Stevano P.O.VGue sudah sampai didepan rumah gue, saat gue ingin membuka pintu terdengar suara berisik dari dalam
"Mama gak tau mau ngomong apa lagi sama kamu, mama sudah berapa kali dipanggil sama guru kamu, mama heran kamu niat sekolah gak sih?" Sepertinya itu mama yang lagi memarahi vani. Oh iya gue punya adik namanya Stevani Aqila Abrian yang sangat bertolak belakang sama gue, dia anaknya manja, cerewet, cengeng dan kalau ulangan selalu dapat nilai kecil. Gue bingung mungkin otaknya sekecil biji jagung, tapi walaupun gitu gue sayang banget sama dia
"Kamu harus contoh kakak kamu yang selalu dapat tiga besar" lah kenapa nama gue dibawa? Dan dari pada gue kebo eh maksudnya kepo, akhirnya gue masuk kedalam rumah dengan tampang polos tanpa mengetahui apa yang terjadi
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, tumben pulang jam segini" gue berjalan menuju mama dan menyalimi punggung mama, gue melirik vani yang mukanya merah, kasian sekali adik gue. Gue melirik mama dan minta penjelasan, sebenarnya sih gue udah tau, ya Cuma acting aja dan sepertinya mama tau maksud gue
"Nilainya anjlok lagi, pokoknya fasilitas kamu Mama sita dan nanti sore Mama sudah siapin guru private untuk kamu" Gue hanya diam mendengar Mama yang lagi nyeramahin Vani
"Oh iya tadi Adit kekantor Papa dulu jadi telat pulangnya dan Papa nyuruh Adit keluar kota nemuin clien Papa mungkin lusa Adit udah pulang"
"Kenapa bukan Papa aja" ternyata Mama sehati sama gue Cuma Papanya aja yang gak mau
"Papa sibuk jadi gak bisa datang"
"Yaudah kamu makan dulu gih"
"Nanti aja deh" gue menghampiri Vani yang masih duduk di sofa dengan wajah memerah
"Ikut kakak yuk"gue menarik tangannya dan membawanya ketepat favoritnya kalau udah dimarah dan tempat adalah kamar gue, dia selalu mewek disana gue sih gak keberatan dengan hal itu.Kini gue udah sampai dikamar gue.
Gue duduk ditepi ranjang bersama Vani yang mukanya masih merah gue tebak bentar lagi dia bakal nangis
1..
2..
3..
Kata gue tepat banget, dia sudah nangis,gue menariknya kepelukan gue menenangkannya yang sedang nangis
"Kenapa sih selalu kakak yang disanjung" katanya sambil menangis
"Bukan gitu aduh gimana ya kamu juga sih kakak sudah bilang semua itu ada waktunya, kamu ada ulangan bukannya belajar malah pacaran kan gini jadinya" gue tau itu karena kalau lagi telponan pasti dikamar gue, katanya biar gak ketauan sama mama dan gue selalu jadi obat nyamuknya
"Ta-pi kema-rin Vani be-beneran lupa" katanya sambil segukan, gue melepaskan pekukan eratnya yang bikin gue sesak nafas mungkin dia lagi emosi dan melampiaskannya ke gue -,-
Gue memegang bahunya yang masih bergetar "Penyesalan selalu berada diakhir walaupun kamu nangis seperti ini masalah gak bakal selesai, lebih baik kamu berubah dan buat mama senang sama kamu" kata gue yang udah kaya bapak-bapak yang selalu berkata super sekali di salah satu tv swasta dan untungnya tangisan Vani mulai mereda, gue berbakat banget meredakan tangisan orang ya
"Gitu dong kamu nangis kaya gitu jelek tau" fyi kalau dirumah gue gak pake bahasa pergaulan, bonyok gak ngasi katanya gak sopan oke back to topic, Vani yang dengar kata-kata gue tadi langsung mengerucutkan bibirnya
"Makin jelek aja, oh iya kakak punya sesuatu"gue mengambil sesuatu yang berada dijas sekolah gue dan seketika wajah Vani sumringah
"COKLAAAAT" kayanya seperti anak kecil, haha lucunya adik gue
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
Teen FictionSebuah mimpi yang susah untuk kucapai, kalian tau apakah itu? berada disampingnya, berada bersamanya dan memilikinya. itu adalah sebuah mimpi yang tak mungkin terjadi, mungkin aku hanya bisa bersamanya didalam mimpiku dan saat kubangun semuanya meng...