4. Wajah yang kukenal

8.2K 259 44
                                    

Akhirnya di hari terakhir itu, jam 4 pagi kami siap pergi ke rumah nenek, berharap ada buku atau diary yang mampu mengungkapkan cara membunuh leak itu.

3 jam kemudian..

Aku menatap kosong ke arah pedesaan dari balik kaca mobil, tak memikirkan makanan karena selain tidak berselera makan, juga pastinya isi perutnya bakal habis di makan leak, yah setidaknya ini cara terakhir dan paling pasrah sebelum di santap leak, sekali lagi biar leak gak suka isi jeroanku hehe,

"Kamu kenapa tersenyum sayang?" ujar suamiku dengan tampang sinis, jelas sekali dia tak yakin apa yang kupikirkan.

"Mengingat kondisimu saat ini, aku berani bertaruh isi kantongku sekarang juga." ujarnya lagi sambil tersenyum mengejek dan seketika melihat isi kantongnya yang ternyata hanya tinggal koinan.

Aku yang mendengarnya tak berkata apa-apa, lagi pula buat apa memberitahu sesuatu yang akhirnya diselingi tawa ngakak? yah setidaknya skenario seperti itu yang ku tahu.

Kami berdua terdiam penuh konsentrasi, suamiku memikirkan jalanan yang penuh batu karena kami sudah memasuki daerah terpencil, sementara aku hanya sibuk memikirkan akhir hidup dan juga..

Sesaat aku terdiam melihat benda aneh di lubang tempat menaruh recehan seperti pada angkot, setidaknya itulah yang ada dipikiranku, lalu kuambil yang ternyata kapur krem dengan bentuk agak aneh, ada lekuk seperti pada jari manis kaki...

"Sial.. ini benda leak." pikirku sambil membuka jendela mobil lalu membuang kapur yang sempat berubah menjadi jari tersebut..

Sejenak Sean melirikku yang bertambah pucat, 

"Kamu kenapa?" tanyanya heran.

"Sepertinya, yang kupegang tadi benda terakhir. Sebaiknya kita cepat-cepat ke rumah nenek, kurasa leak itu sedang mengarah ke sini."

"Hmm, aku sebenarnya ingin berkata sesuatu padamu. Sepertinya aku hanya berputar di rute yang sama." bisiknya pelan

"Kamu becanda kan?" kataku setengah tak percaya karena rutenya sudah kuberitahu.

"Aku gak becanda, sepertinya ada yang aneh. Lebih baik aku tanya ke penduduk sini, tunggu sebentar."

Suamiku keluar mencari warga desa untuk mencari rumah peninggalan nenek, terlihat ia berhasil menemukan tukang kayu panggul dan orang itu menunjuk lurus dan membisikkan sesuatu.

Beberapa menit kemudian ia tiba di mobil dengan tersenyum masam. 

"Penduduk sini bilang jika orang asing sering tersasar di daerah ini, kecuali ada seseorang yang pernah atau memiliki ikatan di kampung ini."

"Baiklah, aku yang nyetir kalau begitu, mudah-mudahan aku masih ingat jalannya." jawabku sambil berpindah tempat duduk,

Mobil terus berjalan menyusuri kawasan hutan. Hanya ada jalan berbatu yang cukup untuk satu kendaraan, kami tiba di sebuah rumah yang hancur sebagian.

"Ini dia tempatnya." ucapku lalu menambahkan, "Sekarang jam 6, kita harus cepat menemukan diary itu."

"Sebaiknya aku membawa 2 obor." ucap Sean sambil berlari ke mobil membawa obor yg telah di beri minyak lalu dinyalakan.

Kami pun menyusuri rumah yang sudah tak berpenghuni, dan entah dari mana datangnya, angin kencang menerpa mukaku dengan sangat ganas, diikuti suara kikikan tawa yang memekakkan telinga. Aku dan suamiku lalu langsung memasuki rumah itu, 

"Cepatlah kita tak punya waktu." ujar resah suamiku sambil mengawasi sekeliling tempat, aku yang pergi ke tempat yang penuh buku lalu mengobrak abrik buku tersebut, tak sengaja menjatuhkan buku yang dilapisi cap darah.

Leak dan 3 Benda Keramat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang