BAB 2

55 4 6
                                    

Bel istirahat siang itu berdering nyaring di seantero sekolah. Elena spontan menutup bukunya dan merapikan alat tulisnya yang berceceran di atas meja. "Vi, mau ke kantin gak?" tanyanya pada Vivi, salah satu teman dekatnya di kelas.

Vivi menggeleng. "Gue bawa bekel, Na. Emangnya lo gak bawa?"

"Enggak. Tadi gue lupa masukin ke tas," ujar Elena lalu segera keluar menuju kantin.

Sepanjang perjalanan, Elena merutuki dirinya sendiri karena lupa membawa bekal sehingga harus ke kantin yang jaraknya cukup jauh dari kelasnya. Ya, Elena termasuk salah satu perempuan termalas bergerak. Olahraga saja hanya seminggu sekali dia lakukan, itupun karena ada pelajarannya di sekolah.

"Elena!" panggil seseorang.

Yang dipanggil menoleh ke samping dan tersenyum lebar saat menyadari bahwa Kira yang memanggilnya tadi. "Kir, ayo temenin gue ke kantin sekarang juga karena sahabat lo ini sangat-sangat lapar," ajak Elena dengan nada yang sangat dramatis seraya menarik tangan Kira untuk mengikutinya.

"Ih, gue belom makan, Na," ujar Kira sambil berusaha melepaskan diri dari Elena. "Lagian kenapa, sih, ngajak-ngajak gue? Biasa sendiri aja, sok minta ditemenin. Kapan-kapan aja lo gue temenin ke kantin, ok?"

Melihat wajah memelas milik Kira, akhirnya Elena merenggangkan pegangannya sehingga Kira dapat lari kabur kembali ke kelasnya. Tawa Elena berderai saat melihat cara lari temannya itu tidak berubah, yaitu aneh tetapi lucu. Seakan mengingat sesuatu, Elena menepuk dahinya pelan. Dia baru ingat kalau istirahat pertama waktunya tidak selama istirahat kedua. Dengan cepat ia berjalan ke kantin dan segera memesan makanan.

Untungnya, kantin sudah tidak terlalu ramai karena memang sebentar lagi bel tanda istirahat telah berakhir akan berdering. Namun, Elena tidak peduli karena yang ia perlukan saat ini adalah makanan untuk membuat perutnya berhenti berontak kelaparan. Saat dirinya duduk di salah satu bangku yang kosong, di hadapannya muncul seorang laki-laki yang baru dikenalnya dua hari yang lalu dengan senyum tipisnya.

"Ada apa?" tanya Elena langsung tanpa basa-basi.

"Enggak, gue cuma mau duduk di sini aja. Gak boleh?" Asa lagi-lagi menampakkan senyum tipis andalannya yang mampu membuat para wanita meleleh jika melihatnya.

Elena menatap Asa dengan pandangan yang seakan mengatakan 'kursi kosong banyak kenapa malah duduk depan gue, ha?' Tetapi alih-alih mengatakan hal tersebut dengan lantang, Elena malah bergumam, "Terserah."

Berhubung kantin tidak ramai atau bisa dikatakan mulai sepi, Elena tidak perlu repot-repot untuk bangun lagi dan mengambil pesanannya karena sudah diantar duluan oleh Bu Kokom, salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya.

"Makasih, Bu," ujar Elena seraya menerima piring pesanannya dari Bu Kokom.

Lalu ia segera menghabiskan makanannya tersebut dengan motif ingin cepat pergi dari kantin karena tidak ingin berlama-lama dengan laki-laki aneh yang ada di hadapannya saat ini. Selain itu, Elena juga tidak ingin dihukum karena telat masuk ke kelas berikutnya yang seingatnya merupakan kelas yang diajar oleh guru yang disiplin waktu.

Selama Elena makan, Asa tidak berhenti mengoceh dan seakan-akan mereka berdua sudah menjadi teman akrab. Namun ketika menyadari makanan Elena yang tinggal seperempat, Asa terkekeh pelan. "Santai aja kali makannya," ujarnya seraya menyeruput es teh manisnya. "Entar keselek, lho, Elena. Terus meninggal, kan bahaya."

Yang dinasihati memutar kedua bola matanya sebelum mengatakan, "Berisik. Lagian, gak sampai meninggal juga kali."

Tawa Asa berderai. "Ya siapa tahu? Kalo takdirnya meninggal, bisa aja."

"Kalau gue boleh ingetin, tadi lo gak ngomongin takdir. Lo cuma bilang jangan makan cepet-cepet karena nanti keselek terus meninggal," kata Elena.

"Oh itu bercanda, Bos!"

"Ngomong-ngomong kenapa lo duduk di sini?" tanya Elena penasaran.

"Lo seharusnya nanya itu pas gue baru duduk, bukannya pas lo udah mau selesai makan," komentar Asa santai. "Jadi, gue duduk di sini karena gue mau. That's it."

"Gak mungkin."

Angkasa tertawa melihat wajah Elena yang seakan menahan amarah karena dirinya menjawab dengan bercanda. "Mungkin, karena emang itu alasan kenapa gue duduk di sini, Elena. Dan itu jangan lupa diabisin nasinya, bentar lagi masuk."

"Bawel lo, Angkasa," gumam Elena dan tidak menanggapi lagi kata-kata Asa karena dia lebih memilih untuk menghabiskan sisa nasinya secepat mungkin dan kembali ke kelas. Tidak lupa, Elena berharap dirinya tidak akan bertemu lagi dengan Angkasa dimanapun dan kapanpun.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang