Crystal bersyukur dalam hati ketika masih ada seseorang yang peduli dengannya. Ia tak tahu apa yang harus diperbuatnya untuk membalas kebaikan orang yang sudah menolongnya. Nampaknya, orang itu sangat berkecukupan, karena dilihat dari penampilannya Ia memakai jas yang terlihat mahal dan juga mengendarai mobil yang harganya berkisar miliaran. Crystal merasa sangat beruntung. Semoga saja orang yang kasihan padanya ini bersikap baik.
Crystal memperhatikan pemuda yang dihadapannya dengan seksama. Ia terlihat masih muda, Crystal menebak usianya masih berkepala dua. Ia juga memiliki wajah yang tampan, batin Crystal sambil menatap mata biru cerah pria tersebut. Tanpa Crystal sadari, pria tersebut mendekati Crystal dan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Crystal, yang membuat Ia tersadar dari pikirannya tersebut.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu.
"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Crystal setelah itu menengadahkan kepalanya, pria ini tinggi juga ya, pikirnya. Ia belum mengetahui siapa nama pria tersebut. Tetapi, Ia juga malu untuk bertanya padanya. Crystal termasuk tipikal perempuan yang pemalu. Walaupun akhir-akhir ini Ia bersikap nakal, namun sifat itu masih melekat pada dirinya. Ia akan menunggu seseorang memanggil nama pria di hadapannya ini. Dengan itu, Crystal akan mengetahui namanya secara tidak langsung.
"Baiklah kalau begitu. Ayo masuk ke mobil." perintah pria tersebut, yang dibalas anggukan oleh Crystal. Selama dalam perjalanan tidak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara. Hingga akhirnya mereka tiba di depan gerbang pria itu. Pria ini membunyikan klaksonnya, hingga ada seseorang berpakaian seragam yang datang untuk membukakan gerbang.
"Selamat datang, Sir. Hemmings." Ucap pria itu penuh dengan rasa hormat.
Kami telah memasuki halaman dan pria yang bernama belakang Hemmings ini memarkirkan mobilnya. Crystal melihat sekeliling dan merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Ini adalah sebuah rumah, tetapi terlalu besar untuk disebut rumah. Ini bisa disebut sebuah mansion. Apa aku akan tinggal disini? Batin Crystal tidak yakin. Sir Hemmings menghampirinya dan melingkarkan tangannya ke pundak Crystal.
"Jadi, mulai hari ini kau akan tinggal disini. And what's your name sweetheart?" tanya Sir Hemmings sambil mengusap pipi lembut dan merona milik Crystal.
"Saya Crystal Allison Emerald. Anda bisa memanggil saya Crystal." Jawab Crystal se-sopan mungkin. Sir Hemmings tersenyum mendengar ucapan Crystal.
"Baiklah Crystal, ayo kita masuk." Crystal mengangguk kemudian mengikuti Sir Hemmings. Crystal begitu terpana melihat kediaman pria disampingnya, pasti Ia orang yang sangat sukses. Apalagi di usianya yang masih muda. Crystal ingin memastikan apakah tebakannya itu benar atau tidak. Kali ini dia memberanikan diri untuk bertanya.
"Uh, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Crystal sambil menunduk. Sir Hemmings menghentikan langkahnya kemudian menengok ke arah Crystal.
"Tentu saja, baby. Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Berapa usiamu?" Sir Hemmings tersenyum kemudian kembali mengusap pipi Crystal. Crystal sempat heran mengapa Sir Hemmings sangat baik padanya, sampai Ia memanggil Crystal dengan panggilan tersebut. Ia jadi teringat akan ayahnya dulu.
"Dua puluh empat." Ternyata benar tebakan Crystal, Ia masih muda. Tetapi, apakah Ia sudah berkeluarga? Karena sungguh disayangkan jika Ia memiliki rumah sebesar ini tetapi tidak memiliki keluarga. Yang Crystal lihat daritadi hanyalah pelayan—setidaknya itu yang Crystal asumsikan—yang memakai seragam hitam putih berjalan mondar-mandir. Sir Hemmings menggandeng tangan Crystal kemudian sampai di suatu ruangan ber-cat lavender.
"Ini adalah kamarmu, baby. Kau bebas melakukan apapun disini, even play with yourself." Ucap Sir Hemmings mengecilkan suaranya pada kalimat terakhir agar Crystal tidak mendengarnya.