Chapter 2 :

917 87 12
                                    

Yonghwa mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya. Semakin dekat wanita itu kearah mereka, rasanya jantungnya semakin melemah. Dia benar-benar tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Maaf aku terlambat" ucap wanita itu ketika sudah sempurna berdiri disamping Jongsuk. Cukup untuk membuat Yonghwa tambah kaget lagi, Jongsuk lalu memeluk tubuh pacarnya itu dan mecium pipinya cepat. Seakan lupa bahwa kini Yonghwa sedang memandangi mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenalkan ini pacarku Park Shinhye" ucap Jongsuk memperkenalkan pacarnya yang bernama Shinhye pada Yonghwa. Shinhye lalu mengulurkan tangannya tanpa ragu kearah Yonghwa sambil tersenyum manis.

Yonghwa benar-benar terpaku ditempatnya. Bagaimana bisa ada seseorang yang sangat serupa dengan Shinhye sampai-sampai memiliki nama yang sama. Bahkan senyuman milik mereka pun sama. Butuh beberapa saat bagi Yonghwa untuk bisa kembali berpikir normal.

Dengan ragu dia menerima uluran tangan Shinhye. Jantungnya kemudian berdetak begitu kencang. Perasaan yang sama hadir kembali seperti saat dulu mereka bergandengan tangan. Cukup lama untuk Yonghwa sampai dia bisa melepaskan tangan Shinhye. "Jung Yonghwa" ucapnya ragu memperkenalkan diri sebelum melepas tangan lembut itu.

"Kau mau makan apa? Biar aku pesankan. Kau duduk disini saja. Kau pasti lelah" ujar Jongsuk. Dia menarik sebuah kursi disampingnya dan menyuruh Shinhye untuk duduk. Yonghwa melihat mereka sambil tersenyum tipis. Dia bingung dengan perasaannya saat ini. Lebih tepatnya dia bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Seperti biasa saja. Aku ingin spageti. Ahh oppa aku lapar sekali" jawab Shinhye. Dia mengelus-elus perutnya.

Yonghwa tertegun melihat Shinhye lagi. Tingkah yang sama, ucap Yonghwa dalam hati. Kemudian dia sibuk melihat interaksi kedua pasangan didepannya ini. Rasa sakit menghujam dadanya.

Secara otomatis peristiwa 6 tahun yang lalu terputar kembali dalam otaknya. Saat dimana orangtuanya mengatakan Shinhye sudah meninggal dunia sedangkan saat itu Yonghwa tergeletak tak berdaya diatas tempat tidur rumah sakit dengan tubuh penuh luka.

***

Maret, 2010

Yonghwa membuka matanya pelan. Aroma ruangan yang begitu familiar membuatnya tertegun. Ketika dia membuka mata nuansa ruangan berwarna putih sudah mengelilinginya. Dapat dilihatnya kedua orangtuanya sedang berbicara serius dengan seorang pria berbadan besar diambang pintu ruangannya.

"Eomma.. appa..." ucapnya parau. Sontak kedua orangtuanya langsung memandang kearahnya. Dengan cepat ibunya menghampirinya. Wajahnya penuh kekhawatiran dan matanya sembab.

"Kau sudah sadar Yong... syukurlah. Kau jangan banyak bergerak dulu ne. Eomma akan panggilkan dokter" ibunya sudah siap untuk pergi memanggil dokter ketika Yonghwa buka suara lagi.

"Shinhye... dimana dia? Apa dia baik-baik saja?" Yonghwa sudah bangkit dari posisinya. Rasa sakit tiba-tiba saja menyebar diseluruh tubuhnya terutama dibagian kaki kiri dan kepalanya yang sudah diperban.

Mendengar pertanyaan Yonghwa, ibunya tampak ragu-ragu. Sedangkan ayahnya hanya diam saja disisi tempat tidur tanpa berkata apa-apa walaupun wajahnya tampak khawatir. Laki-laki besar tadi sudah pergi ketika Yonghwa memanggil orangtunya sepertinya kaget begitu melihat Yonghwa yang sadar.

Kedua orangtuanya saling bertatapan, kemudia ayahnya mengangguk pelan, "Shinhye... dia sudah meninggal Yong" ucapnya.

Seperti ditusuk oleh pisau tajam tepat dijantungnya, Yonghwa lalu memekik histeris. Dia berteriak memanggil-manggil nama Shinhye dan meronta-ronta. Ibu dan ayahnya berusaha untuk menenangkannya sampai-sampai 3 orang perawat dan seorang dokter juga harus berusaha untuk menenangkannya. Kata-kata "Shinhye" "maaf" dan "tak mungkin" terus keluar dari mulutnya.

She Is My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang