Chapter 1

1.7K 104 6
                                    

18 Februari, 2016

"Hey... aku datang. Selamat ulang tahun sayang. Aku rindu sekali padamu" ucap seorang laki-laki sambil duduk disebelah sebuah makam dan meletakkan karangan bunga mawar berwarna pink. Dia menghela nafasnya dalam, kemudian melanjutkan kata-katanya tadi.

"Ini tahun ke 6 aku merayakan ulang tahunmu sendirian" setetes cairan bening jatuh dari sudut matanya yang teduh. "Maafkan aku... seandainya dulu aku tidak dengan bodohmya mengajakmu kabur dari orangtua kita.. pasti.. pasti" dia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Butuh beberapa saat baginya untuk dapat bicara lagi. "Pasti kau masih hidup.. pasti kau masih bersamaku disini" cairan bening itu jatuh semakin deras, menetes kererumputan hijau pekarangan makam.

"Maafkan aku.. sungguh... aku mencintaimu. Hanya dirimu" susah payah dia menahan tangisnya agar tidak semakin menjadi. Tangannya dari tadi tak henti mengelus makam orang disayanginya itu. Sesekali dia akan mencabuti rumput yang tumbuh liar disekitar makam.

Baru saja dia hendak berbicara lagi, tiba-tiba handphone nya berbunyi. Sebuah panggilan masuk disana. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut begitu membaca siapa yang meneleponnya.

"Yonghwa hyung... kau masih dimakam noona?" tanya seseorang diujung sana membuka percakapan.

Yonghwa. Jung Yonghwa, nama laki-laki itu. Setiap tahun dia akan kemakam ini. Makam kekasihnya yang meninggal 6 tahun yang lalu.

"Ne, aku masih disini" jawabnya cepat.

"Ahhh seharusnya aku ikut denganmu mengunjungi makan Shinhye noona. Aku rindu padanya" ucap laki-laki diujung telepon lagi.

"Langsung saja Minhyuk-aa, ada apa?" Yonghwa sudah ingin cepat-cepat mengetahui alasan mengapa Minhyuk meneleponnya disaat seperti ini. Padahal selama ini dia tahu, bahwa pasti ditanggal ini dia akan selalu mengambil hari libur kerja dan menghabiskan waktunya sampai menjelang malam untuk mengunjungi makam Shinhye dan juga melakukan berbagai aktivitas untuk mengenang kekasihnya itu.

"Ahh Hyung, begini tuan Lee dari Sky Group mengabarkan bahwa dia ingin bertemu denganmu sekarang"

"Hmm.. aku akan segera kekantor" baru saja dia hendak memutuskan sambungan telepon, Minhyuk dengan cepat buka suara lagi.

"Dia tidak bisa bertemu dikantor Hyung. Tidak dikantormu ataupun kantornya. Dia ingin bertemu di Point One Caffe" jelas Minhyuk.

"Oh aku tau tempat itu. Baiklah aku akan kesana. Dan kau Minhyuk, kau benar-benar menggangguku hari ini. Lain kali setiap tanggal ini, aku tidak mau ada jadwal sama sekali" dengan omelannya itu, Yonghwa akhirnya benar-benar memutuskan panggilan telepon.

Dia segera berbalik lagi kearah makam Shinhye. "Maaf sayang, hari ini aku tidak bisa lama. Urusan kantor. Appa bisa marah kalau aku mengabaikan ini. Kau tahu sendirikan dia bagaimana...." ucapnya dengan suara pelan. Matanya yang masih merah karena menangis tadi dan sekarang menimbulkan rasa gatal.

Yonghwa berat untuk meninggalkan tempat itu. Tapi dia sudah membayangkan bagaimana ayahnya akan marah bila dia mengabaikan tugasnya ini. Dia sudah lelah dengan ayahnya. Seseorang yang dianggapnya terlalu berkuasa. Terlalu mengatur semua hal dalam hidupnya. Dan juga seseorang yang menjadi alasan kenapa dia harus terpisah dari Shinhye untuk selamanya saat ini.

Walaupun sudah 6 tahun berlalu sejak kejadian menyakitkan itu, dia masih belum bisa memaafkan ayahnya. Tapi bagaimanapun dia berusaha membenci ayahnya, dia sadar dia tidak bisa melakukan apa-apa. Kembali lagi, ayahnya terlalu berkuasa. Setidaknya itulah yang selalu ada dalam pikirannya.

Dia berjalan menuju kemobilnya yang diparkir tak jauh dari makam Shinhye. Begitu masuk didalam, dengan cepat dia membenarkan kemeja hitam yang digunakannya. Kemudian menoleh kebelakang, kearah tumpukan jas kerjanya yang berantakan. Sembarangan dia mengambil satu jas hitam yang sudah agak kusut. Dia tidak peduli lagi dengan penampilannya saat ini.

She Is My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang