Part 16.

940 48 6
                                    

"Jalan hidup kita harus seperti ini, melewati yang lain dulu setelah itu baru bersatu," ujarnya lagi.

"Lihat ke sana," katanya sambil menunjuk ke dermaga.

Dermaga dengan panjang 150 M itu terlihat nyala lampu bertuliskan LOVE dan iringan lagu A Thousand Years mulai terdengar. Sambil terperangah aku menatap Ikhrom, dia berdiri dengan sikap yang aneh, kakinya silih berganti dia tekuk ke belakang.

"Waktu lamaran aku gak bisa melakukan ini padamu, jadi maaf baru setelah kita halal aku mengulanginya."

Dia berlutut di depanku. "Maukah kamu bersamaku karena Allah? Melangkah di jalan Allah? Saling mengingatkan jika keluar dari apa yang diajarkan Rosullullah, bersama hingga ajal menjemput? Menempatkan Allah di atas pernikahan kita? Mengajarkan anak-anak kita bagaimana bersandar padaNYA? Ya Humairoh?"

Aku tertawa melihat wajah serius suamiku ini, "Di mana mereka?" tanyaku.

Bibir Ikhrom terangkat sebelah, sebelah tangannya menggaruk kepala. Sebelah tangan Ikhrom meraih mikrofon kecil lalu didekatkan ke mulutnya. Mata Ikhrom menatap benda kecil itu, dia bicara dengan seseorang yang mendengarkan dari jauh.

"Gagal, Rina tau semuanya di kendalikan kalian," ujar Ikhrom sambil menyeringai padaku.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala lalu melihat ke belakang, mataku memicing menatap jauh ke sekeliling mencari- cari juga menerka kira-kira di mana mereka bersembunyi. Lalu dua sosok manusia terlihat keluar dari dalam restoran, Sari dan Rendra. Mulutku ternganga lebar, kecurigaanku benar, hati ini geram, jengkel sampai aku berkacak pinggang,  mereka-Sari dan Rendra malah tertawa lebar, "Maaf...," bisik Ikhrom.

Dengan cepat aku membalikkan tubuhku menghadap ke Ikhrom, "Jangan berubah jadi orang lain, Bang."

Dengan panik Ikhrom menggerakkan kedua tangan ke kanan kiri dengan acak berisyarat, "Engga lagi."

"Manusia es seperti kamu, Bang, kita mulai dari awal lagi. Meski aku protes karena lamaran kaku itu tapi memang seperti itulah dirimu. Jangan berubah jadi romantis karena itu bukan kamu, aku memilihmu karena Allah. Ya, itu jawaban aku atas pertanyaanmu. Aku mau kita sama-sama sampai ajal menjemput, hanya kita dan anak-anak."

Aku melingkarkan kedua tangaku ke pinggangnya, memeluknya tanpa ragu lagi. Ikhrom terlonjak saat aku memeluknya setelah itu dia bergeming, lalu tangannya melingkari punggungku dan kecupan lama di puncak kepalaku membuat aku meleleh.

Aku pernah punya suami yang jago merayu, saking hebatnya Angga romantis pada setiap wanita. Jika pilihan Allah adalah Ikhrom manusia es yang setia dengan Angga manusia romantis, maka aku menjatuhkan pilihanku pada Ikhrom.

"Wanita baik untuk Pria baik. Jika terjadi pernikahan lalu iman istrinya jauh di atas suaminya, jangan heran kalau Allah memutuskan jodoh di antara mereka. Itu kasih sayang dan keinginanNYA untuk wanita baik supaya dia meraih Surga dengan pria baik juga."

Terngiang kembali ucapan Ustad Romi saat aku terpuruk. Saat menghadapi cobaan hidup kita terlalu fokus pada sedih, lupa bahwa Allah hanya menginginkan kebaikan. Kasih sayang dari Engkau seperti ini Ya Rabb? butir air mata membasahi pipiku, Subhanallah.

"Kenapa nangis?"

"Allah gak pernah, tidak sayang pada hambanya," jawabku.

"Ada dua yang diberikan Allah untuk manusia, cobaan dan hukuman. Pernikahan yang di awali dengan dosa, maka Azab yang diberikan Allah beberapa cara ada yang bertahap, adapula yang langsung. Sebagai penghapal Al Quran kamu diberikan cobaan berlipat untuk menguji apakah kamu mundur atau tetap memegang teguh percaya bahwa hanya Allah tempatmu bersandar."

Nasehat Ikhrom membuat dadaku bergemuruh terasa sakit karena ingat bahwa aku berburuk sangka padaNYA atas semua cobaan hidup yang menimpa rumah tanggaku. Aku menyalahkan diri sendiri, lupa kasih sayang Sang Maha Pengasih. Aku tidak ingat bagaimana semua sel di tubuh ini adalah anugerah. Aku lupa akan nikmat hidup yang hakiki malah tenggelam dalam lumpur keterpurukan.

"Waduh kayanya kita jadi obat nyamuk nih," omel Sari.

Aku melepaskan tanganku, muka ini terasa sangat panas terutama di daerah pipi pasti merah padam. Ikhrom mengelus pipiku, "Sari, kamu membuat istriku malu."

"Cie cie cie udah ada yang bela," ledek Sari.

Sari terkekeh sambil meraih pundakku, aku memeluknya sambil tertunduk.

"Aku tau kalian pasti merecoki kami," desisku.

"Cuma ngasih pengarahan aja, kata-kata itu dari dia sendiri," ujar Rendra sambil meninju bahu Ikhrom pelan.

Mereka semua tertawa bahagia sedangkan aku merasakan hatiku bergetar menumbuhkan bunga-bunga cinta yang baru bermekaran. Hatiku untuk Angga sudah layu, mati dan terkubur sangat dalam. Aku tidak memberikan hati yang lama pada Ikhrom, aku mengganti hatiku dengan yang baru kubuat khusus untuk seorang manusia es seperti Ikhrom.

Hati yang menuju pada Allah, menumbuhkan semua benih cinta untuk mekar dan wangi dalam pernikahan kami. Melafaskan Al-Quran dalam tangkai cinta yang akan mengeluarkan wangi yang memenuhi hidup kami.

Berusaha berjuang dijalan Allah, percaya bahwa semua badai dalam pernikahan akan terlewati dengan ingat bahwa Allah satu-satunya jalur yang benar untuk tujuan akhir hidup manusia di Dunia.

***

Dari balkon hotel aku menatap kosong ke arah laut, dari atas terlihat lalu lalang kendaraan, aku menundukkan kepala melihat ke arah tulisan Pantai Losari. Makassar punya banyak objek wisata dan aku ingin melihat semuanya, seperti yang diceritakan oleh Ikhrom. Tiba-tiba ada tangan yang merayap dipinggangku memeluk dari belakang. Senyum dibibirku terasa lebar, dengan yakin aku menyandarkan kepalaku ke dada bidangnya. Ini posisi paling nyaman untukku, kalian jangan iri, jangan baper.

Dagu Ikhrom terasa di atas kepalaku, aku menggapai dagu yang terasa kasar oleh rambut-rambut halus itu, menelusuri pipi atasnya lalu turun ke bibirnya yang penuh, Ikhrom mengerang. Aku terkikik merasakan sesuatu yang mengeras di belakang punggungku.

Kepala Ikhrom tertunduk embusan di telingaku yang tertutup kerudung terasa membuat aku bergidik.

"Jangan membangunkan macan yang tertidur," gumamnya.

"Dengan senang hati aku bertanggung jawab untuk menidurkan macan itu," tantangku.

"Ah, Humairoh-ku mulai berani dan nakal."

"Besok kita ke mana?"

"Malino," jawabnya sambil menarikku untuk mundur.

tbc.

Cuttttt uhuk-uhuk jangan lemparin aku pake sandal yak, aku maunya dikirimin cemilan ajaaa, ngikik.

karena masalah miror web itu aku unpublish KCBS lalu setelah upload ulang eeh kok part 16 yang masih draf ikutan aku publish tanpa sengaja. baru sadar pas ada yang vomen, maaf *nunduk dalem* ini authornya rada2 linglung bin pelupah wakakakkaka.

eniway ini tgl 30 Desember 2015, Kirana sebentar lagi close PO ya, yang belum ikutan capcus Inbox fb Penerbit LovRinz yaaa *gak pernah lupa promosi* xixixixiixi.

sampai ketemu di part 17, jangan marah klo aku update kaya siput emang begini deh, author paling gaje ini, hahahahahaha.





Katakan Bahwa Cinta Bukan SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang