..!!" Ran terdiam mendengar berita itu dari Sonoko. 'Sinichi, kembali?' Ran hanya bergumam dalam hati. Airmatanya menetes, dia sangat bahagia tapi juga takut. "Ran??" Suara Sonoko membuyarkan lamunan Ran. "Ran, aku akan segera ke rumahmu. Jangan kemana-mana. Akan aku ceritakan semuanya!" Ran menutup telponnya. Dia hanya bisa berharap pagi ini adalah nyata, dan bukan mimpi atau imajinasinya.

"Braaakkk!!!" Sonoko membuka pintu rumah Ran tanpa mengetuknya. Ran tetap terkejut walau itu sudah menjadi kebiasaan Sonoko. "Ran.. Sinichi kembali Ran.." Ran mengambil napas dalam-dalam. "Dari mana asal berita itu, Sonoko? Sudah lama Sinichi pergi dan tidak ada kabar.." Suara Ran semakin lirih. Ia masih tidak percaya perkataan sahabatnya itu. "Tadi pagi, Kazuha menelponku. Katanya, Sinichi akan kembali minggu depan dari Amerika bersama Heiji." Ekspresi wajah Ran terlihat masih belum mempercayai berita itu. "Ran, Kazuha dan Heiji sudah sepakat untuk mengadakan pesta kepulangan Heiji dam Sinichi disalah satu villa Heiji. Mereka mengundang kita berdua. Ah, iya. Sinichi juga sudah pasti datang.. Jadi persiapkan dirimu Ran." Sonoko memeluk Ran, Ia terus berusaha meyakinkan Ran bahwa Sinichi akan pulang dan bertemu dengannya. "Persiapkan dirimu Ran, aku akan menjemputmu minggu depan. Huh, kenapa jadi aku yang deg-degan? Nah Ran, aku pulang dulu. Jaga kesehatanmu." Sonoko berpamitan dan pergi meninggalkan Ran sendiri.

---

Waktu berjalan dengan sangat lambat, atau mungkin sangat cepat. Sampai hari ini, perdebatan dalam hatinya selalu mengusik ketenangannya. Dalam pikirannya, ia percaya bahwa Sinichi tidak mungkin kembali, tapi dalam hatinya ia percaya bahwa Sinichi akan kembali. 'Besok, apa aku benar-benar akan bertemu dengan Sinichi?' Sambil merapikan pakaian yang akan dibawanya besok, Ran terus bertanya-tanya. Bagaimana jika itu bukan Sinichi? Atau bagaimana jika itu benar-benar Sinichi. Airmatanya terjatuh lagi. Setelah enam tahun berlalu tanpa Sinichi, Ran terlihat semakin tegar. Tapi tetap saja, Ran adalah seorang perempuan yang cengeng jika itu berurusan dengan perasaan.

"ddrrttt...dddrrrttt...dddrrrrtttt...dddrrttt..." Ran mengambil handphonenya dan menjawab panggilan dari Sonoko. "Ah.. Sonoko, ada apa?" Sejenak Ran berhenti membereskan pakaiannya. "Ran, siap-siap ya. Besok kau akan bertemu dengan pangeranmu. Ahahahahah..." Telpon itu seketika diputus oleh Sonoko. "Sonoko!!! Kau selalu menggodaku!" Ran berteriak dengan suara yang cukup keras. "Ran? Ada apa?" Terdengar suara ayah Ran dari luar. "E..em.. Tidak ada apa-apa. Maaf sudah berteriak.." Ran menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Huh, sudah malam. Lebih baik aku tidur saja daripada harus memikirkan hal yang tidak-tidak."

Malam telah berlalu berganti pagi, dan Ran semakin cemas menanti Sonoko menjemputnya. Pertanyaan-pertanyaan yang sama terus memutari kepalanya. Sesekali ia menghirup napas dalam-dalam. "Brraakkkk!!" Lagi-lagi Sonoko membuka pintu rumah Ran keras-keras. "Sonoko! Kau mengagetkanku!" Sonoko tersenyum melihat Ran. "Tuan putri, apakah anda sudah siap bertemu pangeran? Ahahahhah" Sonoko mencoba menggoda Ran, dan Ran hanya diam melihat tingkah temannya itu. "Ran, gomen.. Ahahaha... Ayo berangkat!" Ran mengangguk dan segera meraih tasnya. Diluar, Kazuha sudah menunggu mereka. "Ran, Sonoko!" Kazuha melambaikan tangannya. "Kazuha.." Ran dan Sonoko mempercepat langkahnya menuju Kazuha. "Are? Dimana Heiji dan Sinichi?" Sonoko mengamati sekitar. "Ah.. Heiji dan Sinichi akan menyusul kita. Mereka langsung pergi ke villa. Perjalanan hari ini akan menjadi perjalanan terlama bagi Ran.

---

Pukul 3 sore mereka sampai di villa. Pemandangan sekitar begitu indah dan asri. Suasana pelosok pedesaan yang sepi dan sejuk. Sangat berbeda dengan perkotaan yang penuh sesak. Pepohonan tumbuh mengelilingi villa menjadi penyangga sangkar burung-burung yang berkicau saling bersautan. Ran, Sonoko dan Kazuha terlihat sangat senang dengan suasana disana. Mereka segera masuk ke dalam villa itu. Tidak ada siapapun di villa milik Heiji. Sesuai pesan Heiji, Kazuha mengantar Sonoko dan Ran menuju kamar mereka. "Ran, Sonoko, kalau sudah selsai beres-beres tolong bantu aku di dapur ya.. Tolong bantu aku menyiapkan makan malam." Ran dan Sonoko mengangguk mengiyakan permintaan Kazuha.

"Kazuhaa..." Ran dan Sonoko menghampiri Kazuha yang tengah sibuk memotong sayur. "Ah, Ran, Sonoko.." Kazuha menoleh ke arah Ran dan Sonoko. "Aku baru ingat. Di tempat ini tidak ada sinyal. Jadi kita tidak bisa menghubungi siapa-siapa." Ran terlihat sedikit terkejut, namun berbeda dengan Sonoko yang justru terlihat senang. "Saat ini kita sedang liburan.. Jadi menurutku memang lebih seru tanpa sinyal." Sonoko mengambil wortel dan mencucinya. "Mari lanjutkan memasak." Kazuha dan Ran mengangguk.

"Wah, nanti malam kita berpesta... Makanan disini banyak dan kelihatan enak. Kazuha memang calon istri yang baik.." Kata Sonoko sambil Mengelilingi meja makan yang penuh dengan makanan. "Oee... Kazuha!" Terdengar suara Heiji berteriak memanggil Kazuha. "Sepertinya mereka sudah datang. Heiji!! Di meja makan!" Kazuha membalas teriakan Heiji. Tak berapa lama Heiji sudah berada di meja makan bersama Ran, Kazuha dan Sonoko. "Dimana Sinichi? Apa laki-laki itu tidak jadi pulang?" Sonoko bertanya dengan nada sebal pada Heiji. "Dia ikut, tapi dia ingin mengganti pakaian dulu. Mungkin sebentar lagi dia akan muncul juga." Heiji menjawab pertanyaan Sonoko. Disisi lain, terlihat wajah Ran yang semakin tegang.

Sudah setengah jam mereka menunggu Sinichi di meja makan. Tapi belum juga ada tanda-tanda kehadiran Sinichi. Ran terlihat sangat khawatir dan tidak tenang. "Ano.. Aku akan memanggil Sinichi." Kazuha pergi meninggalkan meja makan. "Heiji!!!" Terdengar suara teriakan Kazuha dari lantai atas. Heiji bergegas menuju sumber teriakan Kazuha disusul Ran dan Sonoko.

"Kazuha! Ada apa?" Heiji terlihat khawatir. "Sinichi mengunci pintu, dan aku panggil dari tadi tidak ada jawaban. barusan aku mendengar ada suara seperti orang yang jatuh." Heiji segera mendobrak pintu kamar itu. Mata Heiji terbelalak melihat pemandangan di kamar Sinichi. "Sin..ni..chi.." Ran dan Sonoko yang baru saja sampai di depan pintu ruangan itu seketika terdiam. "Awas Kazuha!" Heiji mendekati tubuh berlumur darah yang tergeletak di lantai. Ia memeriksa denyut nadi Sinichi. "Sinichi, dia sudah pergi." Suara Heiji semakin lirih. "Sinichi!!!!" Seketika tangis Ran pecah. Teriakan yang diselimuti kesedihan mendalam dari Ran.

-To Be Continue-

NamidaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang