Halo semua!
Perkenalkan, aku Dita, seseorang yang masih baruuuu banget disini, mohon bantuannya ya semua! :D
.
One-shot ini merupakan adaptasi dari akun FictionPress-ku yabg berjudul 'Kenangan Pahit di Tugu Khatulistiwa', dengan sedikit revisi.
Happy reading, folks!
...Karena diriku, dia yang kucintai semakin jauh dari sisi ini...
.
Sabtu, 23 Maret 2013
Harris, Nino, dan puluhan orang lain, baik warga Pontianak maupun pendatang, sedang menikmati perayaan titik kulminasi di Tugu Khatulistiwa, sebuah monumen yang terletak di provinsi Kalimantan Barat. Karena provinsi ini merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa, maka pada tanggal tertentu, termasuk 23 Maret ini, adalah saat ketika matahari tepat melintas di garis khatulistiwa, sehingga tidak menimbulkan bayangan pada objek di bumi.
Tepat pukul 11 lewat 35 menit, peristiwa mengagumkan itu pun terjadi. Khalayak ramai yang sedari tadi menunggu, menyaksikan dengan takjub bagaimana setiap manusia maupun benda yang ada disekitarnya, tidak menampakkan bayangan sama sekali. Tidak ada yang membayangi tanah tempat objek tersebut berada.
Begitu juga dengan kenangan akan Kayla, yang tak lagi membayangi keseharian Harris.
Ah, Kayla?
Harris tak ingin mengingat nama itu lagi. Sudah terlalu pedih hatinya mengingat kejadian setahun lalu, yang sanggup membuat hati Harris hancur berkeping-keping. Senyuman, belaian, tawa manis Kayla yang selalu membayangi batinnya…
"Harris! Ngape kau nih… melamun jak dari tadi," terkejut Harris ketika pundaknya ditepuk oleh Nino, sahabatnya yang jail itu.
"Ndak papakok… panas bah, capek kamek 1)," kilah Harris gugup.
"Pasti mikirin 'dia', ya? Kau ini kenapagalau terus, lupakanlah! Udahlama kejadian itu berlalu, tak usah diingat lagi!" balas Nino sambil menyampirkan lengannya ke bahu Harris.
"Gitulah… udah deh tak usah mikirindialagi!" Harris membalas candaan Nino dengan ketus, sehingga membuat raut wajah Nino berubah menjadi serius.
"Bercanda bah…bersenang-senang dulu kitadisini, barulah cari tempat berteduh, ye? Tak usah sedih, bro! Maafkan kamek udah ngomong kayak gitu."
Sudah tepat setahun sejak peristiwa 'ítu' terjadi. Peristiwa yang mengakibatkan sahabat terbaiknya menjadi berubah drastis, dan hampir saja meretakkan persahabatan yang sudah terjalin sejak lama.
Tidak, tidak. Lebih baik ia melupakannya. Membuangnya jauh-jauh ke tempat yang tak pernah bisa ditemukan oleh jiwa-jiwa kesepian yang mereguk memori indah masa lalu.
Mulai galau lagi si Harris nih, batin Nino yang melihat sahabatnya terus terdiam. Padahal sedang disuguhkan tarian tradisional Jepin Bui yang menghebohkan suasana. Tapi lain dengan Harris, yang hanya melihat dengan tatapan datar, sambil sesekali tersenyum sendiri.
"Gile ke, kau ni?" celetuk Nino sambil tertawa kecil, mencairkan suasana. Tak disangka, ternyata candaannya dibalas dengan tatapan tajam Harris. Sejenak kemudian, Harris pun bergegas pergi meninggalkan Nino.
"Harris! Kemane kau ni? Acara belum selesai bah!"
Sahabat Nino itu masih terdiam. Apa yang sebenarnya terjadi? Untungnya aksi diam Harris berlangsung tidak lama, sebab tak lama kemudian, remaja 17 tahun itu pun membalikkan wajah kehadapan Nino, menatapnya nanar.
"Pulang?" tawar Nino, lalu dibalas dengan anggukan lemah Harris. Nino pun menghela nafas. Jarak antara Tugu Khatulistiwa dengan rumah mereka di Pontianak, yang berjarak sekitar 3 kilometer itu, memang cukup menguras waktu. Tapi, demi menenangkan hati Harris dan memang gilirannya untuk menyetir pulang, setelah sebelumnya Harris yang membawa mobil pribadinya ke tempat ini, Nino pun rela untuk membawa mereka berdua meninggalkan Tugu Khatulistiwa ini, seandainya Harris mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangmu
RomanceApa rasanya memiliki kekasih yang sempurna? Tanyakan saja pada Harris. Ia memacari Kayla yang super cantik, super populer, juga super perfeksionis, sehingga membuat lelaki itu selalu dibayangi wanita yang ia puja. Namun, semua berubah, tepat pada sa...