Love You

224 10 2
                                    


Aku.. Choi Han Roo. Salah satu dari jutaan fans dari seorang soloist Kim Jong Dae atau yang biasa dipanggil Chen. Hari ini aku akan menghadiri salah satu showcase promosi album comeback dari Chen di Gyeonggido. Ini pertama kali bagiku menghadiri showcase, bertemu langsung dengan idolku, mendapat tanda tangannya, dan bisa berfoto bersamanya.
.
.
Chen duduk di backstage sambil membaca sebuah berita di smartphone nya. Bergumam dan.. Akhirnya ia berdecak kesal dan melempar smartphone mahalnya itu ke kursi di sampingnya.
"Apa mereka benar -benar menyukaiku? Atau hanya merasa kasihan padaku?" Umpatnya.
"Chen.. Ayo! Sekarang saatnya kau tampil di depan para penggemarmu!" Ajak seorang staff yang memandu acaranya.
"Ne!! Arraseo!"
.
.
Idol ku mulai keluar dari backstage nya. Menyanyikan lagu andalannya 'Best Luck'.
Semua fansnya ikut bernyanyi tak terkecuali aku. Ini hanyalah satu-satunya kesempatanku untuk bisa bertemu dengannya. Karena aku adalah Sparks -Nama fans Chen- dari kalangan menengah kebawah yang tidak mampu membeli banner, lightstick, album, dan yang lainnya. Aku hanya bisa menonton showcase ini. Jika tidak dengan kerjakerasku menjadi pekerja paruh waktu selama tiga bulan penuh, aku tidak akan bisa menonton showcase ini.
.
.
"Chen.. Ini pertama kalinya kau mengadakan Showcase di Gyeonggido. Bagaimana kesan mu terhadap Gyeonggido dan para fansmu?" Tanya seorang MC pada Chen.
"Ya. Aku merasa senang. Mereka sangat antusias dalam menghadiri showcase ini." Ucapnya tersenyum.
"Apa yang akan kau katakan pada seluruh fans mu yang ada di dunia?" Tanya MC itu lagi.
"Terimakasih telah mau menjadi fansku. Jika kalian menyukai ku karena terpaksa kalian bisa tinggalkan aku." Jawab Chen.
Sontak semua orang yang ada di sini kaget mendengar pernyataan Chen yang seperti itu. Begitupun aku. Aku.. Benar-benar menyukai.. Bukan.. Maksudku Mencintai Chen. Dan Menyayanginya juga. Suara riuh penonton yang mengkritik pembicaraan Chen semakin lama semakin nyaring. Terdengar beberapa fans yang menyoraki Chen dengan jengkel. Pihak manajemen Chen sempat meminta untuk tenang tetapi mereka malah memberontak. Akhirnya dengan terpaksa pihak penyelenggara mengahkiri showcase tersebut yang baru saja berjalan 30 menit. Semua fans berhamburan keluar dari studio tersebut. Para staff dan MC kembali ke backstage. Disini hanya tersisa aku di bangku penonton dan Chen ditengah panggung. Aku menunduk. Menangis, kenapa bisa idolaku, Chen mengucapkan dua kalimat menyakitkan itu kepada para fansnya.
Chen berjalan menghampiriku di bangku penonton dan menatapku.
"Kau tidak pergi?" Tanyanya.
"Kenapa? Untuk apa?" Ucapku sambil menghapus air mataku lalu mendongak menghadap idolku.
"Kau membenciku kan?" Tanyanya lagi.
"Tidak. Aku tidak membencimu. Tapi aku hanya kecewa pada mu Chen-ssi" Ucapku lalu menghela nafas panjang.
"Kecewa?"
"Ya. Padahal mereka benar-benar menyukai mu Chen-ssi. Mereka rela melakukan apasaja demi kau. Apa kau tidak sadar eoh?! Mereka rela bekerja seharian penuh demi untuk bisa melihat showcase mu ini Chen-ssi. Ada yang rela meninggalkan ujian akhir sekolahnya demi bisa melihat mu. Kau tidak sadar eoh?!" Bentakku.
"Aku tidak percaya itu. Kau juga melakukan hal bodoh itu juga?" Chen balas bertanya.
"Ya!! Aku rela menghabiskan waktu tiga bulanku untuk menabung dan bisa melihat showcase mu Chen-ssi! Jadi inikah balasanmu! Aku mencintai mu Chen!" Ucapku keras.
"Hahahah!! Kau menyukaiku sebagai Chen. Bukan sebagai Kim Jong Dae. Mereka juga menyukaiku sebagai seorang Chen. Dan juga bukan sebagai seorang Kim Jong Dae." Jelasnya.
"Apa?? Apakah seorang Chen dan Kim Jong Dae berbeda sifatnya?" Tanyaku dalam hati.
"Sudahlah sana Pergilah!. Aku tak butuh kau sebagai fansku." Usir Chen sombong.
Tanpa berkata lagi aku langsung berdiri, menghadap Chen sekilas dan langsung berbalik ke arah pintu keluar studio tersebut dengan perasaan jengkel.
Aku melangkahkan kaki ku keluar dari studio showcase tersebut. Tapi tiba tiba mendung menyelimuti kota Gyeonggido saat ini. Sial. Aku tak membawa payung.
"A choo!! Sial kemana sapu tangan ku?? Kenapa dia hilang?!" Ucap ku sambil mengobrak-abrik isi tas kecilku dan bersin berulang kali.
"A choo!! Aishhh.. Yang benar saja!! Hei sapu tangan kembalilah!" Ucapku lalu menggosok keras hidungku yang bersin tadi hingga hidungku memerah.
"A choo!! Sial!! Hujannya sudah turun!" Ucapku sambil mempercepat pencarian sapu tangan ku di tasku.
"Sial!! Hujannya makin deras! Yakk!", aku pun melindungi kepalaku agar tidak kehujanan dengan tangan kiriku. Dan memulai melanjutkan pencarian sapu tanganku dengan tangan kananku. Tiba-tiba beberapa detik kemudian air hujan sudah tidak menetes lagi. Tapi aku masih melihat kearah bawah jika hujan masih turun membasahi kota Gyeonggido ini. Dan melihat sepasang sepatu sneakers berwarna coklat tepat didepanku. Aku mendongak keatas.
"C-Chen?" Gumam ku tak percaya. Ia tersenyum.
"Kau mencari ini?" Tanyanya.
"K-Kenapa ini ada padamu Chen-ssi?"
"Aishh.. Dasar pabo! Hujan hujan deras begini kau malah merelakan tubuhmu basah basahan hanya demi selembar sapu tangan usang ini?" Tanya Chen meremehkan.
"Yakk! Chen-ssi ini sapu tangan paling berharga pemberian kakek ku!"
"Aishh.. Ceritanya nanti saja. Ayo kita ke mini market itu saja. Tubuhku sudah benar-benar basah karena sudah memayungimu!" Ucap Chen jengkel lalu memasukkan sapu tanganku ke kantong celananya. Aku dan Chen pun langsung berlari dibawah payung yang dibawa Chen tadi kearah minimarket terdekat.
"Huh!! Untunglah hujannya belum deras sebelum kita sampai ke minimarket ini." Dengusku dengan nafas berat dan terengah engah setelah sampai di teras minimarket. Dingin sekali rasanya. Aku memeluk kedua lenganku sendiri dan sesekali menggosokkan kedua permukaan telapak tangan ku. Chen menatapku heran.
"Ya!! Kau kedinginan. Ayo masuk saja. Kita beli ramen instan." Ajak Chen dan masih menatapku heran.
"K-Kau yakin?? Seorang artis sepertimu menyukai makanan ramen instan?" Tanyaku tak yakin yang sekarang giliran aku yang menatap Chen heran.
"Ya!! Jangan salah! Walaupun aku seorang artis terkenal, tapi aku sangat menggilai ramen instan!" Bantah Chen dengan wajah marah khas nya.
Aku hanya menahan tawa saat ia memelototi ku dan aku menutup mulutku dengan telapak tangan kananku.
"Ya!! Kenapa tertawa?? Wae? Waeyo??" Tanya Chen marah.
"Ya!! Kau sangat lucu jika sedang marah seperti itu Chen-ssi!"
"Aishh!!Kajja!! Kita masuk saja aku sudah kedinginan!" Ajak Chen langsung menggandengku masuk ke minimarket.
"Ahh..Mianhae" Ucapnya setelah masuk ke supermarket dan telah sadar bahwa dia telah menggandeng tanganku.
Omo!! Dia menggandeng tanganku! Ohh aigoo.. Mimpi apa aku semalam!
"Baiklah! Aku akan ambil ramennya dulu. Kau mau rasa apa Chen-ssi?" Tanyaku.
"Kau kan fans ku. Kenapa kau tidak tahu apa rasa favoritku?" Tanya Chen.
"Chen-ssi.. Aku kan tidak tahu kalau kau menyukai ramen instan. Lagipula di internet tidak ada fakta jika kau sangat menyukai ramen instan." Jelasku datar.
"Emm.. Sebenarnya manajer melarangku untuk makan ramen instan semenjak aku debut." Jelas Chen memulai ceritanya.
"So?" Tanyaku singkat.
"Tapi aku dulu sangat menyukai ramen instan. Dan sekarang semenjak aku debut, aku sudah jarang makan ramen instan. Dann.. Aku sangaattt merindukan sekali rasa ramen instan." Jelasnya lagi dengan menggunakan penekanan di bagian 'Sangat' dan 'sekali'.
Ohh aigoo dia sangat boros dalam menggunakan kalimat. Ada kata 'sangat' dan 'sekali'. Dia benar-benar bodoh. Ahh walaupun dia bodoh tapi aku kan mengidolakannya XD.
"Lalu?"
"Bantulah aku untuk merasakan ramen instan itu satu kali lagiiii.." Pintanya.
Ohh aigoo dia benar benar lebay saat ini.
"Jebal.." Pintanya dengan puppy eyesnya.
Ohh aigoo..puppy eyesnya.. Lebih imut daripada yang biasa ia lakukan di talkshow - talkshow yang pernah ia datangi di seluruh dunia. Membuatku melting seketika.
"Omo!! Kau serius Chen-ssi?" Tanyaku tak percaya.
"Ne. Aku serius.." Jawabnya.
"Ohh aigoo..ne arraseo. Jadi tentang kesukaan mu makan ramen instan hanya kau dan manajer mu yang tahu Chen-ssi?" Tanyaku mengambil kesimpulan seperti seorang detektif yang sudah menemukan titik terang dari sebuah masalah.
Chen mengangguk mantap dan tersenyum.
"Dan sekarang aku juga sudah tahu rahasia itu. Apakah itu masih termasuk ke dalam kategori rahasia jika seseorang fans juga tahu satu rahasia besar dari idolanya?" Tanyaku yang kini seperti seseorang investigator yang berhasil membuat seorang napi skakmat dengan perkataannya sendiri.
"A-Ah.. Anu. Kalo itu.." Chen gelagapan.
"Yakk!! Rahasiakan hal ini baik-baik. Jika tidak, kau akan habis..! Siapa namamu?" Tanya Chen mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Choi Han Roo" Balasku datar.
"Yakk! Jika kau menyebarkan hal ini, kau akan habis Choi Han Roo!" Ancam Chen.
"Ahahaha.. Ne ne arraseo." Ucapku sambil tertawa.
"Geurae.. Aku ingin ramyun keju satu!" Ucap Chen seperti anak kecil.
"Ne. Chamkaman ne?" Jawabku lalu berjalan ke rak makanan ramyun instan lalu mengambil dua cup ramyun instan dan menyeduhnya.
"Nah.. Ini untuk mu Chen-ssi" Ucapku sambil meletakkan sebuah cup yang berada di tangan kananku dan meletakkannya tepat di depan Chen.
"Omo!! Ramyun keju!!" Ucap Chen antusias dan langsung melahapnya.
"Ya.. Ya.. Ya.. Chen-ssi. Mie nya belum lunak. Tunggulah sebentar."
"Ahh.. Mian.. Aku terlalu bersemangat"
Aku hanya tertawa melihat tingkah Chen yang seperti anak-anak itu.
Aku menatap hujan dari balik kaca jendela minimarket sambil memeluk kedua lenganku. Dingin sekali rasanya. Tapi.. Mungkin aku adalah satu dari beribu-ribu fans Chen yang ada di dunia yang bisa mendapatkan kesempatan emas ini. Terjebak hujan berdua, Bercanda, Dia menggandeng tanganku dan.. Tahu satu rahasia yang hanya aku, Chen, dan manajernya. Kekekke.. Aku benar benar seorang Lucky fans!
Aku tersenyum senyum sendiri mengingatnya.
"Ya.. Ya.. Ya" Chen melambaikan tangannya didepanku.
"Yak!! Choi Han Roo!! Kenapa kau senyum senyum sendiri eoh?!" Tanya Chen.
"E-Emm.. Ahh Ani.."
Aku langsung mengalihkan pandanganku ke dalam minimarket yang benar-benar sepi ini.
Ya hanya ada aku, Chen dan seorang pelayan kasir di sini. Karena kami terjebak hujan. Aku melihat isi cup mi ramyunku dan nengaduknya sebentar.
"Chen-ssi.. Ramyunnya sudah matang. Silahkan dimakan."
"Ahh.. Ne!" Jawab Chen dan langsung melahap ramyunnya.
.
.
"Bibi, aku sudah selesai. Berapa semua?" Tanyaku di depan meja kasir.
"20 Won" Jawabnya.
"Ne.." Ucapku lalu merogoh tas ku dan mencari dompet ku.
"Ohh aigoo.. Eodiya??" Tanyaku panik sambil terus mencari dompetku di dalam tasku.
"Ya! Han Roo-ssi! Kau mencari ini?" Tanya Chen sambil berjalan kearahku dan menyerahkan dompet berwarna coklat bergambar beruang.
"A-Ah ne.." Ucapku lalu mengambil nya dari tangan Chen dan segera membayarnya pada kasir.
"Ya.. Kenapa kau bisa ceroboh seperti itu Han Roo-ssi?" Tanya Chen sembari kembali duduk di kursi menunggu hujannya reda.
"Hihihi.. Mianhaeyo..Aku memang terkadang orangnya sedikit pelupa." Jelasku.
"Yak!! Kau ini masih muda. Kenapa pelupa eoh?!" Protes Chen.
"Mollayo.." Jawabku sambil mengedikan kedua bahuku.
"Emm.. Chen-ssi.. Kenapa sikap mu benar benar berubah saat kau di panggung dan di kehidupan biasa seperti ini?" Tanya ku penasaran.
"Yak.."
"O-Oh.. Mianhaeyo. Aku.. Tak bermaksud lancang. Tapi aku hanya penasaran saja. Jika kau tak mau menjawabnya tak apa."
"Yak!! Jika di luar panggung panggil saja aku Kim Jong Dae. Panggil aku Chen saat di panggung. Chen dan Kim Jong Dae memiliki sifat yang berbeda." Jelasnya.
"M-Maksudmu?"
"Yaak!", Chen lalu mendengus kesal. Dan menatap ke segala penjuru arah. Melihat apakah ada orang lain yang bisa mendengar percakapanku dengan Chen. Lalu ia menarik kursinya dan kepalanya mendekat padaku
"Chen dan Kim Jong Dae memiliki sifat yang berbeda. Chen memiliki sifat yang cuek, tapi sedangkan Kim Jong Dae memiliki sifat yang lembut dan perhatian." Jelasnya.
Aku melongo mendengarkan penjelasan Chen.
"Yak! Choi Han Roo!" Ucapnya setengah berbisik.
"A-Ahh.. Ehh.. Mwo?" Tanyaku gelagapan.
"Kau mengerti maksudku?" Chen menjauhkan kepalanya dariku.
"Ne.." Ucapku sambil menganggukan kepalaku.
.
.
"Hujannya sudah reda. Aku akan pulang Chen-ssi. Terimakasih untuk hari ini. Dan jangan lupa pikirkan lagi kata-kata mu yang tadi mengatai para fans yang berpura-pura mengidolakanmu."
"Yak!! Panggil aku Jong Dae!"
"Ne Jongdae-ssi.. Annyeong!!"
.
.
Aku pun melangkahkan kaki ku keluar minimarket dan melambaikan tanganku pada Jong Dae saat melihatnya lewat kaca transparan di samping minimarket setelah aku sudah berjalan beberapa langkah menjauh dari minimarket.
"Choi Han Roo.. Hmm.." Jong Dae bergumam dan menarik nafas panjang. Lalu keluar dari minimarket dengan kanan kirinya memegang payung dan mendorong pintu minimarket itu dengan tangan kanannya.
"Fans yang lucu.." Ucap Jong Dae bergumam lalu tersenyum sambil memasukkan telapak tangannya ke saku celananya. Setelah itu ia tampak terkejut dan spontan langsung merogoh isi kantong yang ada di sebelah kanan celananya dan mengeluarkan nya dari dalam.
"Omo!" Kagetnya lalu menepuk pelan kening nya.
"Sapu tangannya lupa kuberikan padanya!" Sambungnya.
.
.
"Harus kuberikan dimana? Aku tak tahu rumahnya.." Tanya Jong Dae sendiri panik setelah sampai di ruang latihannya.
"Ahh.. Chamkaman.. Dia pernah bilang di.." Jong Dae mencoba mengingat.
"Aku bekerja paruh waktu di siang hari di Cafe Kopi 'Eureureong' "
"Ahh.. 'Eureureong' !" Pekiknya sambil menjentikkan jarinya semangat.
"Besok aku harus kesana!" Ucapnya.
.
.
Alunan musik berjudul 'Growl' yang dipopulerkan oleh Exo itu terus diputar di cafe kopi tempatku bekerja. Ya.. Sesuai namanya..'Eureureong' yang juga sama artinya dengan 'Growl'. Cafe ini diberi nama 'Eureureong' oleh pemiliknya. Terkadang telingaku sudah bosan dengan alunan lagu Growl itu. Tapi, terkadang manajer menggantiya dengan yang versi china atau malahan terkadang memutarkan MV nya. Cukup tampan sihh sebenarnya para member Exo. Tapi masih lebih tampan Kim Jong Dae ku dibandingkan dengan mereka semua.
Aku sedang mengepel lantai Cafe tempat ku bekerja. Setelah selesai, pelayan kasir yang akan berangkat kuliah siang memintaku untuk menggantikannya. Tiba-tiba saja saat aku akan berjalan ke meja kasir dan mengembalikan pel, seseorang tampak mengetuk-ngetuk kaca besar transparan yang ada dibelakangku sambil berbisik memanggil namaku.
"Yaa Choi Han Roo.."
Aku menoleh. Tampak seseorang yang sangat kukenal mengetuk kaca itu lalu tersenyum setelah aku menjawab panggilannya.
"Ini punyamu!" Ucap Jong Dae sambil mengeluarkan sapu tanganku dari kantong sebelah kanannya.
"Ohh.. Omo! Kim Jong Dae-ssi!" Ucapku setengah berbisik dan kaget. Mataku membulat sempurna seperti D.O Exo.
"Choi Han Roo!" Pelayan kasir yang akan meninggalkan pekerjaannya terus memanggilku dari kejauhan sambil melepas celemeknya dan menggendong tasnya ke bahunya.
Aku tidak menjawab panggilannya dan masih shock karena Chen tiba-tiba datang ke Cafe tempatku bekerja.
"Yakk! Choi Han Roo! Apa yang kau lihat daritadi eoh?!" Ucap pelayan kasir tadi berteriak.
"O-Oh.. Anio Jinsoo eonni.." Jawabku gelagapan sambil spontan menyandarkan punggungku ke kaca besar untuk menutupi wajah Jong Dae agar tidak ketahuan.
"Ya!! Cepat jaga kasir ini!" Ucapnya lalu keluar dari meja kasir.
"Ne.. Eonni." Jawabku cepat.
Jin Soo eonni keluar dari Cafe itu. Akupun membalikkan tubuhku untuk melihat wajah Jong Dae yang tadi kututupi dengan punggungku.
"M-Mi..an...", belum sempat aku melanjutkan kata-kataku Jong Dae sudah hilang dari tempatnya.
"Hahh! Kemana dia?!" Ucapku panik lalu membalikkan badanku untuk mencarinya keluar.
"Omo!" Kagetku.
DEG! Rasanya jatungku hampir lepas saat ini. Aku berusaha mengatur jarak dengan pria yang ada di depanku saat ini sampai-sampai kepalaku terantuk kaca jendela besar yang ada di belakangku.
"Annyeong.." Sapa Jong Dae yang tiba-tiba sudah berada di depanku.
"Omo! Yak!! Kim Jong Dae-ssi kau mengagetkanku eoh!!" Pekikku sambil mengusap kepala belakangku.
Jong Dae tersenyum lalu berjalan selangkah mendekatiku. Kepalanya mulai mendekat dan sedikit membungkuk menyamakan tinggi tubuhnya denganku.
"Yaa..Kim Jong Dae!!" Ucapku tanpa menggunakan embel -ssi dibelakangnya.
Dan tanpa kami sadari seorang paparazzi yang sedang berjalan santai mengetahui wajah Chen dari balik kaca jendela besar lalu memotret nya beberapa kali.
"Ini akan jadi trend di seluruh Korea. Bahkan dunia.." Ucapnya puas sambil melihat hasilnya lalu kembali berjalan.
"Yak!!" Ucapku kesal lalu menjitak kepalanya.
"Aww!! Appo!!" Teriaknya lalu mengusap kepalanya yang sakit.
"Rasakan itu!! Untung Cafe ini masih agak sepi. Kalau tidak aku bisa mati kena marah bos!" Protes ku pada Jong Dae.
"Aahh Mianhae Han Roo-ssi.." Ucapnya lalu kembali menegakkan tubuhnya.
"Kenapa kau kemari Jong Dae-ssi?"
"Kau tidak ingat tadi? Aku mau mengembalikan sapu tanganmu!" Jelasnya lalu mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya padaku.
"Ahh.. Ne. Gamsahabnida" Jawabku sambil menerimanya.
.
~~Esok harinya~~
"Omo!! Ige mwoya?! Kenapa ada aku dan Chen disini?!" Pekikku kaget saat aku membuka timeline line milikku.
"Soloist Chen diduga memiliki seorang kekasih" Gumamku pelan sambil masih fokus ke gambar dan isi artikelnya.
Aku terkejut. Aigoo Chen.. Bisa-bisa aku dibunuh oleh para fans mu.
"Aku harus menghubunginya.. Ya.. Harus!!" Ucapku lalu membuka twitter dan mulai mengetikkan sesuatu untuk dikirimkan ke twitter Chen.
"Kau sedang menulis apa eoh?" Tanya seorang pria dibelakangku. Aku menoleh ke belakang.
"Omo!! Kim Jong Dae-ssi!! Kenapa kau kesini lagi?!" Tanyaku kaget. Ia hanya nyengir kuda. Aku melihat ke seluruh penjuru Cafe untuk memastikan tidak ada seseorang yang melihat Chen disini.
"Semua orang menyangka kita berpacaran! Ya walaupun wajahku tidak terlihat" Ucapku setengah berbisik.
Jong Dae menarik kursinya didekatku lalu duduk.
"Ya!! Jong Dae-ssi"
"Ya!! Minta maaflah kepada para fansmu!!" Ucapku spontan.
"Baik.." Jawabnya datar.
"K-Ke-Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanyaku curiga.
"Han Roo-ya.. Saranghae.." Ucapnya sambil masih terus menatapku.
"Yak! Apa yang kau katakan Jong Dae-ssi?!" Tanyaku tak percaya. Aku juga mencintainya tapi apa mungkin ia mengatakan kalimat tadi itu dengan sungguh-sungguh?
"Kau akan konfirmasikan bahwa kita tidak berpacaran kan?" Tanyaku meyakinkan.
"Jika iya kita berpacaran.. Kenapa tidak?" Ucapnya.
"M-Maksudmu Ki..." Belum selesai aku berbicara ia mengangkat daguku kepalanya mendekat. Menempelkan bibirnya ke bibirku.
Mataku membulat sempurna.
"Oh My God!! This is not a dream?" Pekikku dalam hati tak percaya.
.
.
Gimana? Chemistry nya dapet ga? Maaf author pemula. Hahahah.. Minta sarannya ya. Sekian dari saya. TerimaChen

Eh iya.. Anggep aja itu Jiae yang jadi Choi Han Roo nya ya.. Soalnya pas jaman itu(?) belum dapet ulzzang yang cocok jadi pendamping Chen(?)
Sekali lagi terimakasih..

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang