Epilogue

5.1K 356 9
                                    

Kamu disini.
Menceritakan pahitnya cinta.
Dan aku disini.
Mengajarkanmu artinya cinta.

***

" ... End of story."

Tutup gadis itu dengan senyum kecil. Entah sudah berapa banyak air mata yang dikeluarkan gadis itu untuk menangis dan menceritakan masa lalunya kepada pria di sampingnya.

Pria itu tersenyum lembut, "kalau sekarang, kamu mau membandingkan dirimu dengan apa?"

Gadis itu tertawa kecil lalu berkata pelan, "dengan bunga.."

Pria di sampingnya menaikkan satu alisnya, menuntut lanjutan kalimat dari gadis itu.

"... Iya sama bunga. Aku menyamakan diriku dengan bunga. Karena bunga akan layu jika tidak disiram oleh air. Dan bunga akan indah dan tumbuh jika disiram oleh air. Aku dan bunga mempunyai kesamaan. Sama-sama layu tanpa sesuatu yang berperan besar dalam kehidupan kami.

"Bukannya aku layu karena tidak ada cinta. Tapi aku layu karena ternyata aku mencintai seseorang yang selama ini mengkhianatiku dari belakang. Aku layu karena kenyataan ini. Ya mungkin layu bisa diibaratkan dengan kesakitan. Kesakitan yang bahkan sampai sekarang tak kunjung hilang. Dan mungkin selamanya takkan hilang," jelas gadis itu tersenyum miris.

Pria itu memberanikan dirinya memeluk gadis itu erat, "kalau kamu sudah berani jatuh cinta. Maka kamu harus siap merasakan luka. Tidak ada cinta tanpa luka. Mereka sepaket. Sama seperti bunga dengan air."

"Aku tahu. Aku tahu saat ini akan tiba. Dimana aku tersakiti. Tapi aku tak pernah tahu, saat aku sedang terpuruk, seorang pria memberikanku bahunya untuk menumpahkan seluruh curahanku. Seluruh curahanku yang amat panjang dihadapan pantai indah. Dan dihadapan rembulan yang cahayanya mulai meredup terhalang awan yang menjadi saksi bisuku menangis karena pria itu lagi," candanya.

Gadis itu tertawa kecil, "aku terlalu takut untuk mencintai lagi."

"Kamu sahabatku," ujar pria itu.

"Ya dan aku sahabatmu juga," balas gadis itu memeluk erat sahabatnya.

"Kapan kamu balik dari Italia?" Tanyanya.

"Baru tadi sore. Aku jadi ingat dulu kita sering bermain disini saat kecil," jawab pria itu mengacak rambut gadis disebelahnya.

"Kamu tahu, aku terkejut saat melihatmu disebelahku dan bertindak seperti kamu tak pernah pergi," ujar gadis itu tertawa kecil.

"Clas, jika aku mengatakan sesuatu, apa persahabatan yang telah kita jalin sejak lama akan hancur?" Tanya pria itu yang membuat sahabatnya mengernyit.

"Keenan, aku takkan menjauhimu," jawab gadis itu.

Keenan tersenyum pelan lalu menatap gadis itu lekat, "Classie..."

Classie menoleh dan seketika jantungnya berdegub kencang. Mengingat wajah Keenan sangat dekat dengan wajahnya. Sesaat Classie ingin membuka suara, Keenan memotongnya dengan suara tegas namun lembut.

" ... Ijinkan aku menyembuhkan lukamu. Ijinkan aku mengajarkanmu apa arti cinta."

[a/n]

Ini epilognyaa. Tapi masih ada satu part lagi. Part terakhir dan itu penjelasan tentang cerita ini. Kenapa masalahnya dan bla bla bla.

Comments sangat gue tungguuuu. Rasanya tuh kayak suka senyum senyum gitu kalo baca comments HAHAHAHAHA. Jangan lupa votes juga oke *wink* *kedipin mata genit*

Regards,

Dera

Cinta dan Luka [7/7 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang