Egoism

134 12 0
                                    

Rumah Sakit Seoul, 2010

Soo Young berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dengan wajah sangat lelah dan pucat dia berjalan cepat menuju kamar yang ia tuju. Hingga ia berhenti tepat didepan kamar ber'tag' nomer '202'. Dengan perlahan ia membuka pintu, sebisa mungkin tak memberikan efek mengganggu pada orang yang di dalam.

Sejenak ia berdiri sambil memegang kenop pintu ragu untuk masuk. Tapi setelah itu ia berjalan perlahan menghampiri kedua orang yang berada di dalam ruangan.

"Apa kau sudah sarapan?"

Tak ada jawaban. Lalu Soo Young menepuk lembut bahunya.

"Luhan, apa kau sudah sarapan?"

Dengan sedikit terlonjak dia akhirnya sadar ketika ada seseorang yang menyentuh bahunya. Refleks ia menoleh dan terdiam sejenak setelah itu menggeleng.

Soo Young tersenyum.

"Kalau begitu kau harus pergi sarapan, biar aku yang menjaga Li Yin disini oke?"

Kali ini Luhan mengangguk lemah sebagai jawaban.

Ketika Luhan sudah pergi senyuman Soo Young memudar. Lalu ia duduk disebelah ranjang Li Yin yang Luhan duduki sebelumnya. Dia memandang sayu pada tubuh Li Yin yang terkapar kaku dengan selang-selang yang tertempel di tubuhnya.

Dia merasa bersalah sekaligus iba pada Li Yin. Sebagai orang yang sangat Li Yin percayai Soo Young merasa bersalah karena diam-diam menaruh hati untuk Luhan. Bahkan tadi malam Soo Young tak tidur karena terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Kau adalah orang yang tak menganggapku seperti yang lain. Kau baik padaku, ketika yang lain membedakanku kau selalu menganggapku sama. Terimakasih"

Satu tetes air lolos dari matanya yang ia tahan sejak tadi malam.

Soo Young adalah gadis yang kuat. Tapi bukan berarti ia tak bisa menangis. Terkadang dengan menangislah rasa tenang itu akan kita rasakan.

"Maaf karena aku megkhianatimu. Tentang rasa yang harusnya tak ada untuk Luhan. Aku minta maaf. Tapi aku akan pergi meninggalkan kalian bahagia. Maka dari itu cepatlah bangun agar kau bisa bahagia bersamanya.."

Pegangan tangan Soo Young semakin erat pada Li Yin. Di luar dugaaan tangan Li Yin bergerak kecil seperti merespon tangan Soo Young. Tanpa pikir panjang Soo Young langsung melesat pergi memanggil dokter dan yang lainnya.

Sedikit demi sedikit mata Li Yin terbuka ketika Soo Young pergi. Lalu buliran air mata jatuh dari sudut matanya. Dia tersenyum lemah dan bergumam.

"Soo Young.."

-o-

Sosok itu sudah sadar dari tidur panjang nya selama berminggu-minggu. Sosok yang Luhan rindukan yang hampir membuatnya stress sendiri. Dan hanya Soo Young-lah yang tetap berada di sisinya untuk meyakinkan jika Li Yin pasti akan bangun.

Gadis cantik itu tersenyum dibalik masker alat pernapasan yang tertempel di wajahnya. Dia tersenyum pada seseorang yang juga ia rindukan selama ia tertidur. Pria ini dan Soo Young selalu hadir di dalam mimpinya saat dia tertidur panjang. Keduanya adalah orang-orang yang sangat ia cintai.

Dia ingat saat itu Soo Young menangis di dalam mimpinya saat dimana dirinya dan Luhan tersenyum bahagia. Ketika dia sangat ingin menghampiri Soo Young, Luhan mencegah nya dan memeluknya erat lalu mengatakan 'Tak apa, tetaplah disini bersamaku'.

Dibalik punggung Luhan ia malah ikut menangis ketika melihat Soo Young pergi menjauhi mereka. Dia tidak ingin kehilangan kedua orang yang dia sayangi.

HarshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang