Two People

256 17 0
                                    

“Soo Young menyukaimu. Jaga dia untukku”

***

Seoul, 2010

Sore itu matahari bersinar teduh diselimuti oleh awan-awan putih. Gumpalan-gumpalan awan putih itu semakin lama semakin menguning terbiaskan oleh matahari yang menutupi. Tak banyak orang yang berani berdiam diri terlalu lama disana, mereka tahu sekarang adalah musim gugur. Musim yang menurut mereka adalah musim terdingin kedua setelah musim salju. Tapi tidak dengan seorang pria yang terduduk kaku di kursi taman itu sendirian tanpa baju penghangat sehelai pun hanya jas tuxedo yang masih terpakai rapi di tubuhnya. Ia menatap kosong ke kolam kecil yang berada beberapa meter dihadapan nya. Tak sedetikpun dia mengalihkan pandangan nya dari sana. Kolam itu menjadi objek utama matanya. Seolah-olah kolam itu akan pergi jika dia mengalihkan pandangannya barang sedetikpun. Bahkan dia tak menyadari ada seseorang juga yang sama memperhatikannya dari jauh. Hingga sosok itu datang menghampirinya.
“Kau ingin mati beku disini?”
Tak ada jawaban atas pertanyaan sinis itu. Hanya sekilas memberi tatapan kosong pada gadis yang berada disamping nya duduk. Gadis itu hanya menghela nafasnya kesal dengan perilaku orang yang dia hadapi sekarang.
“Kau harus pulang, mereka mengkhawatirkanmu sekarang”
“Pergilah..”
“Luhan…”
“Jika saja aku tak mendesaknya untuk segera datang ke pernikahan mungkin ini semua tak akan terjadi..kecelakaan ini tak akan pernah terjadi ! Ini semua adalah salahku”
Gadis itu hanya menggeleng khawatir atas keadaan yang mulai memburuk. Ia mencoba setenang mungkin dan menenangkan Luhan yang berteriak histeris sambil menyalahkan diri sendiri dengan memukul-mukul kepalanya.
“Luhan, dengar!”
Teriakkan nya membuat Luhan berhenti.
“Kenapa kau itu lemah sekali? Kau itu pria kenapa kau lebih lemah daripada aku, huh? Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri dengan cara seperti ini. Kau pikir dengan begini Li Yin akan bangun dari koma nya? Ini semua sudah takdir ! Kau dengar, takdir ! Tuhan yang merecanakan ini semua dan aku yakin semuanya akan berakhir jika kita bersabar”
Hampir setiap kata yang diucapankan adalah bentakan untuknya.
“Takdir”
Luhan bergumam sendiri
“Iya”
“Apakah takdirku akan bersama Li Yin lagi?”
“Iya, aku yakin takdirmu akan…bersamanya”
“Benarkah?”
Entah ia bisa memastikan nya atau tidak. Tapi Luhan menunggu jawaban.
Lalu ia mengangguk sebagai jawaban yang sebenarnya memiliki arti lain. Ia tak yakin.
-o-
Dulu saat Luhan berumur tujuh belas tahun dia pernah menyukai seorang gadis yang tinggal disebelah kelasnya. Seorang gadis yang menjadi cinta pertamanya dan berubah menjadi obsesinya. Tapi dia tak pernah megetahui dan berniat mengetahui jika ada seorang gadis lain yang juga sama menyukainya seperti dirinya menyukai gadis cinta pertamanya. Segalanya tentang Luhan adalah sama seperti segalanya tentang Li Yin. Gadis itu dengan gigih selalu mencoba agar Luhan bisa meliriknya. Membuatnya menjadi sama seperti Li Yin gadis yang Luhan sukai di kelas sebelah mereka. Sayangnya, berkali-kali dia mencoba dia selalu diabaikan oleh Luhan sendiri. Tentu saja tidak mungkin seorang gadis mengatakan ‘aku menyukaimu’ pada seorang pria. Rasa percaya dirinya tidak sebanyak itu untuk melakukannya. Dia hanya seorang gadis biasa bahkan sangat biasa yang menyukai seorang pria dikelasnya. Sebagai gantinya dia selalu memberi kode-kode khusus agar Luhan mengerti. Tapi tetap saja semuanya tak berarti apa-apa. Hingga saat dimana dia hampir menyerah menyukainya.
“Aku akan menjadikan Li Yin sebagai pacarku besok, menurutmu bagaimana?”
Gadis itu belum menjawab pertanyaan Luhan. Hanya terdiam seperti patung ditempatnya berdiri saat mereka menunggu bus. Tak lama hanya beberapa detik setelah itu ia kembali sadar dan mencoba bersikap biasa kembali.
“I-itu bagus…maksudku keren !”
“Hah? Hhahahaha kurasa memang keren”
Sebisa mungkin setenang mungkin dia mencoba kuat setiap kali Luhan membicarakan tentang Li Yin dihadapannya. Hatinya yang menurutnya kuat akan tetap menerima keadaan sesakit apapun. Bisa dibilang dia sudah kebal.
-o-
Li Yin adalah seorang gadis yang populer di sekolahnya. Bagaimana tidak, dia adalah satu-satu nya murid peraih juara pertama pemain alat musik terbaik di Switzerland. Kota para pianis dan musisi terbaik. Li Yin dan Luhan adalah murid pertukaran China-Korea. Mereka sama-sama orang China yang dipindahkan ke sekolah itu. Mereka juga sama-sama populer di sekolah dan tentu disukai semua murid termasuk guru. Hanya yang membedakannya adalah Luhan satu tahun lebih awal datang ke sekolah daripada Li Yin. Dan kepopuleran Luhan adalah karena ia hebat di hobinya bermain bola. Hingga saat Li Yin hadir, mulailah rasa kagum berubah menjadi suka datang menyergapi hatinya.
“Han Soo Young !”
Gadis itu menoleh ketika namanya disebut.
“Tsk! Kenapa pulang sendirian meninggalkanku?”
Soo Young terdiam, bingung mencari alasan yang tepat untuk menutupi suatu kebohongan yang meunurut nya baik.
“Kukira kau sudah pulang, jadi aku juga pulang”
Sebenarnya Soo Young sengaja pulang meninggalkan Luhan karena tidak mau berlama-lama melihat moment dimana Luhan menyatakan cintanya pada Li Yin di depan banyak orang saat pulang sekolah. Yang alhasil membuat para murid pulang agak terlambat untuk menyaksikan moment yang romantis itu menurut mereka.
Luhan menautkan alisnya bingung. Seperti berpikir ‘apa dia tidak tahu ya?’
“Hey kau tahu? Li Yin menerimaku !”
Begitu antusiasnya dia berbicara pada Soo Young, hingga tak perduli orang-orang disekitar memperhatikannya. Yang diberi respon senyuman kecil dari Soo Young.
Luhan benar-benar tak mengerti Soo Young.
“Kalau begitu selamat..aku ikut senang mendengarnya”
“Hehe..terimasih Soo Young”
Luhan tersenyum memamerkan deretan gigi-gigi nya. Dia merasa sangat bahagia hari ini.
Tapi tidak dengan Soo Young.
-o-
Soo Young berteman baik dengan Luhan sejak dia pertama kali datang menjadi anak baru pertukaran disekolah mereka. Saat itu Luhan dan Soo Young adalah murid yang sering dibully oleh yang lainnya. Bedanya Luhan dibenci oleh murid laki-laki karena mereka iri oleh kemampuan Luhan hebat bermain bola.
Saat itu pulang sekolah mereka menantang Luhan bermain untuk menguji sejauh mana kemampuan Luhan yang mereka remehkan. 5 lawan 1. Mereka tak menerima kekalahanya. Yang alhasil mereka memukuli Luhan. Membawa pulang luka lebam diwajah.
Saat dia berjalan di koridor sekolah untuk pulang dia menemukan gerombolan anak perempuan sedang melempari Soo Young dengan tepung dan telur. Luhan kira Soo Young berulang tahun jadi mereka melemparinya dengan itu. Tapi perkiraan nya salah ketika dia menyadari ekspresi Soo Young yang diam saja seperti ingin menangis. Soo Young sedang dibully.
Luhan menghampiri mereka dengan santai ketika mereka menyadari dia datang mereka terdiam kaget. Tanpa banyak kata Luhan mengusir dan memperingati mereka untuk pergi.
“Nasib kita sama ya”
Tangan Luhan terulur untuk membantu Soo Young berdiri sambil di iringi senyuman. Lalu Soo Young menerima uluran tangan Luhan.
Dan setelah kejadian itu Soo Young tahu jika dia menyukai Luhan.

Note's:
Berharap banget dari kalian yang mau memberi vote apalagi comment.^^

HarshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang