Gavyn POV.
Namaku Gavyn Alexander. Usiaku saat ini 23 tahun, dan aku merupakan putra tunggal dari keluargaku. Ayahku bernama Alexander James sebagai seorang pemilik perusahaan ternama, dan ibuku Julia Alexander yang saat ini hanya menjadi pembantu rumah tangga untuk kami.
Mengapa kusebut dengan pembantu untuk kami ? Karena itulah kenyataannya. Ternyata selama ini ia menikah dengan ayahku hanya karena menginginkan sebuah ketenaran, dan berselingkuh dibelakang ayahku. Kami begitu membencinya sehingga menjadikannya budak untuk kami. Aku dan ayah.
Saat ini aku masih saja terus focus dengan kursus tentang bisnis yang gurunya adalah ayahku sendiri. Ia mengajariku bagaimana cara mengelola perusahaan dan menghadapi masalah yang muncul. Sebab, akulah yang akan menjadi penerus di perusahaan Alexander.
Selama aku kecil aku selalu dekat dengan ayahku, dan dia yang selalu mendidik keras diriku hingga sekarang ini. Dia begitu teliti dan tegas kepadaku yang selalu memenuhi apa keinginanku. Sampai-sampai saat masalah pribadiku saja ia yang mengaturnya. Termasuk calon istri untukku.
Dan wanita itu adalah Qeela Riordan. Seorang putri tunggal dari Riordan Abraham dan juga Anastya Abraham. Menurutku dia cukup cantik untuk menjadi istriku walau usianya terbilang lebih muda dariku. Yah, terpaut lima tahunlah.
Drettt
"Iyah Dan, ada apa ?"
"(......)"
"Benarkah ? Baiklah aku akan segera kesana. Wait me." Aku segera menutup telponnya dan segera beranjak dari tempatku duduk untuk keluar.
Lantai demi lantai telah kulewati dan akhirnya aku tiba juga dilantai bawah, jalan pintuku untuk keluar dan menuju cafe tempat dimana teman-temanku berada. Kami ada urusan mendadak.
Rasanya aku tidak bisa untuk menunggu ayahku lagi karena urusan mendadak ini. Jadi aku putuskan sebaikanya memberitahukan saja lewat sekertaris milik ayah. Toh, yang penting dia akan menyampaikan daripada aku akan dimarahi. Begitulah sifat ayahku yang sebenarnya. Pemarah.
"M, Melanie aku mau pergi dan sampaikan salamku pada Daddyku yah." Aku terus saja berjalan tanpa melihat lagi kearah Melanie, sampai akhirnya mataka pun terpaku akan sosok seorang yang sepertinya aku kenal siapa dia.
Kulihat perempuan itu dengan seksama, memperhatikan wajahnya sambil mengingat ingat kembali foto seorang perempuan cantik nan imut yang pernah dilihatkan ayah padaku. Yah, ternyata itu dia. Aku tidak salah lagi, dia adalah calon istriku.
Tapi kenapa dia meram seperti itu ? Apakah perusahaan ini terlalu terang baginya melihat ? Ataukah ? Jangan-jangan dia mengenaliku ?
"Qeela." Sapaku langsung tanpa menunggunya untuk membuka matanya. Dan ternyata benar, ia adalah Qeela. Seorang perempuan cantik yang aku tahu berprestasi itu, yang akan menjadi istriku.
Tak terlalu lama akhirnya ia membuka matanya dengan pelan lalu melihat kearahku. Sepertinya ia ketakutan ?
"G-Gavyn kan ?" Benar pikirku. Dia ternyata ketakutkan. Tapi tunggu, apakah ia sudah tahu akan aku ?
Aku tersenyum tumpul dan menaiki kedua alisku. "Yah. Betul sekali." Jawabku senang dengan terus melihat wajahnya. Wajah yang begitu mengingatkanku akan sosok seorang yang amat kucintai.
Kulihat Qeela hanya tersenyum hambar dan matanya menerawang jauh. Ia kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat kearahku. Kutundukkan kepalaku sedikit dan melihatnya. Dia tidak melihat kearahku.
"Kamu sudah tahu tentang ini ?"
Cih, pertanyaan macam apa itu. Jelas saja aku tahu. Bahkan aku lebih tahu dari sebelum ia tahu. Ah dasar anak kecil yang belum dewasa pemikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was Eighteen Years
Romance"Menikalah denganku, maka keluargamu tidak akan menjadi gelandangan dipinggir jalan." _Gavyn Alexander_ Pernikahan tanpa unsur cinta ini membuat hidup Qeela harus berjalan bagaikan sebuah hidup tanpa diterangi cahaya.