Surat Cinta (?)

58 4 1
                                    

Hay guys! Third story.
Hope you like it...
Mohon dibantu vote and comentnya.

-----------------------------------------------------------
.
.
.
.

Siapa sangka, gadis manis (yang kelakuannya nggak ada manis-manisnya) yang duduk didepan gue ini adalah sosok mungil sebelas tahun lalu yang selalu membuntutiku kemana saja. Awalnya gue kira dia hanya sebatas pengganggu saja, tapi kini ia telah menjelma menjadi sosok yang selalu gue idamkan.

"Kak Gava?"

"Kak?"

"GRAVARI FIRSTO PRAMESTA!"

"OY BANG. GUA KE SINI BUKAN BUAT TEMENIN LO BENGONG KALI!"

"Aelah! Oy bang Gava-kuh yang terkece badai ulala, sadar napa?"

*PLAK. Tabokan cantik yang dilakukan oleh Resha dengan penuh cinta barusan sukses mengembalikan otak gue yang lagi melanglang buana entah kemana kembali ke tempat semula.

"ANJIR... SAKIT KALI, RES. DASAR KUTU SEMUT." Itu tangan apa tali cambuk. Pedes gila pala gue.

"Lagian, gue panggil halus-halus nggak mau denger, yaudah gue main kasar. Hehehe." Dosa apa gue bisa naksir sama spesies kayak gini.

"Faresha Secta Milania, calon istrikuh yang tercintaah, abang gantengmu ini lagi membayangkan masa depan kita bersama anak-anak kita kelak," ucapku dengan nada yang bisa bikin kucing hamil morning sick.

"Amit-amit jabang jebong dah gue punya suami macam lo. Udah gila, absurd, jorok, berantakan, bego, bolot, pikun, o'on-"

"Tapi cakep kan?" Pontong gue dengan menaikan sebelah alis menantang.

"Ehm.. I-iya. Iya sih. Ta-tapi kan tetep aja lo tuh gak ada potongan suami idaman. Masa iya lo nafkahin istri anak pake muka doang. Mau kerja apaan lo? Model? Cuih! Badan lo aja kayak papan skateboard, luruuss aja. Gak ada six ato eightpack-nya. Minimal yaah bisep-nya nyembul dikit lah. Ini, lengan lo udah kayak tusuk sate. Mau-"

Cup~

"Udah ngocehnya? Berangkat yuk," potong gue (lagi) sambil menarik Resha yang masih mencerna kejadian barusan. Maklum, IQ-nya nyungsep banget.

"GAV, LO NYIUM GUE?!" pekiknya dengan suara nyaris mencapai tiga oktaf.

"Gaf, Resha-nya jangan dijailin dong. Kasian," tegur mamanya Resha dengan senyum penuh maksud.

"Hehehe. Canda doang mah," sahut gue sambil cengengesan dan ditanggapi oleh gelangan kepala dari mamanya Resha.

***

"Gav, ini perasaan gue aja atau memang si Resha belum ingat sama sekali tentang masa lalu kalian?" Tanya Reno, sahabat gue dari SMP. Yup. Reno tau semua tentang masa lalu gue dan Resha sebelum kejadian naas tiga tahun lalu itu terjadi.

Gue hanya mangut-mangut tanpa semangat sampai gue menangkap bayangan seorang gadis mungil nan manis berdiri di depan gue dan Reno.

"Hay, Kak Reno." Ngapai dia nyapa Reno pake senyum lima jari, coba?

Reno hanya tersenyum tipis, mungkin merasa nggak enak sama gue.

"Ngapain lo cil di koridor kelas sebelas?" Dia kan kelas sepuluh. Lagian dia juga jarang keluar kelas. Lah ini. Tiba-tiba aja udah ada di koridor kelas sebelas.

"Kepo lo. Dasar jerapah. Btw, gue mau ngasih ini buat kak Reno," jawabnya jutek sambil menyodorkan sepucuk surat berwarna abu-abu tua kepada Reno.

Reno menerimanya dengan ragu sedangkan gue hanya bisa melongo dengan sakit hati. Gila! Itu surat cinta pasti. Nggak mungkin surat panggilan orang tua. Dia naksirnya sama sahabat gue ternyata. Sakit cuy!

Senyum simpul muncul di wajah manis Resha saat Rino menerima surat itu membuat hati gue makin sakit. Yah, nasib bagian masa lalu yang 'dilupakan.'

"Oy, bang Gava, sebentar gue nggak bisa pulang sama lo. Gue mau ke mall sama Risky."

"Jalan mulu lo sama dia. Nanti dikira pacaran loh," sahut gue agak ketus.

"Yah gak papa kali. Lagian dia kan manis-manis imut gimana gitu."

"Manisan mana sama gue?"

"Yah manisan Risky lah bang. Lo kan ganteng-"

"Gue apa?"

"Ge-gentong. Iya. Maksud gue lo kayak gentong."

Jujur aja lah, Sha. Gue tau tadi tuh lo muji gue cakep. Saking cakepnya sampe lo jatuh cinta sama gue...dulu.

"Dah ah. Liat kalian berantem, gue makin berasa jones," komentar Reno yang dari tadi memperhatikan gue sama *uhuk* calon pacar gue berdebat.

"Dikit lagi pasti taken kok. Udah ya, bye kak Reno," ucap Resha sambil mengedipkan sebelah matanya pada Reno lalu pergi begitu saja.

Apa-apaan itu?!

"Udah bro. Jangan dimasukin hati. Lo kan tau dia emang kayak gitu orangnya," kata Reno sambil menepuk pundak gue prihatin lalu membuka surat yang Resha berikan tadi.

Njirr. Napa nih anak mukanya kayak tomat mateng gitu? "Lo kenapa, Ren?"

"Ah. eh. Nggak. I'm fine," jawabnya ragu. Kenapa sih? Apa karna surat yang Resha berikan? Emang isinya apaan? Ah. Pokoknya gue harus cari tau.

***

"Eh, cil. Lo tadi kasi surat apaan ke Reno?" Tanya gue ke Resha yang lagi asik tiduran di sofa rumah gue.

"Surat panggilan orangtua," jawab Resha sarkastik.

"Gak mungkin surat panggilan orang tua. Itu pasti surat cinta. Tapi yang bikin gue penasaran, isinya itu apaan?"

"Ciiee... kepo lo bang," goda Resha sambil melemparkan sebiji kacang polong ke gue.

"Faresha, gue serius," tukas gue tajam. Resha pasti ngeri kalo gue panggil nama sepannya secara lengkap berarti gue lagi (sangat) serius dan nggak bisa dibantah.

"I-itu kan su-surat cinta. Yah pasti isinya kata-kata cinta, gu-"

"Surat itu dari siapa?" Bete gue. Masa gebetan gue ngasih surat cinta ke sahabat gue? Tapi bisa aja kan itu dari salah satu teman kelasnya? Positive thinking aja.

"Da-dari gue," jawabnya sambil menunduk.

D E G !

***

Tbc

ForgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang