BTS (Spesial)

7.1K 536 26
                                    

Didedikasikan untuk 화양연화 (The Most Beautiful Moment In Life) pt.1-2, ARMY, serta permintaan dari banyak pembaca

HIMBAUAN:
TIDAK 100% berdasarkan klip-klip video BTS dan BUKAN merupakan wujud pengembangan teori. Tulisan ini murni hanya sebuah fiksi dan imajinasi penulis



Butterfly
(Kupu-Kupu)
P
*pratinjau, pembuka
(semi)puisi, perumpamaan

"Kita bisa tertawa asalkan kita tetap bersama." BTS, Prologue

Seokjin.

Ia pernah, mendekap seseorang kedalam rengkuhan tangannya, beralas dada ringkihnya. Seseorang, bersama aroma tubuhnya, bersama kelopak mata yang ditutupnya.

Jangan memikirkan apapun,

Tapi kehadiran itu berganti menjadi kehampaan, dalam dekapnya hanya keganjilan mahkota lili; tak beraroma, hambar.
Ia menunduk, lili yang berguguran diatas telapak tangan terhambur jatuh.
Menangis.

Jangan ucap sepatah katapun,

Yoongi.

Seseorang pernah terbaring disana, menemani tiap malamnya, melihat tawa yang hampir tak pernah ditampilkannya. Seseorang pernah menggores sentuhan diatas kulitnya, pada syaraf lemahnya yang bergetar.

Tertawa saja denganku.

Senyaring apapun ia mengerang dalam relung tidur, sekeras apapun ia berusaha menggetarkan udara, takkan pernah menyampaikan kesedihannya pada bulan;
Bulan tak mendengar.

Hoseok.

Aku masih belum mempercayainya,

Yang ini, tahu akan kehilangan. Yang ini, tahu akan ditinggalkan. Yang ini telah merasakannya sejak lama, lama sekali dan bongkahan hatinya terkikis, menipis. Yang ini, benci rasa sakit, benci untuk merasa tersiksa.

Semua terasa seperti mimpi.

Memejam mata, menggigit bibir, menahan air mata, menampik takdir.
Jangan, jangan rebut apapun darinya. Jangan, jangan rasakan sakit baginya.

Namjoon.

Ada, asing.
Hadir, tidak disini.
Terasa, sama dengan hening.
Ia melihat kenyataan dari segi kasat, ia menangis dari keringnya air mata, ia menjerit dari bisunya suara. Tapi orang didepannya, yang melihatnya, yang bicara dengannya, bisa sangat peka merasakan emosinya yang samar.
Hanya saja, memang, kepergian adalah jalan pulangnya.

Jangan coba untuk menghilang.

Jimin.

Menari dengan riang, bebannya terangkat perlahan. Matanya memejam dalam senang, para kawan tertawa mengitarinya, melambung. Kulitnya getir, sensasi menusuk sampai ke rusuk, tapi apa yang ia lihat?
Kehangatan.

Apakah itu benar?

Hingga nafasnya tercekat, ia bahkan tak sadar itu terjadi.

Taehyung.

Langit, sejak kapan berwarna merah? Awan, sejak kapan memudar?

Tidak, itu tidak benar.

Kau terlalu indah dan membuatku takut.

Perutnya tergelitik, entah geli entah jijik, tapi ia tertawa, tapi ia menangis. Ini juga rasa kehilangan. Hilang, hanyut.

Jungkook.

Tak ada apapun disini. Tak ada rasa sakit. Tak ada kebencian. Sedihnya hilang, terkejutnya pudar.

... Kau?

Sudut bibirnya naik. "Aku masih bisa tertawa."


Tetaplah bersamaku dan berjanjilah padaku,

karena jika kulepaskan tanganmu

kau akan terbang jauh.

Jauh... Jauh.

Maukah kau menghentikan waktu?

Karena jika saat-saat yang kita lalui akhirnya terlewat,

aku takut kau akan menganggap seolah tak pernah terjadi apapun

dan kau akan terbang jauh.

Takut... Takut.



"Seperti kupu-kupu, seperti kupu-kupu."
BTS, Butterfly

BTS Dirty DraftsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang