Chapter 1

16 0 0
                                    

One last time i need to be the one who takes you home
Ariana, one last time-

"Bilang saja kalau kau suka sama dia"
"Iya kau tinggal bicara kalau kau suka sama dia"
Begitu samar-samar kalimat yang kudengar dan masih terngiang dikepalaku setelah sampai dirumah. Yaa itu percakapan antara Peter dan teman-temannya yang tidak sengaja kudengar karena kebetulan tadi lewat depan mereka.

Aku tahu kalau Peter mulai jatuh cinta kepadaku. Itu adalah berita yang cukup mengagetkan dan juga membahagiakan menurutmu. Padahal aku dan Peter hanya sebatas teman kampus yang baru kenal kemarin. Peter merupakan sosok yang baik, tidak pelit dan juga teman berbagi kalau aku ada masalah. Aku tidak ingat persis kapan pertama kali aku memiliki hubungan komunikasi dengannya.  Awalnya sih hanya untuk komunikasi saling bertukar fikiran kalau ada tugas tapi mungkin karena sudah merasa nyaman.

Karena terkadang rasa kenyamanan itu bisa membuat kita lupa kalau kita hanya sebatas teman.

Entah sejak kapan pula aku sering bbm an dan smsan dengannya. Yang kuingat hanyalah aku sudah mulai nyaman dengannya.
Tiba-tiba aku terbangun dari pikiran yang membuatku melamun ini dan mendengar suara hp ku berdering. Oh ternyata itu pesan dari Peter. Awalnya aku agak malas untuk membuka pesan itu, tapi mungkin itu pesan penting jadi langsung kuusap layar hpku.

Peter: kau lagi dimana? Malam ini sibuk? Aku ingin mengajak kau menonton film di bioskop ada film seru nih hehe. Sejam lagi aku jemput yaa
See you.

Nah kan! Kelakuan ini anak, memang sih dari dulu Peter hobinya nonton film di bioskop. Kalau ada film bagus pasti Peter langsung ngajak aku buat temani dia nonton dengan cara dadakan seperti ini. Kau tahu apa yang terkadang aku tidak suka dari Peter? Iya, dia selalu mengajak sesuatu dengan dadakan.
Aku benci itu!
Untungnya aku teman yang baik jadi aku langsung mandi dan bersiap siap untuk pakaian. Aku tahu Peter orang yang tepat waktu dan tidak pernah ingkar janji.

Setelah hampir sejam kemudian aku membalas pesan dari Peter.

Me : aku sudah siap, kau dimana sekarang?

Tiba-tiba Peter membalasnya dengan cepat.

Peter: aku ada depan pintumu!

Astaga! Peter benar-benar orang yang tepat waktu. Aku keluar dan disambut oleh Peter dengan senyuman hangatnya. Baru kali ini aku melihat Peter sangat bersemangat mengajakku untuk menonton. Padahal dia tahu salah satu sifat yang aku miliki adalah mageran alias moody-an.

Peter mengeluarkan bunga dari belakang tangannya. Demi apa? Peter kan tak tahu kalau aku suka bunga? Darimana Peter tahu kalau aku suka sama bunga? Pikirku dalam hati.
Tapi aku bersikap biasa saja, seperti teman biasa aku tidak boleh terlihat kaget di depan Peter.

"Wow sejak kapan seorang Peter bersikap manis seperti ini?"
"Peter yang kukenal itu....."
Tiba-tiba Peter menarikku cepat.
"Kau banyak omong sih, buruan masuk dalam mobil, nanti kita tidak dapat tempat duduk dalam bioskop" jawabnya dengan cepat.
Mulai lagi deh ini manusia satu.

Barusan diterbangkan ke langit eh tiba-tiba dijatuhkan lagi. Sakit woy sakit.

***

Sesampainya di bioskop, seperti biasa juga. Peter menyuruhku untuk menunggunya untuk membeli tiket kursi nonton. Lagian juga antrinya panjang jadi aku memilih duduk sambil memainkan hp menunggu Peter.

Peter sebenarnya anak yang manis kalau ia tertawa atau tersenyum lepas. Loh? Kenapa tiba-tiba aku berfikiran seperti itu? Beberapa hari ini aku kepikiran terus sama Peter. Ya Tuhan apa yang membuatku menjadi seperti ini.

RestartWhere stories live. Discover now