Case : 0.1 - Impossible bullet

135 8 23
                                    

Senandung pelan menemani langkah seorang wanita muda. Langkah kakinya melompat-lompat riang, kedua sendal kepit karet warna kuning senantiasa berdecit saat beradu dengan tanah.

" Sambala sambala sambalado.." Ia berdendang pelan, rambut ikalnya bergoyang-goyang ditengkuk. Udara pagi hari di Kota Bandung membuat wanita muda itu mendesis sedikit, tangannya yang sedang menjinjing kantong plastik hitam yang penuh dengan sampah menjadi gemetaran. Ya, sebelum dia masak sesuatu untuk keluarga kecilnya yang masih terlelap, ia membuang sampah dapur dulu. Langkah manisnya terenti didepan sebuah tong sampah besar. Dengan karat yang sudah membandel diatas cat berwarna kuning cerah.

Sampah itu dilemparnya. Jatuh dengan bunyi basah yang menjijikan kedalam dasar tong sampah.

   " Beres, tinggal tunggu tukang sayur~! " ucap wanita muda itu sambil memutar badannya, wajah cantiknya terlihat berseri-seri membayangkan masakan apa yang akan dihidangkannya hari ini. Langkahnya yang riang membawa tubuhnya menyusuri jalan yang masih agak gelap. Senyuman sumringah diperlihatkan oleh wanita muda itu setiap ia menjumpai orang-orang yang sudah memulai aktifitas di pagi hari yang dingin.

Wanita muda itu mengerjapkan matanya beberapa kali, mulutnya mengerucut imut, diliriknya jam tangan silver yang terpasang mengelilingi tangan kanannya yang mungil. Sudah pukul 05.00 tapi pak Entis, tukang sayur langganannya belum datang juga. " Kayaknya aku memang harus ke super market saja..." Ia berbicara pada dirinya sendiri sambil merongoh saku jaket warna merah jambunya. Jari lentik itu mengambil secarik kertas lecil

• kangkung 2 ikat
• cabai merah , bawang putih
• saus tiram
• tempe 1 papan
• ayam 2 kg
• tepung
• tepung roti
• telur

Tertera tulisan kecil yang rapih diatas kertas abu-abu itu. Bibirnya tersenyum puas "Mungkin bisa sekalian beli sirup Tjampolay juga deh ya?.. Kesukaan dia.."

Tak lama wanita muda itu menepuk dahinya sendiri "Yaampun! Parah banget! Baru ingat dompetnya masih dirumah!!" Keluhan muncul begitu saja, ia merutuki kecerobohannya sendiri, mau tidak mau dia berbelok lagi. Jalannya kini agak sedikit teburu-buru, maklum lah.. Dia seorang ibu rumah tangga dan tidak mau terlambat.

Wanita itu kini berjalan meniti trotoar, sedikit lagi ia akan sampai, dari kejauhan dilihatnya pagar coklat rumahnya. Secepat mungkin ia memdekat, meraih pagar itu 'ah sial..telat' batinnya gusar. Sekarang pukul 05.23

DOR! Bunyi letusan senjata api yang nyaring memenuhi tempat itu. Rambut ikal berwarna coklat tua itu tergerai di aspal kotor yang berwarna abu-abu, pipi mulus wanita muda itu menghantam dengan keras. Merah kental mewarnai daster biru yang terbalut jaket mantel warna merah muda , memercik pada aspal.

Yah, alih-alih sarapan lezat tersaji diatas meja, ditemani secangkir teh manis dan sepiring nasi panas.. Yang didapat hari ini adalah,

Jasad seorang wanita muda yang cantik.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ya, saya liat aja keluar, dikirain ada yang iseng main petasan.. Eh, taunya ada orang mati..." Perkataan wanita paruh baya itu terdengar santai, ia sesekali membetulkan kerudung 'dadakan' yang melilit kepalanya, melindunginya dari terik mentari. Wanita paruh baya itu sedang berhadapan dengan polisi, karena dia adalah orang pertama yang menemukan jasad wanita muda itu.

   " Jadi bu Cucum tidak melihat siapa-siapa?" tanya Polisi itu, ia terlihat mencatat jawaban dari wanita paruh baya yang bernama bu Cucum itu. Bu Cucum menggeleng pelan "Nggak, pak" . Orang-orang mengerumbungi police line yang menjadi pembatas antara mereka dan jasad wanita muda malang itu. Beberapa polisi yang menjaga tempat kejadian perkara tampak kelelahan, apalagi untuk menghalau beberapa anak kecil yang memcoba menerobos masuk melewati police line . Ya, pagi hari minggu pasti banyak anak-anak kan? dimulai dari anaka-anak SD yang iseng menerobos dan saling berbisik, anak-anak SMP dan SMA yang mencoba mencuri-curi foto tkp.

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang