Setiap manusia hidup pasti merasakan yang namanya sebuah nikmat. Nikmat yang Tuhan berikan. Bisa berupa nikmat sehat atau pun yang lainnya. Disini, bagi Yoojin -- tidak hanya nikmat sehat itu, tapi memiliki sebuah keluarga kecil yang lengkap juga merupakan nikmat terbesar yang Tuhan berikan untuknya.
Bertemu dengan dia -- bertemu dengan Changkyun salah satu kebahagiaan di hidupnya. Ternilai? 8? 9? 10? Tidak ... Tidak ada nilai yang cukup untuk itu. Perkenalan sederhana itu menyatukan mereka. Mungkin benar jika ada orang yang berkata tidak ada yang kebetulan. Dia dan Changkyun bertemu -- mereka saling mengenal satu sama lain. Belajar memahami, dua orang yang berbeda karakter dipersatukan, tidak mungkin keduanya akan selalu baik-baik saja menjalani ini semua. Yah ada cobaan -- masalah yang datang untuk menguji. Menguji seberapa besar keduanya mampu untuk bertahan. Bukan tentang berapa lama mereka saling mengenal lalu bersama dan bukan juga tentang siapa yang menyakiti dan tidak, tapi bertahan memperjuangkan semuanya berdua -- bersama-sama.
Yoojin tersenyum, mengingat bagaimana pertama kali perkenalannya dengan Changkyun. Bukan perkenalan seperti dalam serial drama, bukan. Bukan perkenalan tentang seseorang yang bertemu di jalan lalu tak sengaja bertabrakan lalu saling membenci dan akhirnya jadi saling jatuh cinta. Dan bukan juga perkenalan pada pandangan pertama. Oh tentu bukan yang seperti itu.
Malam ini langit kota begitu cerah. Biasanya sudah beberapa hari belakangan hujan selalu turun. Tidak dengan malam ini, langit bertaburan dengan bintang. Dimalam yang seperti ini Yoojin terdiam dengan lamunannya, berdiri sendiri di balkon kamar. Sepi ... hanya terdengar suara jangkrik menemaninya. Ketiga malaikat kecilnya -- Daehan, Minguk, Manse yang tak pernah lepas darinya sudah terlelap di kamarnya. Begitu juga dengan Changkyun.
Kesunyian malam menemani Yoojin. Hembusan angin tanpa ampun menusuk-nusuk tubuhnya. Dingin ... ya, malam yang cukup dingin. Piama tidurnya tidak bisa melindungi dirinya dari dinginnya malam. Mungkin pelukan dari Changkyun bisa membuatnya merasa hangat, pikir Yoojin sembari tersenyum simpul.
Yoojin menengadah, teringat sesuatu. Teringat bagaimana hari-harinya bersama dengan Changkyun.***
Suara televisi terdengar ke sesisi ruangan. Di atas sebuah sofa berwarna cokelat gelap Yoojin dan Changkyun duduk berdua. Changkyun asik menonton televisi tanpa menghiraukan Yoojin. Sedangkan disatu sisi Yoojin bosan, Changkyun terlalu serius menonton. Setidaknya ia ingin diajak berbicara.
"Changkyun ...."
"Apa."
Changkyun menembali Yoojin, tapi tanpa menoleh sedikit pun pada Yoojin. Masih saja asik sendiri. Asik sendiri menonton berita yang setiap malam sudah ada jadwalnya itu.
"Dari tadi kau mengacuhkanku," kata Yoojin.
"Siapa yang mengacuhkanmu."
Yoojin mengambil remote televisi yang berada di samping dirinya dan Changkyun. Tanpa sepengetahuan Changkyun. Lalu ia menekan tombol off dan otomatis televisi pun mati. Changkyun menoleh dan pandangannya sulit diartikan."Kenapa dimatikan?" tanya Changkyun. Yoojin hanya cemberut sembelum menjawab pertanyaan Changkyun, "Sebal, kau terlalu asik menonton televisi sampai aku kau acuhkan."
"Siapa yang mengacuhkan mu sih."
Remote televisi yang berada di tangan Yoojin kini sudah berada ditangan Changkyun. Lalu dengan sekali tekan televisi nyala kembali. Yoojin semakin sebal. "Aku mau tidur saja," katanya sembari bringsut dari sofa.
"Baiklah ayo tidur."Changkyun tidak bangun dari sofa. Ia merebahkan tubuhnya di sofa. Yoojin menoleh, ia cemberut. "Kau tidur disini?"
Tidak ada suara dari Changkyun. Changkyun merapatkan kedua matanya. Ia tidur, bukan ... tapi pura-pura terpejam. "Changkyun ... ish jangan tidur disini." Yoojin mengguncang-guncangkan tubuh Changkyun. Tapi hanya dibalas oleh suara dehaman.
Changkyun menutupi wajahnya dengan bantal, semakin berpura-pura kalau ia benar-benar ingin tidur dan sudah terlelap. Dengan jail Yoojin menarik bantalnya. "Ah Changkyun jangan tidur disini." Yoojin menggoda Changkyun. Changkyun tetap memejamkan matanya.
Yoojin tersenyum jail, ia menaiki tubuh Changkyun dan menindihnya. Lalu meraba-raba wajah Changkyun, "bangun ...""Apa sih kau, aku mau tidur. Jangan menggangguku."
"Aku tidak akan bangun hihi," kata Yoojin seraya terkikik. Ia terus mengganggu Changkyun dan menggodanya. Menciumi daun telinga Changkyun agar ia membuka matanya.
***
Suara tangisan Daehan membuyarkan lamunan Yoojin. Membuyarkan bayangan tentang dirinya bersama Changkyun.
Daehan terus menangis ... Yoojin segera menuju ke kamar Daehan. Saat ia melewati tempat tidur, terlihat Changkyun yang begitu pulas. Sepertinya suara tangisan Daehan tidak mengusiknya sama sekali. Buktinya ia tidak bangun.
Sesampainya di kamar Daehan, Yoojin segera menggendong Daehan agar anak itu kembali tenang. Untung saja hanya Daehan yang menangis. Biasanya antara Minguk dan Manse akan terbangun juga jika mendengar salah seorang dari mereka menangis. Jika sudah seperti itu Yoojin tidak bisa menanganinya sendiri dan harus dibantu oleh Changkyun."Sssttt ... Sssttt tidur lagi ya sayang. Eomma disini bersamamu." Daehan masih belum tenang. Yoojin mengayun-ngayun Daehan seraya mengusap punggungnya. "Eomma ...." suara Daehan serak, anak itu menggenggam lengan piama Yoojin. "Aku ingin tidur bersama Eomma."
Yoojin membawa Daehan ke kamarnya. Sekarang Daehan sudah berhenti menangis. Direbahkannya Daehan didekat Changkyun. "Tidur lagi sayang bersama Eoma." Yoojin pun ikut merebahkan tubuhnya disamping Daehan. Changkyun yang berada didekat Daehan tidak menyadari ada anaknya disamping dirinya. Ia benar-benar pulas.Yang terlihat hanya punggung kokoh milik Changkyun. Yoojin ingin membangunkan Changkyun. Menyuruhnya berbalik untuk menemani menidurkan Daehan bersama dirinya. Tapi sepertinya Changkyun sudah kelelahan sekali hari ini.
Ia memeluk Daehan, mengusap lembut rambutnya. Daehan masih juga belum memejamkan matanya. Anak itu malah mengulum jemarinya. Pandangannya lurus ke langit-langit kamar. "Appa ...." Daehan menoleh pada Yoojin. Yoojin ternyum, dikecupnya puncak kepala Daehan. "Appa sudah tidur, jangan dibangunkan." bisiknya.
Sepertinya Daehan merindukan Appaa nya. Sekarang ketika Changkyun pulang bekerja, Daehan Minguk Manse sudah tertidur. Ia merindukan bermain bersama Appa nya.
Yoojin terus mengusap lembut rambut Daehan. Ia tahu pasti kalau Daehan ingin bersama Changkyun, tidak hanya Daehan. Minguk dan Manse pun pasti seperti itu. Yoojin bisa merasakan itu. Yoojin juga merindukan waktu bersama Changkyun. Waktu berdua bersama. Merindukan bagaimana ketika Changkyun memanjakannya, memeluknya dengan penuh kasih sayang. Semua kerinduannya akan itu sulit dijelaskan dan diungkapkan. Yang ia tahu ia merindukan itu.