~Prilly~
Ali sudah pacaran? Dan itu artinya aku diduakan? Meski aku tidak tahu apa status hubunganku saat ini. Yang jelas kalian tahu aku sangat sakit, bayangkan jika kalian memiliki seorang kekasih yang sangat kalian cintai dan dia berpacaran dengan lelaki lain tetapi kalian masih menjadi kekasihnya? Sakit. Memang sakit, rasanya aku ingin lari saja. Bukan berarti aku ingin lari dari kenyataan, tapi sakit rasanya mengingat berjuta kenanganku bersama Ali.
Lumpuhkanlah ingatan ku hapuskan tentang dia, hapuskan kan memori ku tentangnya, hilangkanlah ingatan ku jika itu tentang dia, ku ingin ku lupakannya...
Lagu Geisha-Lumpuhkanlah ingatanku itu seperti sangat pas untuk suasana hatiku saat ini.
"Prilly..."
Aku melihat Digo berdiri di hadapanku ntah sejak kapan, aku terkejut ketika melihat sudut bibir Digo yang terlihat memar.
"Digo, kamu..."
"Ali...."
Aku membeku diam, Ali yang memukul Digo hingga begini. Dan apa itu karnaku? Rasanya aku terlalu jahat melibatkan Digo dalam urusan percintaanku.
Aku membantu Digo duduk. Berkali-kali nampak Digo meringis memegangi ujung bibirnya.
Aku merasa iba melihat Digo, ia yang bukan siapa-siapaku malah rela babak belur hanya karna ku. Aku yang terlalu bodoh menghancurkan cintanya dan memilih Ali.
"Maaf..."
"Untuk?" Tanyanya heran.
Aku hanya bisa menunduk tak berani menatap wajahnya, tapi Digo mengangkat daguku lembut dengan senyum manisnya.
"Jangan menyalahkan diri sendiri, jika itu bukan salah kamu asal kamu bahagia aku bakal lindungin kamu" ucapnya terdengar tulus.
Perlahan Digo mendekatkan wajahnya, aku bisa melihat dengan jelas bulu mata lentiknya yang menggoda serta mata hitam legam miliknya yang selalu menatapku dengan penuh cinta.
CUP. Digo mengecup bibirku singkat, saat itu aku merasa tak berpijak lagi. Kecupan itu terasa nyata, ku rasakan pipiku saat ini pasti sudah memerah antara malu dan bahagia.
Digo menarikku menuju mobilnya dan aku hanya mengikuti, aku masih merasa tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Sudah jangan dipikirkan, anggap itu sebagai pelambang perasaan ku" ucap Digo tersenyum lagi.
DEG. Lagi-lagi jantungku berdegup begitu cepat, 'pelambang perasaanku' apa itu artinya Digo masih mencintaiku? Tapi segera ku tepis jauh-jauh pikiran konyolku itu. Dulu sempat terpikir firs kiss ku akan diberikan pada Ali, tapi sayang itu dulu. Kini semua berubah tanpa di sengaja, kenangan Ali berubah seketika menjadi Digo. Tapi jika jujur cinta itu masih ada untuk Ali.
Sepanjang jalan aku hanya diam, aku juga tidak tahu kemana Digo akan membawaku. Setelah lama aku terdiam akhirnya rasa penasaranku akhirnya muncul ketika Digo tidak melewati jalan pulang ke rumah ku.
"Kita kemana?"
"Ke suatu tempat yang mungkin bisa menghilangkan rasa sedih di hatimu" ucapnya santai.
Dan setelah itu kembali hening, aku hanya diam memperhatikan jalanan yang rami motor dan mobil.
Mobil berhenti di sebuah taman dengan pemandangan yang kurasa aku pernah melihat sebelumnya.
Digo keluar terlebih dahulu berputar kembali dan membukakan pintu untukku, aku mencoba menahan agar tidak tersipu melihat perlakuan masih Digo.
"Masih ingat tempat ini?" Tanyanya mengusap kepalaku lembut.
Aku terdiam sejenak mengingat tempat ini. Lama menunggu akhirnya Digo tertawa ntah apa yang membuatnya tertawa aku juga tak mengerti.
"Kenapa ketawa?" Tanyaku sedikit kesal.
"Ekspresi berpikirnya serius amat buk..." ledeknya mencolek daguku.
Aku kembali tersipu malu di buatnya, ntah sudah keberapa kalinya aku tersipu karna perlakuan Digo padaku.
"Ini tempat aku nyatain cinta dulu sama kamu" Digo membawaku duduk di kursi bercat putih.
"Kamu ingat.."
Aku mengangguk paham, tempat ini adalah saksi bisu dimana pertama kalinya seorang Digo yang tidak pernah menyatakan perasaannya pada seseorangpun, dan pada akhirnya dia menyatakan perasaannya pada ku. Meski aku menolaknya dan memilih Ali, dia bahkan masih tetap setia berada di sampingku saat dimana aku merasa ingin lari dari kenyataan hidup yang begitu sulit.
Tempat ini juga mengingatkanku diaman aku menolak Digo dan pergi bersama Ali, jika diingat betapa bodohnya aku dulu tidak melihat perhatian Digo padaku.
DUARRRR...sauar petir yang menyambar membuat ku terkejut sekaligus ketakutan, spontan aku memeluk lengan Digo.
"Kamu kayaknya jatuh cinta deh sama lengan aku, buktinya meluk lengan aku erat amat..." sadar dengan cibirannya aku mendongakkan wajahku menatapnya yang malah tersenyum jahil kearahku.
"Ihh...jahat..jahat. aku kan takut petir, kamunya ledekin" aku mencubit perutnya kesal.
Digo hanya tertawa kemudian memcubit hidungku gemas.
"Iii..sakit,"
"Sakit yah? Maaf kekencangan" Digo mengusap hidungku yang memerah karnanya.
"Kita pulang yuk, hari kayaknya mau hujan.."
Aku mengangguk, dari tadi Digo sama sekali tidak melepas genggaman tangannya. Ada rasa hangat menyeruak dalam hatiku merasakan kasih sayangnya yang tulus.
Digo membukakanku pintu layaknya seorang princess, aku tersenyum membalas senyum manisnya.
Di perjalanan suasana kembali hening hingga sampai rumahku.
"Hati-hati dijalan.." pesanku sebelum ia melajukan mobilnya.
"Iya, selamat malam..."
Setelah mobil Digo mulai menjauh dari pekarangan rumah, aku tersenyum menatap tangaku sendiri.
"Aku gak akan cuci tangan" konyol, memang tapi itulah yang kurasakan. Bahkan sentuhan hangat Digo masih terbayang dalam pikiranku. Sejenak melupakan beban pikiran yang terjadi antara aku dan Ali.
***
Untuk saat ini vote dan coment adalah hal yang membuat saya semangat hihi. Sedikit vote dan coment? Maaf belum bisa lanju :b
Babay...
Love
Ira
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaning Of Love
Randomaku tidak mengerti rasa ini, tapi yakinlah cintaku padamu tetaplah sama, hanya saja aku tidak mampu mengatakan yang sebenarnya. dan bolehkah aku merasa bosan dengan hubungan ini.