Part 1

704 71 42
                                    


Ruangan tempat berlangsungnya Soushiki  terasa sunyi, hanya terdengar bisikan-bisikan orang yang sedang memanjatkan doa. Aroma dupa yang terbakar memenuhi ruangan. Satu persatu pelayat membungkuk serta mengatakan 'konodabi wa goshusho sama desu' dengan suara pelan seraya memegang O-koden yang akan diserahkan kepada pihak keluarga.

Star tak berkedip menatap foto Natsumi Okana yang sedang tertawa riang yang diletakkan diatas peti jenazah. Foto itu berukuran 20x30cm yang di bingkai dengan bingkai berwarna emas dengan bunga mawar yang melingkarinya. Sebenarnya Natsumi sangat senang dengan bunga sakura, namun karena sulit menemukan bunga sakura di musim panas. Pihak keluarga memilih alternatif lain.

Sesuai namanya, Natsumi yang berarti kecantikan musim panas. Memiliki wajah cantik khas wanita Jepang dengan bibir mungil yang semerah cerry. Ia meninggal di usia 40 tahun karena kanker payudara yang sudah dideritanya hampir 3 tahun ini. Seluruh keluarga sangat berduka kehilangan sosok Natsumi yang lembut, terutama Star.

Bagi Star, Natsumi bukan hanya sekedar ibu. Natsumi lebih dari itu. Natsumi adalah segalanya. Star ingin menangis layaknya seorang anak yang di tinggal mati ibunya, tapi ia tidak bisa. Star sudah berjanji, tak akan ada air mata yang menetes karena ibunya sudah berada di tempat yang jauh lebih indah daripada bumi yang dipenuhi kemunafikan.

Star berjalan kesudut ruangan, terduduk dengan kepala bertumpu pada lutut. Star iklhas tapi belum siap.

Star sadar setiap orang di dunia ini pasti akan mati. Ia paham akan hukum alam itu. Tapi ia belum siap kehilangan Natsumi, ia belum siap hidup tanpa Natsumi dan Star belum siap memulai babak baru di kehidupannya.

"Star."

Star mendongak saat Miyoko Okana memanggilnya, wanita yang sudah sepuh itu menatap cucunya prihatin. Guratan kriput di wajahnya tercetak semakin jelas seiring dengan bertambahnya usia. Miyoko tidak pernah menyangka, ia bisa hidup lebih lama dari putrinya.

Miyoko menatap Star lamat-lamat. Walaupun Star tidak menitihkan air mata, tapi ia tahu Star jauh terluka lebih dari itu. Namun janji tetaplah janji. Ia harus mengutarakan wasiat Natsumi sekarang juga. Miyoko memutar pandangannya kearah pintu masuk. Laki-laki itu sudah ada disana. Laki-laki yang memakai pakaian serba hitam itu menusuk pandangan Miyoko. Dengan dua bodyguard di sisi pria itu, mudah saja ia akan memporak-porandakan rumahnya. Dan mudah saja laki-laki itu mengambil harta paling berharganya.

Miyoko tidak mampu mendeskripsikan pria itu. Dia jahat, tapi juga baik. Ia kejam tapi juga lembut. Bagi Miyoko pria itu adalah malaikat sekaligus juga iblis. Miyoko memejamkan matanya sejenak. Cukup Natsumi yang tiada. Ia tidak rela jika harus kehilangan Star juga. Tapi Miyoko bukanlah orang egois, masa depan cucunya lebih penting.

"ada apa Obaa-Chan?" Star bersuara menatap neneknya yang tidak berkata cukup lama, ia mengalihkan pandangan matanya mengikuti pandangan Miyoko, "dia siapa Obaa-Chan?"

"Star, kemasi barang-barangmu. Kau harus tinggalkan hokkaido sekarang juga."

Star tidak perlu terkejut atas ucapan Miyoko. Ia sudah tahu Miyoko pasti akan mengatakan hal itu. Sebelum Natsumi menghembuskan nafas terakhir, Star sudah sering mendengar kalimat itu. Tapi bukan dari bibir Miyoko, melainkan dari bibir Natsumi. Natsumi selalu menyuruhnya untuk pergi ke Indonesia. Negeri yang bahkan tidak akan ia ketahui jika ia tidak membuka peta.

Star hanya bocah laki-laki berusia 10 tahun yang sulit mengekspresikan apa yang ia rasakan. Banyak pertayaan mengapa yang hinggap di kepalanya. Mengapa ia harus pergi ke Indonesia? Mengapa Natsumi keukeh mengusirnya? Mengapa Miyoko, nenek yang selalu melimpahkannya kasih sayang juga menyuruhnya pergi? Dan ketika melihat laki-laki asing itu, Star sudah tahu jawabannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sunny and StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang