Puas aku mengingat masa muda ku dengan bermain basket bersama anak-anak SMA itu. Entah kenapa rasanya sekujur tubuh dan jiwa ku kembali muda. Ah,semangat muda ku kembali. Karena sudah larut, aku menyuruh mereka untuk kembali pulang. Karna aku tahu bagaimana khawatirnya orangtua saat anak nya terlambat kembali pulang ke rumah.
"Ven,kamu sama temen-temen kamu mending pulang,deh. Ini udah hampir malem,soalnya," kataku mengingatkan.
"Iya,deh,bang. Gue ama temen-temen pamit dulu,ya. Kapan-kapan kita maen basket lagi!" katanya bersemangat.
"Yaa,kapan-kapan kalo ngga sibuk dan ngga lembur. Kamu sama temen-temen mu hati-hati,ya."
"Oke,bang! Eh,tapi,bang, jangan pake aku-kamu, dong. Ngga gaul."
Anak jaman sekarang, memang sangat susah untuk diajak sopan. Tapi sepertinya tak apa. Toh, umurku tidak beda terlalu jauh dengan nya.
"Ehm.. Oke. Gue pulang dulu."
"Nah,gitu,bang. Sip! Bye,bang!"
Mereka berterimakasih dan pergi meninggalkan ku. Ya,setidaknya aku punya teman anak SMA yang bisa membuat semangat muda ku kembali.
•••••
Saat mobil yang ku kendarai sudah didepan pagar rumah,mobil milik Kak Zello juga masuk. Bukankah haeusnya jam pulang nya lebih cepat daripada jam pulang kerja ku? Aku masih sibuk memikirkan sehabis dari mana ia hingga selarut ini baru saja sampai dirumah. Ah, mungkin saja dia agak lembur. Apa saja bisa terjadi.
Aku memarkirkan mobil didekat mobil milik Kak Zello. Dia keluar dari mobil, tersenyum, lalu menyapa ku.
"Oy,Zian! Abis dari taman lagi?" sapanya sembari bertanya. Ya, dia tahu kalau aku pulang agak terlambat, pastilah aku mapir ke tempat itu. Taman Kota.
"Iya,kak. Lo dari mana kok baru pulang?" tanyaku setelah menjawab pertanyaan nya.
"Oh,ini, gue abis dari rumah nya temen gue. Itu,lho, yang lebih muda dari gue," jelasnya. "yang dulu gue ada rasa ama dia," lanjut nya sambil berbisik.
Aku terkekeh mendengarnya. Tentu saja, melihat wajahnya yang was-was akan ketahuan istrinya kalau dia mengungkit masa mudanya. Dan benar saja, Kak Riana ada didepan pintu. Bersandar sambil bersedekap,lalu berdehem sesaat setelah Kak Zello berbisik padaku.
"Ehm.. Ehem.."
Yap, Kak Zello menoleh dan mulai gugup. Ia takut kalau istri tercinta nya marah.
"Eh,ada beybi disini. Yuk, masuk,beb!" ajaknya,mengalihkan perhatian.
Mereka masuk kedalam rumah dan meninggalkan ku diluar. Aku tertawa kecil lalu mengikuti mereka masuk kedalam rumah.
Aroma yang sangat sedap tercium saat aku memasuki dalam rumah. Masakan Mami. Ah, perutku terasa sangat lapar. Terasa cacing di perut sudah berdangdut dan berjoged ria, meminta untuk diberi asupan. Aku berjalan ke arah dapur,dan benar saja, Mami sedang memasak.
"Mam?" panggilku.
Dia menoleh, lalu senyuman mengembang di wajahnya. "Eh,Zian! Anak mami yang ganteng udah pulang!"
"Iya,nih,Mam. Hhmm.. Enak banget bau nya,mam. Zian laper banget."
"Sabar,nak. Hampir mateng semua,kok."
"Aku tunggu di meja makan ya,mam?"
"Iya. Eh,tapi kamu mandi dulu sana! Bau,tau!"
"Haha,iya,mam. Love you."
Aku mencium pipi sang Ibu ku tercinta,lalu berjalan ke arah tangga, menuju lantai atas, dimana kamarku berada. Kamar yang sama sekali tak pernah berantakkan. Bukan, bukan karena aku yang suka membereskan kamar. Melainkan sang Ibu lah yang selalu menbereskan nya. Melakukan nya setiap hari hampir selama 23 tahun dan tanpa ada rasa pamrih. Kemudian aku berpikir, untuk apa memiliki seorang istri kalau seorang Ibu bisa membuat ku bahagia? Membuat ku merasa disayangi?
Tapi saat mengingat Kak Zello yang bahagia bersama keluarga kecilnya, kak Riana dan juga Angel, aku kembali berpikir. Mungkin, ada kala saat nya aku berhenti menjadi anak yang menyusahkan orangtua. Tapi, siapa yang akan menjadi istriku kalau kekasih saja aku tidak punya?
Please lagi, jangan putar lagu 'Terlalu Lama Sendiri' nya Kunto Aji.
•••••
Aku menjatuhkan tubuhku diatas tempat tidur. Perkataan Kak Zello saat makan malam tadi benar-benar membuat ku berpikir lebih keras. Perjodohan? Ayolah, mereka menganggap ku apa sampai aku dijodohkan? Pria yang tidak laku? Pria yang tak memikat para gadis? Justru aku menjadi yang paling dipuja-puja di kantor karena ketampanan ku. Hanya saja aku menolak semua wanita yang mendekati ku.
Bukan apa-apa, hanya saja belum ada yang pas untuk menempati hati ku yang sedang kosong. Yang sedang hampa.
"Temen gue punya adek cewe, cantik pula. Gue berpikiran buat dijodohin ke elu. Temen gue setuju adek nya ama lo,jadi lo mau ngga?"
"Boleh juga ide Zello. Papa setuju."
"Mama juga sih setuju,kok."
"Kalo Riana sih 'yes',ngga tau kalo mas Zian."
Kata-kata mereka yang masih terngiang di kepalaku membuat ku bingung sendiri. Mereka sungguh memaksa ku untuk meminang seorang istri. Perjodohan? Ah, entahlah. Besok aku akan bercerita tentang ini pada Gerald.
Yang kubutuhkan sekarang adalah tidur. Aku butuh istirahat yang tenang dari semua hal berat di bumi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Anak ABG
Teen FictionSeorang lelaki yang umurnya sudah diatas kepala 2 menikahi seorang gadis yang bahkan masih 16 tahun. Masih ABG. Wanna know more? Read it,then. *blink emoticon*