3

2K 96 7
                                    

Hai Reader semuanya.
Nah setelah author pikir - pikir
Pada akhirnya Fic ini tetap Sad Ending. TAPI bukan salah satu diantara pair mati atau bagaiman. Sad yang author maksud nanti pokoknya ada adegan dimana Hinata ngaku ke Naruto  bahwa anaknya adalah anak naruto juga. Tapi hinata gak mau bersama Naruto  karena suatu alasan. Untuk happy endingnya mungkin di sekuel baru muncul. Jadi ikuti terus ya RISE UP. sequel nanti yang judulnya  TIME BY TIME.

Maaf ya yang sempat kecewa.
Otak author emang rada soak kemaren - kemaren gara - gara makan Ramen.

Nih lanjutannya. Happy reading :

..................................................................

Hinata View~
4 bulan setelah kepindahan..
Usia kandungan Hinata : 7 bulan

AKU tidak salah memilih tinggal disini. Usahaku berhasil. Bahkan Pemerintah Konoha sangat mendukungku untuk membantu mereka maju menjadi Negara besar yang sukses.

Hari ini aku tengah mendata anak - anak yang menjadi penghuni panti Asuhan yang kudirikan. Sudah sekitar 245 anak dibawah asuhanku.

Ada 45 orang yang bertugas untuk mendidik dan mengayomi anak - anak disini. Termasuk Menma. Ia senang sekali mengajar pelajaran olah raga. Jadi kuijinkan saja.

Ia menolak kubayar karena dia bilang ini adalah kesenangan dan kemauannya sendiri. Aku sungguh senang ia bergabung.

Panti Asuhanku berhasil menjadi panti Asuhan paling besar di Konoha. Setiap hari aku memerintahkan Kakashi, orang yang kutunjuk langsung sebagai wakil untuk menyeser jalanan Konoha mencari anak - anak terlantar.

Berkat usahaku ini jumlah anak - anak terlantar mulai berkurang.
Selain panti Asuhan, ditempat yang sama aku juga membangun panti jompo dengan rumah yang kubangun bergaya jepang tradisional.

Orang - orang tua yang disini lebih sedikit jumlahnya. Hanya 50 orang dan anak - anak senang bermain bersama mereka.

Mengenaik kehamilanku, kakak sepupuku Neji sudah mengetahuinya. Ia malah merahasiakan hal ini dari para tetua.

Aku membeberkan semuanya pada Neji karena dia satu - satunya yang kupercaya. Ayah ibunya juga tewas dalam insiden yang sama dengan orang tuaku.

Ia sering mengunjungiku ke Konoha membawakan apel atau kue dan semacamnya. Aku semakin senang karena Tetua Hyuga sudah sekarat.

Dengan begini mereka tidak akan mengomeliku. Karena tidak ada lagi tetua yang bertahan. Bahkan, Hyuga yang tersisah tinggal aku dan Neji.

"Hei Kak Hinata"

Kudengar Menma menyapaku dari balik pintu. Bocah SMA Konohagakuen itu tersenyum manis padaku.

"Oh hai Menma. Masuklah" kataku riang.

Menma langsung masuk dan duduk di kursi yang menghadap
Langsung padaku. Terlihat ia terus menyeka keringatnya karena habis mengajar.

"Ah lelah. Aku hanya numpang mendinginkan tubuh. Hehehe.. bagaimana kabarmu kak?"

"Baik. Entah kenapa aku ingin sekali makan sesuatu yang manis tapi agak asam. Kau tahu sesuatu soal itu?"

Ya kurasa sekarang aku benar - benar ngidam sesuatu yang manis tapi agak asam. Aku bingung apa.

"Kupikir itu buah mangga. Kebetulan aku ada mangga yang baru saja masak. Rasanya masih manis asam. Kakak mau?"

"Ya kalau kau tidak keberatan"

Autumn In DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang