31. Pi & Io

5.6K 406 15
                                    

***
Anna's POV.

Aku menatap laki-laki yang ada disampingku sekarang dengan rambut yang sedikit lebih panjang dari 2 bulan yang lalu.

Aku dan Al sedang ada di cafe di dekat menara Big Ben, Al memilih cafe ini agar kami berdua dapat melihat dengan jelas menara Big Ben.

"Gue gak nyangka lo bakalan nyamperin gue kesini." Celetukku, Al menoleh kearahku lalu tersenyum.

"Gue nyariin lo kemanapun dan gue baru taunya sekarang, jadi gue gak mungkin nyia-nyiain kesempatan buat ketemu lo lagi." Ucap Al tersenyum, akupun ikutan tersenyum.

"Gue bakalan ceritain semuanya." Ucapku pelan, Al membulatkan matanya sedangkan aku menghela nafas.

"Gue gagal ginjal semenjak gue kelas 3 SMP dan gue baru tau saat gue lulus SMP, pertamanya gue tutupin semuanya. Tapi sialnya Kakek tau rahasia itu, gue maksa Kakek buat jangan kasih tau siapapun."

"Termasuk orang tua lo, Pi?" Aku tertawa.

"Pi?" Ucapku terkekeh pelan.

"Gue pengen satu hari ini kita pake nama kecil kita, lo manggil gue Io, gue manggil lo Pi." Aku mengangguk.

"Okey, gue setuju."

"Lanjutin, Pi...." Rengeknya, aku tersenyum.

"Setelah gue tau gue gagal ginjal, Kakek selalu rutin nyuruh gue buat cuci darah selama belum ada pendonor buat gue."

"Terus, Bang Alvan tau?" Aku menggeleng.

"Lo inget gak pas gue masuk rumah sakit sehabis gue berantem sama lo? Dirumah lo itu..." Al tampak berpikir sebentar lalu mengangguk.

"Nah! Bang Alvan tau gue gagal ginjal karna dia maksa dokter untuk kasih tau gue sakit apa. Setelah dia tau, dia malah nangis Al bukannya marahin gue. Dia bilang dia bukan Kakak yang baik, disitu gue ngerasa terpukul banget, Io." Ucapku pelan.

Aku merasakan ada yang menggenggam tanganku dan ternyata itu adalah Al. Seperti sebuah kekuatan, aku pun menghela nafas.

"Gue pingsan itu karena gue ngga minum obat. Gue capek, Io. Cuci darah lah, minum obat lah, gak bikin gue sembuh. Gue cuma bisa ngilangin sakit ini sesaat doang." Lirihku.

"Yang terpenting lo sekarang udah sembuh, Pi." Aku menatap mata Al dengan lekat, ntah kenapa mata itu bisa membuat aku selalu luluh.

"Iya, Io. Alhamdulillah sekarang gue udah sembuh, tapi gue masih harus dirawat jalan gitu, dokter mau mastiin gimana keadaan gue setelah operasi."

"Yah.... Berarti lo gak bisa pulang sama gue besok dong?" Aku menggeleng pelan.

"Gue bakalan pulang sekitar 1 bulan lagi." Ucapku menghela nafas.

"Yahhhh.... Lama amat sih!" Gerutunya, aku hanya tekekeh pelan.

"Io, ke London eye yuk!" Ajakku menarik tangannya, aku memaksa Al agar membiarkan aku membawa mobil sendiri. Awalnya dia tidak mau tetapi akhirnya dia mengalah.

"Taraaaaaaa! Teriakku saat sampai di London Eye."

"What the fck! For god sake! It's so cool, Pi!" Ucapnya antusias, aku terkekeh melihat muka dia yang sangat bersemangat.

"Udah ah! Yuk ngantri tiket supaya naik London eye!" Ajakku.

"Io gak nyangka kalo Pi bisa seromantis ini." Ucap Al saat kami telah naik London eye, aku bergidik ngeri mendengar ucapan Al.

"Jijik tau, Io!" Dia terkekeh.

"Sehari doang, Pi. Io kan pengen ngerasain ngobrol kayak kita waktu kecil dulu."

"Ya udah deh, terserah Io aja."

"Nah gitu dong! Eh, Pi! Foto yuk!" Ajaknya lalu mengeluarkan gopro miliknya. Aku mengangguk lalu duduk berdekatan dengan Al.

Kami beberapa kali berfoto. Dari wajah kalem sampe wajah brengsek kalo kata Al. Aku pun menyuruh Al untuk mengirim foto itu sekarang juga.

"Kok Pi makin cantik ya, Io?"

"Pi kan emang selalu cantik!" Ucap Al dengan suara dibuat-buat, aku tertawa terbahak-bahak mendengar cara bicaranya.

"Turun yuk, elah!" Ajakku. Aku dan Al berjalan-jalan disekitar London eye, tiba-tiba aku merasakan ponselku berkedip.

Alverio Dale Jerrel tagged you on photo. Aku melirik Al sekilas, dia tampak santai memasukkan tangannya di dalam saku celana.

Aku pun membuka aplikasi instagramku.

Ternyata Al menge-tag fotoku dan fotonya saat naik London eye tadi. Difoto itu Al sedang merangkulku yang tersenyum sedangkan dia juga tersenyum.

"How so cute she is?:) At London Eye with Pi aka Annabelle:p" Aku tersenyum tipis melihat caption dari foto yang diupload Al.

"Sok romantis lo!" Ucapku menyikutnya, dia terkekeh lalu mengacak-acak rambutku.

"Ih, Al! Kusut nih rambut gue!" Gerutuku.

"Pi..."

"Hehe maaf! Pi lupa, Io!" Ucapku cengengesan.

Saat sedang berjalan dengan santai, tiba-tiba Al menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti, Io?" Ucapku bingung, Al membalik badannya kearahku.

"Pi..."

"Iya, Io?"

"Will you be mine?" Mataku membulat mendengar ucapannya. "Jangan dijawab sekarang! Jawab pas Pi udah pulang ke Indonesia aja!"

"Kok gitu, Io?"

"Biar Pi bisa mikir dulu, Io bakalan nunggu Pi kok." Aku tersenyum lalu mengangguk.

***
Hari ini Al pulang ke Indonesia. Sedari tadi aku terus menatap dia yang sibuk bermain ponsel.

"Pi, jangan ngeliatin gue mulu elah." Aku terkekeh pelan melihat dia yang sepertinya sudah risih aku tatap sedari tadi. Yap! Aku dan Al memutuskan untuk selalu memanggil dengan panggilan nama kecil kami.

Tentunya aku setuju dengan hal itu.
"Cieeeee! Io blushing ya!" Godaku menoel-noel pipinya.

"Pi rese banget sih!" Gerutunya. Aku tersenyum jahil lalu mengambil ponselnya.

"Hp mulu yang di perhatiin, gue nya kapan?" Gerutuku lalu melihat ponsel Al.

"Gue lagi chat grup sama Mario, Shawn dan Aqshal, Pi." Aku mengangguk lalu mengembalikan ponselnya.

"Iya iya! Becanda kok!" Ucapku menyengir.

"Safe flight, Io!" Ucapku saat telah tiba di Bandara.

"Jaga diri baik-baik ya, Pi. Gue tunggu lo sebulan lagi." Ucap Al. Akupun mengangguk lalu tiba-tiba Al memelukku.

"Gue gak nyangka kalo Pi beneran my little angel." Aku tersenyum lalu membalas pelukannya.

"Gue juga kok, Io!" Al pun melepaskan pelukan kami.

"Bye, my little angel."

"Bye my superman."

***
Hai! Adohhh Pi&Io so sweet ya!^^
Vote+comment ya!^^

AlviannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang