Carousel

538 60 39
                                    

_MidNight Fantasy_

Aku berharap semuanya dapat berjalan dengan sangat cepat sehingga semuanya tidak berbekas dalam ingatan ku. Hidup yang ku jalani selama ini terasa monoton. Aku tidak dapat keluar dari zona nyaman ku, aku terpasung dalam kenyaman serta hayalan-hayalan semu nan manis. Aku terjebak dalam pusaran mimpi tiada akhir.

Sekumpulan mimpi yang membuat ku menjadi pribadi rapuh. Segudang imajinasi semu yang membuat pikiran ku menjadi sempit. Aku hanya dapat mendongak ke atas, tanpa melihat lagi ke bawah. Aku hanya dapat melihat apa yang ada di depan mata ku, tanpa melihat sekeliling...

Aku hanya memikirkan apa yang tidak aku miliki dan bukannya apa yang ku miliki sekarang. Ego yang super kuat membuat hati ku perlahan menjadi sekeras baja namun rapuh seperti karang yang tidak kuat terkena hempasan angin dan deburan ombak, lalu terkikis sedikit demi sedikit.

Ada sebuah ganjalan yang menutupi nurani ku untuk melihat sekeliling, ada sebuah kabut kelabu yang menutupi keping hitam ku dengan angan-angan, ada sebuah dorongan yang membuat akal sehat ku kian menjauh dari pikiran sehat, dan ada pula arus deras yang menyeret ku ke dalam pusaran mimpi-mimpi manis tiada akhir.

Semakin aku terpana, semakin aku terpesona, semakin akau terperosok dalam buaiyan semu tidak akhir. Ku melambung jauh, terbang bersama mimpi. Indah memang, enak rasanya memang, kau hanya tinggal duduk atau berbaring, sembari menarik-narik kecil atau bahkan mencabuti rambut mu lalu terlena oleh bisiskan-bisikan halus dari sang penabur mimpi semu.

Bagaikan udara yang selalu kita hirup setiap detik...

Mereka akan selalu membisikan tentang apa yang tidak ku miliki dan bukannya memikirakan tentang apa yang sudah aku miliki.
.

_MidNight Circus_
.

Sudah lama sekali sejak aku di ajak nenek ku menonton sirkus, kira-kira saat itu usia ku sekitar tiga belas. Aku masih ingat rasanya, ketika kepala dan leher ku mati rasa karena terus mendongak melihat atraksi sepasang pria dan wanita yang berayun dan bergelantungan pada seutas tali, lalu terbang melompati cincin-cincin besar tanpa mengenainya.

Hidung ku juga tak kalah tajam mengenali bau, saat sekelompok gajah itu datang dan berdiri tepat di jarak lima bangku di arah ku. Para gadis seksi dengan pakaian ketat kerlap-kerlip harus menutup hidung mereka, dan para pawang yang menyemprotkan sebotol pengharum ruangan. Tepuk riuh penonton, mengarahkan ku kembali pada jalannya pertunjukan. Kali ini atraksi dua orang cebol yang mengocol perut para penonton.

Belum lagi pertunjukan inti seorang pesulap dengan jas biru tua mencolok, berkerlap kelip yang lengkap dengan segala aksesoris yang menempel di tubuhnya. Satu ekor, dua ekor, tiga, empat, dan lima ekor kelinci di tarik dari dalam topi hitam panjangnya. Trik lama, namun selalu dapat memubuat penonton terperangah. Kumpulan kabut dan asap, serta percikan kembang api juga selalu menarik perhatian.

Sirkus selalu menyajikan trik-trik lawas menjadi sesuatu yang spektakuler. Gadis berkostum mini, kelinci yang keluar dari topi panjang, atraksi tali serta para badut cebol dan kembang api, semuanya seperti gulali-gulali manis. Sirkus bagi ku adalah sebuah versi mini dari sejuta fantasi manusia yang di tuangkan lewat pertunjukan.

Sebuah atraksi yang menyuguhkan fantasi tiada akhir.
.

_Bianglala_
.

Dalam benak ku, aku selalu bertanya, mengapa orang-orang suka pergi ke taman hiburan hanya untuk di siksa. Roler coster, histeria, bianglala, dan lain sebagainya...

Mereka hilir mudik, rela antri berjam-jam hanya demi mendapatkan sensasi yang mereka sebut menguji adrenalin katanya.

Tak habis fikir saja, mereka rela mengantri untuk sekedar di hempaskan ke udara, lalu di jungkir balikan lagi tubuh mereka empat puluh lima derajat dari ketinggian dua puluh lima meter.

CarouselWhere stories live. Discover now