2

15 1 0
                                    

Bel masuk kelas telah berbunyi, suasana kelas sepuluh satu sangat gaduh karena tidak ada guru yang datang mengajar. Anzas, Rizky dan Aceng yang paling onar, mereka bertiga menggendang-gendang meja, tidur-tiduran di atas meja dan mereka menghabiskan satu buku untuk bermain lempar-lemparan kertas. Anak perempuannya pun tidak mau kalah, mereka tertawa riang sampai terbahak-bahak, nyanyi-nyayi, bermain bedak tabur hingga lantai kotor, ada yang asik makan samoai sampahnya dimana-mana. Kelas mereka jadi seperti sampah, banyak sekali lalat dan nyamuknya, bahkan 5 ekor kecoa pun ikut hadir di kelas yang kotor tersebut. Bel pulang telah berbunyi, mereka meninggalkan kelas dengan keadaan kotor sekali.

Keesokan paginya..

"uh, kelas kita bau banget sih !" bentak Siska. "tau nih anak-anak pada jorok, yang piket gimana ini ?" keluh Ami. "sampah berceceran dimana-mana. Jijik !!" ujar Bagas.
"udahlah kalian ga usah berkomentar, beresin aja nih kelas" usul Septi. "siapa sekarang yang piket ?" tanya Nadia. "udah ga usah pake piket-piketan, sampah segunung begini, kesian yang piket, udah kita bersihin aja, yuk" ajak Imas.

Merekapun membersihkan kelasnya, saat asik membersihkan kelas, Nofal dan Apray pun kaget. "ya Allah, banyak amat ini kertasnye, gile.. satu buku boy" ucap Nofal. "iye, di sini juga banyak banget nyamuknya, udah kaya sarang nyamuk aja ini" keluh Apray. "e.. busett dah, ini tong sampah isinya sampah kite semue ?" tanya Firman. "ya iyalah, emang kaga liat apa noh Nofal, Apray, Sintia, Septi ama Nadia lagi pada piketin kelas kita" jawab Fatur. "iye..ye.. tapi liat aja, sampahnya melebihi gunung, butuh 5 tong sampah lagi kali tuh..hahaha" sahut Firman sambil tertawa.

Setelah kelas selesai di bersihkan, anak-anak pun masuk kelas dan belajar sesuai mata pelajarannya. Bel pulang skolahpun berbunyi. Saat itu hari amat panas, macet, asep dari pabrik dan dari knalpot kendaraan menjadi satu, belom lagi asap bakar dari sampah-sampah yang di bakar di tepi jalan. Hari itu langit menjadi gelap karena kumpulan asap-asap yang menjadi satu. Annisa, Rahma, Lutfi, Silvi, Siska, Sintia dan Hasnah pun duduk-duduk dulu di warung sekitar dekat sekolahan sambil memesan es, setelah es di siapkan dan sudah di bayar, mereka pergi kembali menunggu angkot yang biasa lewat.
Angkot pun tiba, Annisa sudah berencana untuk membuang sampah di kolong bangku dalam angkot, saat Annisa sudah ingin membuang sampahnya, tiba-tiba tangan Annisa di pegang erat sekali dengan kagetnya Annisa menoleh ke belakang dan ternyata ada Sofwan yang bilang "jangan buang sampah sembarangan" dan tiba-tiba Sofwan hilang begitu saja. Annisa pun pucat seketika, Sintia yang percaya mitospun menyembur Annisa dengan esnya. Annisa pun kaget dan langsung menceritakan apa yang terjadi.

Fena, Afifah, Nadia, Septi, Imas, Anzas, Rizky, Aceng dan Dyah, mereka pun tidak langsung pulang merekapun berniat main di pantai sekitar. Namun setelah sampai di pantai, mereka kecewa karena pantainya banjir, akhirnya mereka pulang melewati hutan. Dyah yang sering melewati hutan deket pantai pun merasa ada yang aneh "ini dulu hutannya lebat banget tapi kenapa sekarang pada gundul gini ?" tanya Dyah. "emang ini dulunya ada hutan ?" tanya Imas. "di sini tuh dulu hutannya lebat banget, gue pernah main kesini dan pernah juga ngeliat 2 anak harimau lagi main-main gitu. Unyu tapi galak, banyak banget tau hewan-hewan disini, malah bagus-bagus pula" jelas Dyah ."ini mau di bikin apa ya ? kok pada di tebang?" tanya Fena. "ga tau" jawab Dyah.

Temanku Jadi HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang