5

3.5K 143 13
                                    

The Last! The Last! The Last! The Last!
Chapter akhir sebelum sequel dari Autumn in december. Semoga di last chapter ini bakal menguras air mata reader semua. Lets chek it out :

...............................................................

Naruto View~
Panti Asuhan dan Panti Jompo Lily
Yayasan Hyuga.
Pagi, 9.33

yayasan Hyuga. Sudah jelas tempat ini dibawah naungan Hinata beserta pekerja - pekerjanya. Aku sengaja datang kemari khusus untuk mengajaknya bicara perihal anak kami. Akankah kami bersama atau tidak.

Aku memasuki lapangan besarnya yang bahkan lebih dari cukup untuk dibangun gedung baru. Disisi kanan hingga sisi membelok ke kiri, gedung yang menghadap ke jalan, terlihat sangat terawat.

Dibelakang gadung sekolah ada sebuah rumah besar bergaya jepang tradisional berdiri megah di pinggir danau. Menyuguhi pemdangan indah yang bisa memanjakan mata.

Kudengar disanalah panti jomponya. Sedang gedung yang menghadap jalan adalah asrama, dan gadung di sisinya adalah sekolah. Dari paud sampai SMA.
Tapi bagi mereka yang ke universitas, mereka boleh asrama, boleh tetap di panti. Tidak ada larangan apapun untuk bekerja. Justru anak - anak disini dilatih sesuai kemampuannya.

Dengan pelatihan itu, mereka di didik menjadi orang yang terampil dan menyenangkan. Ide itu brilian.

"Kakak!" Aku menoleh kesamping mendapati adikku, Menma tengah berlari sambil memakai baju olahraga. Dibelakangnya ada sekitar 30 anak kelas 4 sedang berbaris.

"Hei, apa yang kau lakukan disini?"

Menma tersenyum padaku. "Aku menjadi tenaga pembantu disini. Sudah sejak 6 tahun lalu sejak pertama tempat ini dibuka."

"Oh, begitu. Apa benar pemilik tempat ini namanya Hyuga Hinata?" Tanyaku basa basi. "Hm! Iya. Kakak mengenalnya?"

"Iya. Dia teman lamaku"

"Wah kebetulan, kak Hinata ada di dalam. Ayo kuantar"

Jantungku berdebar cukup kencang.
Aku mengikuti langkah Menma ke kerumunan anak - anak yang tengah berbaris tadi.

Ia memberitahu anak - anak itu agar mereka melakukan pemanasan sendiri dipimpin ketua kelas mereka, setelah itu bebas untuk melakukan olahraga apapun di lapangan.

Seorang gadis cilik, kira - kira seumuran dengan Boruto. Ia menatapku begitu intens dengan mata yang menyiratkan berjuta pertanyaan.

"Paman mirip dengan Boruto" ucapnya dengan polos. "Ah, tentu saja" aku mendekati anak itu dan berjongkok menyamakan tinggiku dengannya.

"Karena, paman adalah ayahnya Boruto" ucapku.

Kedua bola mata violetnya membulat tanda ia terkejut. Bibirnya yang kecil menganga. Kenapa ia seterkejut itu?

"Jadi paman ayahnya Boruto?!"

Sontak anak - anak lain ikut menatapku. Mereka mengerumuniku dan melontarkan pertanyaan yang sama. Aku menatap ke sekeliling berharap Menma ada tapi ia tidak di tempat.

"Ya. Paman itu adalah ayah Boruto"

Suara lembut namun mengintimidasi itu akhirnya melepaskanku dari seluruh pertanyaan anak - anak ini. Mereka kembali berbaris dengan rapi dan kepala tertunduk.

Aku berdiri dari jongkokku dan menatap Hinata yang terlihat kesal.
"Kita jangan bicara disini. Anak - anak sedang belajar" ia melangkah pergi dengan gestur kesal. Aku tahu ia marah. Aku bahkan belum mengaku pada Boruto tapi sudah seenaknya mengatakan pada orang lain. Betapa bodohnya aku.

Autumn In DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang