Chapter 2

504 26 5
                                    

Malam itu, hujan turun dengan deras. Sonoko masih menemani Ran di kamarnya. "Sonoko, padahal baru saja aku akan bertemu dengan Sinichi lagi. Tapi, dia justru pergi." Sonoko memeluk Ran yang terisak. "Ran, kuatkan dirimu. Aku tau ini berat, tapi.. Ran perempuan yang kuat. Jika kau ingin menangis, menangislah hingga kau puas. Jika kau ingin menjerit, menjeritlah dengan keras." Ran memeluk temannya itu dengan erat. "Arigatou Sonoko."

Satu jam berlalu, Ran kembali menuju kamar tempat tubuh Sinichi terbujur kaku. "Ran!" Kazuha mendekati Ran. "Heiji, Sinichi?" Ran mencoba menjadi lebih kuat dari sebelumnya. "Aku sudah mencoba untuk menyelidiki. Tapi tidak ada bukti apapun. Disini juga tidak ada sinyal, hujan juga sangat deras. Tidak mungkin kita bisa menghubungi polisi." Ran mencoba menahan tangisnya. "Ran, gomen. Harusnya aku tidak mengajak Sinichi kesini..." Heiji menunduk dan menampakkan wajah yang penuh penyesalan sembari menutupi tubuh Sinichi dengan kain. Airmata Ran kembali menetes membasahi pipinya. 'Sinichi, aku berharap lelaki didepanku bukanlah kau.'

Heiji, Kazuha, Sonoko dan Ran, mereka berempat masih berada di ruangan itu. Sesekali terdengar suara sesenggukan Ran. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Meninggalkan Sinichi? Tidak mungkin. Masih ada kemungkinan Sinichi dibunuh. Mereka tidak ingin si pelaku bebas. "Sonoko, menurutku ini aneh.." Terdengar suara Ran yang tak seberapa keras. "A..Aneh? Maksudmu Ran?" Sonoko menoleh le arah Ran. "Entahlah Sonoko, tapi aku merasa.. dia bukan Sinichi." Suara Ran lirih. "Atau mungkin, aku belum bisa menerima kepergiannya.." Mata sembab Ran kembali mengeluarkan air mata. "Ran..." Sonoko memeluk Ran dengan niatan menenangkan Ran.

"Aaahhh... Rupanya sia-sia aku menyamar. Kudo! Keluarlah!" Sinichi, ah bukan. Seseorang dibalik kain itu bangun dan segera membuka lemari yang berada di sebelah tempat tidur. Ran dan Sonoko terlihat sangat shock. Berbeda dengan Kazuha dan Heiji yang justru tersenyum kecil. Lelaki itu membuka pintu lemari. "Nah Kudo. Lihat! Dia bahkan tau jika aku bukan seorang Kudo Sinichi." Ran dan Sonoko semakin terkejut saat pintu lemari itu terbuka. Dua orang yang memiliki wajah sangat mirip. "Kau.. Siapa?" Ran bertanya pada laki-laki itu. "Ah, perkenalkan nona. Namaku Kuroba Kaito. Suatu kehormatan bisa berkenalan denganmu." Sonoko masih terdiam memaku ditempatnya berdiri. Heiji menghampiri Sinichi yang duduk di dalam lemari. "Sinichi, lihat.. Masih ada seseorang yang menunggumu pulang." Sinichi keluar dari lemari itu, Ia menuju ke tempat Ran berdiri. "Ran.. Gomen.." Ran terdiam dan menundukan kepalanya. Airmatanya yang jatuh menghiasi pipinya. Sinichi segera meraih tubuh Ran dan memeluknya erat. Suara tangisan Ran terdengar jelas dalam pelukan Sinichi. "Sinichi.. Apa-apaan ini semua?"Sinichi hanya terdiam mendengar pertanyaan Ran.

"Ano.. Ran.. Gomen.." Kazuha membungkukkan badannya. "Sebenarnya, ini semua adalah ideku. Tolong jangan salahkan Sinichi. Aku hanya ingin kalian bertemu lagi." Heiji menepuk pundak Kazuha. "Ran, sebenarnya aku yang menyusun rencana ini bersama Kaito. Kaito adalah teman kami di Amerika. Aku juga terkejut saat pertama kali bertemu dengan Kaito. Wajahnya sangat mirip dengan Sinichi. Terlebih lagi, kami sama-sama berasal dari Jepang. Ah, aku lupa. Kembali ke cerita. Awalnya memang Sinichi datang bersamaku. Tapi saat sampai disini, aku mengajaknya ke kamar terlebih dahulu. Kaito yang sudah datang sejak siang menunggu di kamar. Saat kami masuk, Kaito dan aku memaksa Sinichi agar mau mengikuti permainan ini. Awalnya dia tidak mau..." Perkataan Heiji terputus dan disambung oleh Kaito. "Tapi, setelah meyakinkan Kudo dengan berbagai macam trik sulapku dan menjelaskan jika ini dilakukan untukmu, dia akhirnya mau." Sonoko yang sedari tadi diam memaku tak ingin ketinggalan cerita, Ia mendekati Kazuha. "Arigatou Ran, karena sudah menungguku selama ini." Kembali Sinichi memeluk Ran. "Sinichi!! Baka!! Aku kira kau benar-benar mati. Saat kau pergi, meskipun tidak ada kabar sedikitpun, aku masih bisa berharap kau kembali. Tapi jika kau mati, aku.. aku tidak bisa..." Sinichi tersenyum kecil sambil memeluk Ran yang tengah menangis. "Ne, karena kita sudah berkumpul, mari lanjutkan makan malam.. Perutku sudah sangat lapar!" Sonoko mencoba merubah suasana. "Aku setuju denganmu Sonoko, mari semua kita makan!" Heiji menyauti perkataan Sonoko.

Hujan deras dimalam itu berlalu. Pagi yang cerah dengan hawa sejuk dan udara yang segar menunggu mereka. Acara menginap dua malam itu berjalan dengan sangat cepat. Hingga acara penginapan hampir berakhir, masih terlihat kecanggungan antara Ran dan Sinichi. Meski seringkali Sonoko, Kazuha, Heiji dan Kaito mencoba mencairkan suasana diantara Ran dan Sinichi. Mungkin pertemuan setelah sekian lama berpisah terasa sangat tidak nyaman. "Huh.. Besok pagi kita akan pulang. Rasanya kurang berlibur disini. Aku berharap bisa melihat bintang dilangit. Tapi kenapa setiap malam hujan turun begitu deras?" kata Sonoko sembari membereskan pakaiannya. "Sudahlah Sonoko, bereskan saja pakaianmu."
---
Siang ini matahari bersinar terang. Harusnya mobil yang menjemput mereka sudah tiba di villa sejak pagi tadi. Tapi hingga kini belum juga datang. "Ano.. Semuanya, aku minta maaf.. Kita harus berjalan cukup jauh karena mobil tidak bisa masuk. Hujan semalam menumbangkan salah satu pohon dan menghalangi jalan. Baru saja penjaga villaku datang dan memberitahu kabar ini." Terlihat wajah mereka sedikit muram. "Yasudahlah.. Mau bagaimana lagi. Lebih baik kita bergegas agar tidak kemalaman." Kata Ran sambil meraih tasnya diikuti Sonoko dan Kazuha.

Jalan setapak yang indah. Dihiasi pohon-pohon di kanan kiri jalan. "Tau begini, kenapa kita tidak jalan saja saat berangkat?" kata Sonoko. "Jika kalian jalan kaki, hancur sudah rencanaku.!" Heiji menjawab seakan ia tidak memiliki dosa. "Ran!! Awas!!" Teriakan Sinichi yang diikuti dengan suara tembakan membuat para wanita panik. Seketika tubuh Sinichi ambruk karena melindungi Ran. "Sinichi! Siapa yang berani-beraninya menembak Sinichi!!" Heiji mencoba mengerjar pelaku itu. Tapi dari arah datang peluru, pelaku itu jaraknya cukup jauh. "Sinichi!!! Bangun!! Jangan menipuku lagi!!" Sinichi tersenyum kecil melihat Ran. "Heiji, lebih baik kita bopong Sinichi dan segera menuju mobil. kita harus cepat membawanya ke rumah sakit!" Kaito segera membangunkan Sinichi dibantu dengan Heiji. "Ran, sebenarnya bukan aku lupa padamu. Bukan juga aku tidak ingin kembali. Tapi aku takut kau akan celaka. Pekerjaanku sebagai seorang detektif membuatku dikelilingi orang-orang berbahaya.." Sinichi mencoba menjelaskan keadaannya. "Bodoh! hemat sedikit tenagamu! Sebentar lagi kita akan sampai." Ran terlihat sangat khawatir pada Sinichi. Airmatanya kembali jatuh. Tak lama tubuh Sinichi ambruk. Ia jatuh pingsan. "Sinichi!!" Ran berteriak memanggil Sinichi. "Bertahanlah sedikit Kudo!" Kaito dan Heiji berusaha membopongnya dan berjalan. 'Sinichi.. Bertahanlah.. Bertahanlah untukku..' Sonoko dan Kazuha memegang erat tangan Ran. "Ran, Sinichi pasti akan baik-baik saja. Percayalah." Ran mengangguk mendengar perkataan Kazuha. 'Aku yakin kau pasti baik-baik saja Sinichi. Aku yakin'

-The End-

NamidaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang