[Author's POV]
Seorang gadis yang memakai hoodie abu-abu sedang duduk di teras rumahnya dan menatap lurus ke depan. Pagar yang sedang dilihatnya seolah memberikan daya tarik lebih di matanya. Sesekali ia menghela napas tertahan. Inilah kebiasaan yang dilakukannya saat ia ragu. Seperti sekarang, ia ragu apa ia harus sekolah sekarang atau tidak. Ia mendapat firasat buruk akan sekolahnya hari ini.
"Ayo, El," Dini, tante yang sudah dianggap mama oleh gadis itu menyentuh pundaknya dengan lembut. Lamunan Elea mengenai genangan air hujan yang ada di luar pagar pun pudar. Memang sedari tadi ia bukan memandangi pagar rumahnya, melainkan genangan air yang ada di luar pagar.
Kenalkan, gadis dengan hoodie abu-abu yang memandangi genangan air tadi adalah Elea. Eleanor Gabriella A. Jangan bertanya apa kepanjangan dari 'A' kepada Elea, karena ia tidak akan pernah menjawabnya, kecuali keadaan terdesak. Untungnya, sampai saat ini tidak ada keadaan terdesak yang mengharuskan dia mengucapkan kepanjangan dari 'A'. Elea adalah salah satu dari beberapa gadis yang menyandang gelar "nerd" disekolahnya, SMA Prosdokia International.
Elea mengikuti Dini dari belakang. Ia memang terbiasa sekolah ditemani tante kesayangannya itu sampai pangkalan ojek di depan kompleks yang juga menjadi tempat menunggu angkot datang. Elea akan menaiki angkot menuju sekolahnya, sedangkan Dini akan menyebrang jalan dan membuka toko kuenya.
Sesampainya di pangkalan ojek, ada beberapa angkot yang mencari penumpang. Elea pun segera pamit menaiki salah satu angkot yang menurutnya sudah akan berangkat, "tan, Elea berangkat ya. Kayaknya angkot yang paling depan ini udah mau berangkat."
Dini mengamati angkot yang berbaris paling depan dan memang sepertinya angkot itu akan segera berangkat. Dini menghela napas khawatir. Sejujurnya ia khawatir melihat Elea yang harus kesekolah menaiki angkot, tapi mau bagaimana lagi jika anaknya sendiri yang memaksa?
Dini tersenyum lembut dan mengelus kepala Elea singkat, "hati-hati ya."
Elea mangangguk mantap dan tersenyum mendengar ucapan Dini. Ia segera menaiki angkot yang berbaris paling depan dan walau harus berdesakan dengan beberapa anak sekolah lain, setidaknya ia mendapat tempat duduk di sebelah pintu.
Elea menghembuskan sekali lagi napas ragunya dan menggeleng pelan.
"Gak akan ada hari buruk kok. Tenang, El, tenang. Kamu harus bisa tenang, El. Semangat Eleanor Gabriella!" batin Elea menenangkan perasaannya yang terasa ragu dan cemas.
××××××××××××××××××××××××××××
Halo! Untuk prolog masih pake sudut pandang author alias Tasia ya. Untuk isi baru lebih dominan sudut pandang Elea. Gimana prolog baru ini? Jelek gak? Atau bagus? Apa lumayan? Kasih saran dan kritik yaaa :D votenya juga boleh kalo mau mah :D hehe
Maaf ya, aku kan nora dan katro, jadi kalo ada istilah yang salah dan gak cocok sama ceritanya tolong dimaafkan dan di benarkan melalui komen ya. Sekali lagi, maaf.
Maaf juga kalo ada typo ya x.x
Oh iya, prolog sama part 1 itu aku tulis ulang, gara-gara yang tanggal 28 udah aku tulis itu kehapus T.T jadi, kayaknya aku cuma bisa nerbitin prolog dan Part 1 aja hari ini. Part 2 dan 3 menyusul, gak tahu kapan ._.v mohon kesabarannya ya, aku usahain secepatnya kok. Maaf ya mengecewakan :(
Part 1 itu berubah jauh lho :v jadi kalo bisa baca ulang yah :D kalo ada yang gak ngerti soal cerita silahkan tanya lewat komen atau dm. Terima kasih :)
Semoga kalian suka sama prolog barunya~
Salam kecup kering,
df8
[30 Desember 2015]
KAMU SEDANG MEMBACA
NERDELEA
Teen FictionCulun dan miskin. Dua label besar yang berada di pundakku ini membuat aku dijauhi oleh siswa lain dari sekolahku. Bahkan aku juga di bully oleh sepupuku sendiri di sekolah. Oh, jangan mengasihaniku. Aku sudah biasa dan terlalu malas meladeni sepupuk...