Bab 5

18.1K 1.9K 110
                                    


Some days I feel broke inside, but I won't admit
Sometimes I just want to hide 'cause it's you I miss
Christina Aguilera - Hurt

***

Saras

"Saras, ayo bangun. Sholat Shubuh, yuk."

Kalimat ini yang pertama kali terdengar di telingaku begitu aku membuka mata. Gilang sedang menunduk di depan wajahku, bibirnya tersenyum.

"Nggg...," Aku masih malas-malasan. "Jam berapa sekarang, Lang?"

"Jam setengah lima." Jawab Gilang, masih tersenyum. Mungkin geli melihat mantan pacarnya ini sedang malas-malasan tidak mau bangun. "Udah telat setengah jam. Bangun, yuk, Saras."

Aku spontan terduduk tegak. Telat setengah jam? Yang benar saja. Oh, aku lupa. Kemarin aku baru bisa tidur dengan nyenyak setelah menemani Adin mengobrol panjang, karena adikku yang satu itu sedang ingin ditemani sampai dia tertidur pulas.

"Jama'ah, ya?"

Aku mengangguk. "Tunggu bentar, aku ambil wudhu' dulu."

Gilang berjalan ke arah lemari begitu aku turun dari kursi tempatku tidur semalam. Mungkin dia ingin menyiapkan sajadah dan mukena untukku, satu kebiasaannya setiap kami hendak sholat berjamaah dulu, baik di rumahku maupun rumahnya.

Satu hal yang paling aku sesali dari pertemuanku dengan Gilang adalah, karena kami berkenalan, lalu satu bulan kemudian berpacaran, dan terus seperti itu sampai tiga tahun kemudian memutuskan hubungan.

Dulu, saat aku masih muda dan terlalu naif untuk menyadari bahwa segala hal yang aku lakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan, aku tidak begitu mempermasalahkan apapun yang terjadi dalam hidupku. Aku berpacaran, berciuman, everything I knew that was wrong but, still, I did it. Mungkin karena hormon masa pertumbuhanku yang sedang meledak-ledak saat itu, atau karena godaan setan yang selalu mengiringi langkah kakiku, entahlah. Aku juga tidak tahu.

Aku pernah menonton salah satu film yang dibintangi oleh Jason Statham yang berjudul The Transporter. Kisah yang menceritakan seorang tokoh bernama Frank Martin, seorang mantan anggota militer yang memutuskan untuk menjadi kurir barang ilegal. Tadinya, Frank adalah seorang yang sangat taat peraturan, walaupun sejatinya peraturan itu adalah peraturan yang ia buat sendiri. Namun, karena dia melanggar peraturannya, masalah datang. It is just like our life, isn't it? Kalau kita melanggar peraturan, maka kita akan mendapat masalah. Kita akan mengalami kehancuran. Seperti hubunganku dengan Gilang. Hubungan yang membuat kami melanggar aturan Tuhan.

Gilang sudah siap ketika aku kembali. Dia menatapku dan kembali tersenyum. Senyumnya yang tidak bisa aku lupakan bahkan setelah satu tahun kami tidak bertemu.

Aku berdiri di belakangnya. Gilang mulai bertakbir, melantunkan al-fatihah, lalu bibirnya mulai membacakan surat al-Ikhlas. Surat kesukaan kami.

"Saras, dari 114 surat yang ada di al-qur'an, kamu paling suka yang mana?" Tanyanya suatu waktu ketika kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumahku.

Selain ratusan hal lain yang menjadi alasan mengapa aku mencintai Gilang, yang akan aku katakan setelah ini adalah salah satunya yang berada di urutan teratas. Gilang memang bukan orang alim yang mampu menjalankan segala jenis ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah, bukan juga jenis orang yang bisa meninggalkan larangan-larangan dengan sempurna, tapi dia tidak pernah meninggalkan sholat dan membaca al-quran. Setiap hari, pasti ada saja pesannya yang berisi mengingatkanku untuk membaca al-quran.

"Al-Ikhlas." Jawabku tanpa berpikir panjang.

"Why?"

"Karena pendek." Jawabku, yang membuatnya tertawa.

Immortal (Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang