Bab 3. Regu Satu

38 4 3
                                    


3

Cahaya didalam bekas toko buku tersebut jauh lebih baik dibanding tempat-tempat lainnya. Disana, buku-buku disingkirkan, buku yang berguna seperti buku P3K atau buku panduan lainnya diberi rak khusus, sementara buku-buku yang kurang diperlukan seperti buku fiksi ditumpuk di sudut-sudut toko. Jika terpaksa, tumpukan buku itu bisa saja berakhir menjadi pengganti kayu bakar.

Di tengah ruangan, ada 4 orang yang saling duduk melingkari suatu kotak besar. Tatapan mereka langsung tertuju pada Ethan dan Johan ketika kedua orang itu masuk.

Semuanya mengenakan rompi antipeluru, celana berbahan kain tebal untuk aktivitas outdoor, serta sepatu militer. Masing-masing dari mereka juga membawa sepucuk senjata api laras pendek seperti petugas keamanan yang lain.

"Pagi boss." Seru salah seorang dari mereka, pemuda berumur 20 tahun, dengan potongan rambut cepak bewarna coklat, panggilannya Cookie.

Disamping Cookie, ada lelaki yang jauh lebih tua, umurnya 35 dengan rambut panjang sebahu bewarna hitam, Black.

Kemudian, mantan marinir AS berkulit gelap dan berkepala botak plontos, Alan. Ia terlihat sedang mengasah pisaunya ketika Johan dan Ethan datang, kemudian langsung menyarungkan kembali pisau itu, dan berdiri dengan tegap seperti prajurit yang gagah.

Dan yang terakhir, kakek Bronze, yang paling tua, dan paling pendek dalam satu kelompok. Ia mengaku bahwa umurnya sudah lewat dari 60, hal itu lebih diperkuat dengan rambut dan kumisnya yang beruban. Lelucon-lelucon garing kerap kali keluar dari mulutnya, dan dia adalah orang yang selalu tersenyum dan tertawa dimanapun dia berada.

Ethan membuka salam dengan berkata 'Howdy'. Sebuah sapaan khas untuk kelima anggota grup satu, dan merekapun membalas dengan Howdy pula.

Sebagai pemimpin, Johan memberikan Ethan wewenang untuk membentuk regu-regu keamanan. Hingga saat ini, sudah ada 10 regu yang saling bergantian dalam menjaga keamanan Lucradios.

Di sisi lain, regu satu mempunyai tugas yang berbeda. Regu ini lebih dititik beratkan pada tugas-tugas keamanan yang mempunyai resiko kematian tinggi, oleh karena itu, anggota-anggota regu inipun harus merupakan yang terbaik dari yang terbaik, dan Johan menaruh kepercayaannya penuh kepada Ethan.

"Kerja berat lagi hari ini bos? Lagi capek nih, santai saja lah!" sapa Cookie dengan senyum jahil menghias wajahnya. Perawakannya yang ceria memang cocok dengan usianya yang muda.

"Jaga bicaramu Sersan! Apa kau tidak diajarkan untuk hormat kepada orang yang memberimu perintah!?" Tegur Alan, lelaki ini tidak pernah meninggalkan gaya hidup militernya, walaupun dia sendiri tahu bahwa negaranya, mungkin sudah dihabisi oleh insiden ini.

"Untuk apa memusingkan hormat dalam dunia yang berantakan ini, tentara?" Black, lelaki muram yang jarang bicara itu ikut-ikutan melempar pendapat.

"Justru dengan bersikap seperti ini, manusia akan tetap menunjukan dirinya sebagai makhluk berakal budi, kehilangan harapan akan mendorong kita menjadi hewan, dan itu hal terakhir yang akan terjadi kepadaku!"

"Jalan pikir yang kolot sepertimu itu akan membunuhmu suatu saat nanti."

"Dan jalan pikir yang kelam itu, akan membuatmu bunuh diri sebelum kau menarik pelatuk."

Black mendadak bangkit dari posisi duduknya, ia berjalan mendekati Alan dengan mata menusuk. Alan yang tingginya hanya seleher Black tidak mau kalah, puluhan tahun karirnya sebagai militer membuatnya kebal akan segala tantangan fisik maupun psikis.

Ethan yang menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka akhirnya maju dan melerai.

"Oke-oke, kalian semua bajingan tengik, hentikan perkelahian ini. Black, siapkan senjata, Alan, siapkan perlengkapan untuk Johan, dan Cookie, berhenti bicara."

Eternal Rain: HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang