"Tuangkan aku minuman lagi.." perintahku kepada bar tender yang berada di depanku saat ini.
"Maaf tuan, tapi anada telah minum sangat banyak malam ini" Ucapnya takut-takut.
Aku langsung mengangkat kepalaku dari meja dan menggebrak meja bar tender yang ada di depanku saat ini.
"BERANI SEKALI KAU BERUCAP SEPERTI ITU PADAKU! Tuangkan saja apa susahnya! Nanti juga aku bayar.!. aku memiliki banyak uang" ucapku sambil berdiri sempoyongan dan mengangkat tanganku ke atas.
"Baiklah" Jawabnya lalu menuangkan lagi segelas minuman padaku.
Setelah bar tender itu memberikannya. Aku langsung menegak minuman dari gelas itu sampai tandas. Lalu aku menatap orang-orang yang berada di ruangan ini. Tempat dimana pria dan wanita saling menuntaskan hasratnya masing-masing. Sebenarnya datang ketempat ini bukanlah kegiatan favoritku. Tapi keadaan yang memaksaku untuk berlari ke tempat ini untuk sekedar menenangkan diriku.
Setidaknya sejenak saja aku bisa melupakan luka di hatiku yang saat ini tengah ku emban sendiri. Aku memang tipe orang yang tidak suka membagi kesedihanku bersama orang lain. Aku juga tidak suka melihat orang sakit atau menderita karena sesuatu. sungguh aku tak tahan sama sekali. Apalagi jika itu seorang wanita.
Saat aku tengah menikmati minumanku. Seseorang menepuk bahuku dari belakang.
"Hahaha.. ternyata elu gue pikir siapa" Ucapku sambil terus tertawa.
"Elu ngapain dateng ke tempat kayak beginian Bert? Makin parah aja lu sekarang?! udah ayo gue anter pulang" Ajak Leo sambil membantuku berdiri. Dan meninggalkan beberapa lembar uang kepada sang bar tender itu.
Aku dan Leo keluar dari segala hiruk pikuk dan kebisingan yang ada disana.
Udara malam yang dingin kembali menyergapku, menyapaku dan seakan ingin menemaniku. Leo memapahku dan membawaku masuk kedalam mobil sport putih miliknya.
"Biar gue aja le yang nyetir.." Ucapku setengah mengigau.
"Lu gila apa udah sarap? nyetir dalam keadaan mabuk kayak begini? yang bener aja.. yang ada gue sama elu bisa celaka tu gak!.. udah mending lu tidur aja" Ujar Leo sembari melajukan mobil miliknya keluar dari parkiran.
Kepalaku sangat pening malam ini. Untunglah Leo datang menjemputku, kalau tidak mungkin aku sudah berkhir menyedihkan malam ini.
Tak terasa mobil Leo telah memasuki halam rumahku. Aku pun langsung membuka mataku seketika dan langsung melepaskan selfbelt dan keluar dari mobil Leo.
"Thank's ya Le buat malem ini dah mau nganterin gue" Ucapku sambil menenteng jasku di pundak.
"Oke bro.. jangan sungkan-sungkan kalau butuh sesuatu hubungin gue aja" Ujarnya padaku smabil tersenyum.
"Ya udah kalau gitu gue cabut duluan" Ucapnya lalu kembali melajukan mobilnya keluar dari halaman rumahku.
Aku pun kembali melangkahkan kakiku untuk memasuki rumah. Kediamanku tampak sepi malam ini, tapi lampu belum dimatikan. Ya memang seharusnya sepi.. memangnya aku mengharapkan siapa untuk menyambutku datang. Aku menghembuskan nafas kasar. Lalu melirik jam tangan yang masih bertengger di pergelangan tanganku. Jarum jam telah menunjukkan pukul 23:45. Sudah hampir tengah malam rupanya.
"Tuan sudah pulang.. mau dibuatkan apa tuan?" Tanya Bi Nem saat aku hendak menaiki tangga.
"Bikinkan saya kopi saja ya Bi seperti biasanya" Ucapku sambil tersenyum kepada Bi Nem.
"Iya tuan.. nanti saya antar ke ruang kerja tuan" Ujar Bi Nem sambil berlari kecil ke arah dapur.
Langkah kakiku terdengar di segala penjuru rumah ini. Begitu sepi. Begitu hampa.
Aku mendorong kenop pintu yang berada di sebelah kamarku. Pemandangan yang kulihat saat ini adalah seorang peri kecil yang amat cantik tengah terlelap. Aku pun berjalan perlahan dan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang mengusik tidurnya. Akhirnya aku duduk disamping ranjang kecil peri itu. Seseorang yang menjadi hartaku yang paling berharga dan satu-satunya saat ini. Sekuat tenaga aku akan membesarkannya dengan usahaku sendiri dan kasih sayang dariku. Meskipun hanya aku yang membesarkannya, aku yakin bisa membahagiakannya. Ku selipkan anak rambut yang jatuh menjuntai di dahinya ke belakang telinganya. Lalu ku kecep dengan sanyang dahinya.
"Mimpi yang indah sayang.." Bisikku pelan di dekat telinganya.
Kembali kulangkahkan kakiku untuk keluar dari kamar peri kecilku. Aku pun melangkah menuju kamarku dan masuk ke dalam ruang kerjaku yang kebetulan satu ruangan dengan kamarku. Kemudian aku menyampirkan jasku diatas kursi kerjaku dan melonggarkan dasiku lalu aku menyandarkan kepalku pada sandaran kursi kerjaku. Aku meneguk secangkir kopi yang sudah disiapkan Bi Nem tadi. Lalu kuputar kursiku menghadap ke arah jendela. Ternyata saat ini salju pertama telah turun di langit Seoul.
Ku langkahkan kakiku dan membuka jendela ruang kerjaku. Salju pertama. Mengingatkanku pada seseorang yang sangat amat kucintai bahkan sampai saat ini. Aku mengambil bingkai foto yang berada di dekat meja kerjaku dan memandangnya. Sosok wanita yang tengah tersenyum sangat cantik. Wanita yang baik hati dan sangat sederhana. Kedua sifat itu yang membuat hatiku luluh padanya.
Meskipun kau tak lagi bersamaku, ketahuilah disini aku masih sangat mencintaimu.
****
Hai readers.. gimana ceritanya? bagus gak ceritanya?.. tolong di coment yaa, karena coment kalian sangat membatu banget dan ngasih semangat aku buat nulis cerita ini hehe :)) oh ya jangan lupa votenya juga hehe
Aku sayang kalian :)
See you

KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER IN SEOUL
RomanceSejak kematian istri pertamanya, hidup Robert yang dulunya sangat berwarna kini berubah menjadi suram, dingin, dan gelap. Namun, pertemuannya dengan Zea membuat hidup Robert kembali berwarna dan dipenuhi kecerian. Lelaki itu mulai berani membuka hat...