Chapter 1

962 10 1
                                    

Namaku Adinda Fredella Myesha, terserah kalian ingin memanggilku apa. Yang pasti tolong beritahu aku nomor telepon, siapa saja di dunia ini yang tak punya masalah. Kenalkan aku padanya, akan kuberi dia mendali. Di kantor aku tak menemukannya. Layla cantik tapi sedang bergumul dengan kanker payudara. Pak Bowo ketakutan setangah  mati akan diceraikan istrinya, karena penyakit selingkuhnya yang tidak sembuh-sembuh. Ibu Ning yang sedang sekarat karena narkoba, hidup segan mati tak mau. Bayu yang dijauhi orang sebab takut keteluran AIDS dan dia juga dicurigai AC/DC atau bisex. Rin yang punya suami kaya raya namun tak kunjung punya anak. Dan terakhir Karen yang sakit jiwa.

Sebenarnya Karen tidak sakit jiwa, tapi semua orang dikantor setuju bahwa dia sedang bermasalah. Entah apa, dia selalu mencari masalah denganku. Mungkin akulah masalah baginya, dan dia memang berpotensi untuk menjadi masalah bagiku walau aku merasa tak ada yang perlu dipermasalahkan dengannya.

Entahlah, tapi akhir-akhir ini dia makin seperti sakit jiwa menghadapiku. Dia lebih senior walaupun usiaku lebih tua darinya. Dia tetap cantik walaupun tangah hamil besar, postur tubuhnya yang dulu bagai model, tinggi dan langsing, sekarang seperti babon, kingkong, gajah gemuk, atau sebutlah saja raksasa. Dia lumayan cerdas dan pekerja handal. Tapi semua itu berubah akhir-akhir ini. Dia selalu saja mencari gara-gara denganku. Sering marah-marah tanpa sebab yang jelas, dan suka bebicara hal-hal yang pedas padaku bahkan tak berhubungan dengan pekerjaan. Aku coba memaklumi, mungkin itu gejala yang dialami ibu muda yang baru hamil pertama. Kata kepercayaan orang dulu bisa jadi kelak anaknya akan mirip denganku. Bah! Betapa beruntungnya anak itu kalau memang benar adanya, Hehe.

Tapi semakin hari ia makin menjadi. Banyak hal yang tidak masuk akal dan tidak pantas yang keluar dari mulutnya tanpa sebab yang jelas, dan sudah pasti ditujukan padaku. Pernah suatu waktu ia bicara seperti ini.

"kamu sadar nggak, sebentar lagi akan menjadi satu-satunya perawan tua dikantor ini?"

Oalah! Baru pertama seumur hidup aku mendengar kata-kata itu. Perawan tua? Aku baru 28 tahun kok, sebentar lagi 29. Baru 28! Entah kenapa aku tak suka mendengar hal itu. Aku merasa ada yang sakit dalam hatiku. Kusadari dia memang benar disatu sisi. Hanya aku yang belum menikah dikantor ini. Layla sedang bertunangan, padahal setelah Rin, aku yang paling tua dari semua wanita disini. Tapi itu bukan kehendak ku, semua itu diluar kuasaku.

Namun dia juga ada benarnya dan dia tidak berniat sengaja menyakitiku. Anggaplah itu bentuk perhatianya terhadapku. Jadi segara kulupakan saja, kalaupun dia sengaja akan ku maafkan. Aku terlalu sibuk untuk marah. Tapi dengan aku diam mulutnya makin beraksi. Sering kali dia menyebut kedua kata itu, perawan tua. Parahnya lagi perkataannya bertambah satu.

"Jangan-jangan kamu lesbian, Din? Kamu banyak teman cowok yang ngejar-ngejar kamu tapi kok kamu malah cuek sih?" Saat itu aku sangat ingin menamparnya, tapi ku urungkan. Aku hanya yakin bahwa aku tak seperti apa yang dia sebutkan. Ku anggap saja angin lalu.

Begitulah hidup. Semua orang mempunyai masalah, disadari atau tidak, diakui atau ditutupi. Sedangkan aku, apa masalahku? Mungkin hanya satu, Taka!

Itulah masalah terbesarku. Letak kesalahannya adalah, aku terlalu mencintainya dan tak bisa-atau belum bisa?- pindah kelain hati. Padahal kisah itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Terus terang aku mulai pusing. Agak mulai panik. Panik? Ya! Aku tak suka menghitung usia ku. Aku takut seperti Rin yang telat nikah akibatnya sampai sekarang sulit mendapatkan keturunan. Aku juga selalu pusing jika mama dan papa sudah membicarakan perihal cucu. Mereka sangat ingin menimang cucu dariku. Boro-boro cucu mama, perihal cinta saja nasibku selalu buruk!!

Bukannya aku tak ingin mencoba membuka hati lagi. Semakin aku mencoba semakin aku merindukan sosok Taka. Apa tentang Taka yang begitu istimewa?  Tidak banyak. Dia hanyalah seorang anak saudagar yang memiliki hidup sederhana di sebuah desa di pedalaman  Jepang yang jauh dari hingar bingar kota.

Jalan hidup kami berpapasan ketika aku mengambil program kuliah di Jepang, dan dia mendaftarkan diri sebagai sala seorang voulintir bagi mahasiswa asing. Kebetulan dia salah satu mahasiswa yang teladan. Tapi bukan itu daya tarik utamanya. Walaupun aku jadi sangat beruntung karena dapat memiliki dia sebagai guru bahasa Jepang pribadiku, dan gratis!

Aku tidak ada rencana ngeceng atau ngelaba dinegara mantan penjajah itu. Bahkan aku bertekad untuk tidak tertarik pada satu lelaki pun disana. Aku tiba dengan berat hati. Berkali-kali kupastikan pada orangtua ku bahwa Tuhan akan menjagaku di Negeri asing itu. Sejarah masa lalu keluarga kami, membuat mereka berat melepas kepergianku.

Sejak pertama melihat orang yang menjemputku di Narita Airport itu, instingku berkata bahwa dia memiliki sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Walaupun akhirnya hampir tiap hari ia menemaniku kemana-mana, perlu berbulan-bulan untukku menyangkal pesona mahluk keturunan Oshin itu. Akhirnya aku kalah, terpanah Dewa Chupid dan tak berdaya mengelak.

Aku tak tau apakah itu yang dinamakan jatuh Cinta? Serasa jatuh dan tak berdaya. Semua mengalir begitu saja. Alami dan tanpa rekayasa. Aku tak tau, apakah itu yang dikhawatirkan kedua orangtua ku.

*******

Happy reading... Semoga menarik ;) Karena cerita ini masih dalam proses mencari peminat pembaca jadi cerita ini  akan update 2 kali seminggu.

P.S
Foto diatas mungkin gambaran aku tentang castnya Adinda, aku sengaja kasi bayangan semua cast/pemain biar ceritanya semakin terasa hidup. Tpi kalau kalian mau bayangin orang lain juga terserah.

Kau tak perlu mencintai kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang