Chapter 7.

2.1K 70 15
                                    

Tasha's POV

Setelah keluar dari ruang makan, aku menghela nafas. Aku fikir semua tidak bisa berjalan normal secepat saat aku yakin jika mereka bisa. Ketika aku memasuki kamar tidur ku, aku mengernyitkan hidung dengan jijik karena bau itu menyerang lubang hidungku. Apa yang pernah aku lakukan kepadanya sampai-sampai ia memutuskan untuk membuat kamar ku bau telur seperti ini?huh.

Aku berjalan ke arah jendela dan melihat ke arah luar. Sejak kamar tidur terletak di samping rumah, aku bisa melihat pemandangan setengah dari taman. Dan aku harus mengatakan bahwa ini adalah sebuah taman yang aku impikan. Sangat cantik.

Berbagai tanaman tumbuh di tepi kebun, ditambah air mancur yang ditempatkan di tengah. Sebuah bangku kayu coklat ditempatkan di sisi dengan meja kayu kecil yang ditempatkan di depannya. It looks amazing.

Karena aku mulai merasakan sedikit dingin, aku menjauh dari jendela. Saat itulah aku ingat bahwa aku perlu menelepon Melissa.

"Hey, you okay?" Sambut nya.

"Yeah, aku baik baik saja.aku kira." Aku menghela nafas.

"Aku selalu ada disaat kamu ingin bercerita okay?"

"Yeah, I know. Thanks Melissa" kataku.

"Jadi, papa mu memberitahu ku kalau kamu sudah pindah ke rumah baru" katanya.

"Yeah, kamu tau Jake Sanderson? Aku tinggal bersamanya huh" ucapku.

"Whatt?! Jake yang badboy itu?! The hottie!? The damn sexy one!?" Dia berteriak melalui telepon.

"Yes that one, dan ketika aku masuk kamar kedua kalinya aku mencium bau telur yang menjijikan" kataku annoyed.

"Dia membuat kamarku bau dan sekarang bau nya belum hilang juga huh" lanjutku.

"Jauhkan telepon nya! Oh my god! That'll be fun and try finding out his passcode so that you can get in" katanya sambil tertawa.

"I don't want to Melissa, no point...." kataku sambil menghembuskan nafas.

"Tasha aku tau bagaimana perasaan kamu, dan aku tau ini hanya baru satu minggu tapi cobalah untuk moving on okay?"

"Yeah, you're right."

"Jadi lakukan lah hal yang bisa menghibur mu, now will you" katanya.

"Okay okay" gumam ku.

Setelah mengucapkan sampai jumpa, aku berfikir tentang apa yang diucapkan Melissa tadi. Haruskan aku menyembunyikan handphone nya?

Aku berjalan menuruni tangga dan melihat Jake sedang memainkan ponselnya. Sebuah ide cemerlang ada di kepala ku.

"Jake, your mum's calling you in the kitchen" kataku sambil duduk di sebelahnya.

Dia menganggukan kepalanya dan menaruh ponselnya disampingnya. Lalu ia berdiri dan berjalan ke arah dapur.

"Was she really?" He mocks.

Aku tersenyum innocently kearahnya.

Setelah ia duduk kembali, aku melihat kearahnya ketika ia mengetikkan sesuatu untuk membuka password.

1997.

Sisa malam berlalu dan kami semua segera bersiap-siap untuk tidur.

Aku melompat ke tempat tidur ku dan menunggu Jake tertidur pulas di kasurnya.

Satu jam kemudian, aku mendengar ia mendengkur dengan sedikit keras. Aku pun tersenyum licik dan mengambil langkah lalu memegang gagang pintu dengan perlahan.

Aku membuka pintu dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara lalu aku menutupnya kembali. Taking cautions slow steps, aku berjalan ke samping meja dimana aku melihat ponselnya diletakkan.

Aku mengambil ponselnya dan segera keluar dari kamar nya. Setelah sampai di kamarku, aku melompat ke arah kasur dan menuliskan passwordnya.

Setelah melihat pesannya yang tidak terlalu menyenangkan, aku berjalan kearah lemari pakaian dan menaruh ponselnya di dalam lalu mengunci pintunya.

Ponselku menyala sehingga aku membuka password dan me-check nya.

Mel : Have u got it?

Me : Yeah

Satu menit kemudian, dia membalas lagi.

Mel : Gd luck & gd night xx

Me : Night x

Aku menaruh ponselku dibawah bantal dan mencoba memejamkan mata menunggu untuk besok.

--

Aku membuka mata dan merasa seseorang sedang memandangi ku. Aku duduk dan melihat Jake dengan tangan yang berada di dada.

"What do you want Jake?" Kataku lelah

"Lo tau apa yang gue mau" jawabnya.

Kemudian aku teringat ponselnya.

"What do you mean?" Kataku innocent.

"Don't play game with me, give me my phone" ucapnya dengan tegas.

"Your phone?" Kataku, berpura-pura bingung.

Dia mengangguk dan duduk di pinggir kasurku.

"Give it now" pinta nya.

"Lanjutkan mengemis mu,karena aku tidak tahu apapun" kataku sambil mengangkat bahu.

"I know you do" dia mendekat ke arah ku sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

"Kecuali kalau, you want me to kiss you" dia mengedipkan matanya.

Tubuhku merasa tegang ketika ia mengelus wajahku.

"Try it."

Dia mengernyitkan dahinya tidak percaya.

Aku berdiri dan mengambil ponsel ku dan membawanya kedalam toilet agar tidak diambil olehnya.

Aku membasuh perlahan seluruh tubuhku. Setelah selesai, aku meraba-raba untuk mengambil pakaian ku dan ternyata tidak ada satu pun.

Shit, I forget to get them.

Dengan perasaan jengkel, aku mengambil handuk putih di samping ku dan keluar dari toilet.

Aku menghembuskan nafasku ketika aku tidak melihat Jake.

Aku mengeluarkan pakaian ku dari lemari. Ketika aku membalikkan badan, aku melompat kaget.

Aku membuka mulut ku shock. Jake sudah berdiri di depan ku dan dia melihat ku dari atas sampai ke bawah.

"Got some fine legs there babe," dia mengedipkan satu matanya.

Aku menggerutu karna komentarnya.

Tapi didalam hati, aku tersenyum.

Ini tidak setiap hari untuk bisa mendapatkan komentar seperti tadi dari lelaki seperti nya.

"Okay now bye!" kataku sedikit berteriak.

"Not so easy," dia menempatkan tangannya dipundakku dan menarikku agar lebih dekat dengannya.

"Tell me where my phone is," dia berbisik di telingaku.

"I d-don't know," kataku sedikit gagap.

"You asked for it," dia berbisik lagi.

Dia berbalik badan dan menarik handuk yang sedang kukenakan. Handuk ini akan jatuh tetapi sebelum jatuh, Jake menarikku kedalam pelukannya.

Aku menghembuskan nafas.

"Saved you there didn't I?" dia tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Living with the bad boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang