sahabat...
bagaimana kabarmu?
bagaimana duniamu sekarang?
apakah masih menyenangkan seperti saat kita selalu bersama. dulu?
sahabat...
aku merindukanmu
merindukan kebersamaan kita dahulu
dimana hanya ada aku dan kamu
tapi kini pun aku mulai menyadari
bahwa kamu tak selamanya menjadi milikku
orang lain pun berhak atas kamu
ternyata sahabat tak sesederhana itu
perasaanku masih sama
aku menyayangimu selayaknya
tapi egoku tak mau menerimanya
dia mau kamu selalu berada di sampingnya
Tak ada perasaan lebih, hanya saja aku sering merindukanmu disaat malam datang, oh aku rasa bukan hanya saat malam datang. Aku merindukanmu setiap saat.
Aku pun tidak tau lagi harus dengan apa aku menggambarkan perasaan yang kurasakan saat rasa rindu itu mulai datang. Dan akhirnya aku hanya bisa menangis, menumpahkan, menceritakan semuanya pada langit melalui buliran-buliran kecil air mata yang semakin hari semakin deras saja.
Sahabat, bagaimana duniamu sekarang? Dunia yang kini sama sekali tak kukenal. Dunia yang tak pernah kau bagi lagi kisahnya. Dunia yang kini tak ada namaku lagi didalamnya.
Terkadang aku pun tak tau, apakah aku merindukan sosokmu, atau aku hanya merindukan kebersamaan itu? Tapi jika aku hanya merindukan masa-masa itu, berarti kebersamaan itu seharusnya dapat kubuat bersama orang lain, kan? Tapi nyatanya itu tidak bisa, sudah kucoba jika kamu bertanya. Itu artinya aku merindukan sosokmu, bukan?
Dengan itu pula aku membuktikan bahwa sosokmu sebenarnya tak dapat tergantikan, hanya saja aku sering berdusta kepada orang bahwa aku sudah tidak pernah merindukanmu lagi, tak pernah memikirkanmu lagi. Nyatanya aku tak pernah berhasil melakukan itu.
Sahabat. Aku mengenalmu dengan cepat, mempercayaimu juga dengan cepat, tapi aku berhasil menjadi sahabatmu 3 tahun belakangan ini, apakah itu tidak hebat? Tapi apakah ini waktunya aku harus kehilanganmu? Mengubur semua kenanganku bersamamu.
Secepat itukah kamu harus mengganti posisiku dengan orang lain disaat aku benar-benar sedang membutuhkanmu. Haruskah hanya tangis yang dapat kugambarkan saat namamu terngiang di benakku?
Aku lelah jika harus terus seperti itu, aku pun ingin mendapatkkan kebahagiaanku seutuhnya, tentu saja dilengkapi dengan adanya hadirmu. Tapi sepertinya itu tak akan kudapatkan dalam waktu dekat ini.
Sebentar lagi pergantian tahun menuju 2016. Itu berarti sudah setengah dari perjalananku di tahun 2015 ini kulewati tanpa hadirmu disisi.
Sahabat, aku merindukanmu yang dulu. Dimana kamu selalu memarahiku disaat malasku mulai melanda, menggenggam erat tanganku disaat kuterpuruk, ikut menambahkan tawa disaat kebahagiaan mulai menyelimuti, menemaniku kemana saja kuingin pergi, dimana kamu selalu melukiskan gurat senyuman diwajahku saat sedihku melanda. Tapi kenapa sekarang justru kamu yang menciptakan kesedihan itu?
Jika kamu sudah tak bisa lagi menghapuskan duka itu, tolong kirimkan aku seseorang yang dapat benar-benar menggantikanmu, yang sama seperti kamu.
Orang-orang menganggapku bodoh, memilih untuk tetap bertahan disaat kamu pun lupa bahwa akulah orang yang selalu kau tuju disaat kau terluka. Aku bertahan demi menjaga perasaanmu, aku bertahan karena aku tak ingin kau merasakan hal yang sama seperti apa yang tengah kurasakan, aku tak peduli orang menggangapku bodoh karena aku yang lebih mengenalmu, bukan mereka.
Tapi kamu pasti tau, bahwa setiap orang memiliki batas kesabaran. Aku pun marah dan mulai berjalan mundur, meninggalkanmu. Bukan untuk balas dendam, aku hanya membiarkanmu. Membiarkanmu larut dalam satu suasana yang kau sebut kebahagiaan. Aku mulai menolak untuk membantumu dikala kesusahan, anggap saja aku melatihmu untuk menjadi dewasa.
Sahabat, jika kamu sudah tak bisa menentukan kearah mana lagi untuk suatu tujuan, aku siap menjadi rumah yang selalu menunggu kepulanganmu disana. Aku akan menyambutmu dengan senyuman, bahkan pelukan.
Percayalah, semarah apapun aku terhadapmu, itu tidak akan berlangsung lama. Karena aku percaya, di dunia ini tidak ada yang disebut mantan sahabat, sahabat tetap sahabat, entah bagaimanapun nanti kau menyebutnya.
Salam rindu dari seorang sahabat yang merindukan kehadiranmu...
Seorang sahabat yang selalu menantikan kepulanganmu...
Denpasar
Desember 2015
NB: maaf sebelumnya kalau note ini melenceng dari kategori, saya hanya ingin berbagi kepada seluruh sahabat diluar sana, hargailah persahabatan kalian lebih dari apapun, karena di dunia ini tidak pernah ada yang namanya mantan sahabat
just to be loved and to be in love with your bestfriend :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma
Non-Fictionsahabat... bagaimana kabarmu? bagaimana duniamu sekarang? apakah masih menyenangkan seperti saat kita selalu bersama. dulu? sahabat... aku merindukanmu merindukan kebersamaan kita dahulu dimana hanya ada aku dan kamu tapi kini pun aku mulai menyadar...