Chapter 4 - Keila's dad

87 7 0
                                    

Chapter 4 - Keila's dad

"Kei!"

Gadis berambut sebahu itu berlari menghampiri Keila setelah ia setengah berteriak dari kejauhan.

Akeila yang merasa namanya dipanggil oleh seseorang, menoleh dengan cepat.

"Rena.. Apa?"

Rena masih berdiri dengan nafas yang terengah - engah setelah berlarian mencari Keila. Ia berdiam sejenak untuk mengatur ritme nafasnya yang tak beraturan sebelum berbicara pada Keila.

"Lo mau kemana sih. Begitu mata kuliah selesai lo langsung cabut, biasanya kan lo paling seneng ngelamun sendiri di kelas sampe ngga pulang - pulang."

"Oh itu, nggakpapa. Gue lagi males aja di kelas."

"Kalau gitu temenin gue ke toko roti yukk, tadi nyokap nitip buat temen - temen arisannya." Ajak Rena antusias.

"Ehm, sebenernya sih gue mau nemenin lo. Tapi.." Keila diam sejenak, mencari alasan yang tepat untuk menolak ajakan Rena yang sekarang sedang berdiri didepannya.

"Apa?"

"Gue, gue, lagi ada urusan."

Rena mengernyitkan dahi menatap sahabatnya penuh selidik. "Urusan apa? Tumben banget lo."

Yang ditatap malah salah tingkah. Ia harus ngomong apa pada Rena? Kan nggak mungkin kalo ia ngomong yang sebenarnya. Belum saatnya.

"Ehm, yaa, pokoknya gue ada urusan." Ujar Keila dengan terbata - bata. Rena hanya menatap Keila dengan tatapan heran.

"Eh, yaudah yaaa, Ren. Keburu sore nih. Lo mau ke toko roti, kan? Entar keburu tutup lagi. Gue juga mau balik nih. Dadaaaah, Renaaaaa!"

Keila mencium pipi sahabatnya sekilas sebelum berlari meninggalkan Rena yang mematung dengan menyisakan banyak pertanyaan.

***

"Papa gimana kabarnya?"

Itu pertanyaan pertama yang Keila lontarkan ketika ia menjenguk Papanya sepulang dari kuliah.

Setelah menghabiskan waktunya hampir setengah jam di perjalanan, akhirnya ia bisa keluar dari kemacetan yang menyita waktunya.

Sekarang ia duduk dihadapan Papanya. Perasaan rindu yang memenuhi rongga dadanya sejenak menghilang, berganti dengan perasaan senang dan lega ketika melihat Papanya baik - baik saja meski sedikit berbeda.

Sudah hampir dua bulan ia dan Mamanya tak pernah kesini. Terakhir kali kesini waktu akhir pekan 6 minggu yang lalu.

Kesibukan Mama Keila dengan usaha barunya demi menghidupi kebutuhan sehari - hari juga kesibukan kuliah Keila yang membuat mereka tak punya banyak waktu luang untuk mengunjungi Papanya.

Keila memandang Papanya lamat - lamat dengan tatapan sendu yang sulit diartikan. Papanya sudah banyak berubah secara fisik.

Waktu itu, rambutnya hanya satu-dua helai yang beruban, sekarang makin banyak.

Papanya terlihat lebih kurus dari yang terakhir kali ia lihat. Badannya terlihat tak terurus. Tumbuh rambut - rambut halus di sekitar dagunya.

"Papa baik - baik saja."

Kalimat singkat itu keluar dari mulut seorang lelaki yang berumur 50-an setelah hampir beberapa menit mereka berdua enggan berbicara.

Mereka memilih untuk bungkam. Sibuk dengan pikirannya masing - masing untuk beberapa saat.

Tidak hanya fisik, Keila tau secara psikologis Papanya juga berubah. Lebih banyak diam. Bicara seperlunya.Padahal yang Keila tau, Papanya adalah orang yang suka bercanda walaupun itu tidak menghilangkan watak tegasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCARS (Berapa Banyak Luka?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang