CHPATER 1

2K 87 5
                                    

CHAPTER 1

Tidak ada yang lebih baik dilakukan pada malam hari selain membaca buku sambil bersandar pada kepala ranjang. Buku dongeng anak-anak 'Peterpan'. Aku sudah membacanya lebih dari ribuan kali tapi tak ada rasa bosan yang menyergap. Kadang sahabatku -Bae Suzy- mengomel karna lagi dan lagi aku membaca buku ini. Seperti anak TK saja, katanya.

BRAKK

O-omo! Tiba-tiba saja pintu kamarku dibuka tanpa seizin yang punya.

"Hei cantik, belum tidur?"

Lee Jong Suk si menyebalkan itu ternyata. Dan dia duduk begitu saja dipinggiran tempat tidurku, dasar. Dia tersenyum lebar hingga nampak seperti cengiran jahil. Apalagi ini? Dia pasti merencanakan sesuatu.

"Aku pikir ahbeoji sudah pernah mengatakan padamu kalau masuk tanpa mengetuk pintu itu tidak sopan," kataku sesinis mungkin. Sulit untuk beracting di depan seorang Lee Jong Suk. Jangan coba-coba beracting di depan drama king. Yah, setidaknya itu yang aku pelajari.

"A, kejadian yang waktu kecil itu, ya. Kau masih mengingatnya? Ingatanmu bagus juga."

"Tentu saja. Aku mewarisi gen ahbeoji lebih banyak daripada kau oppa," kataku angkuh.

"Tapi ahbeoji lebih percaya padaku untuk mengurusi perusahaan," balasnya tak kalah angkuh.

Aku cemberut. "Untuk yang satu itu aku mengaku kalah."

Dia tersenyum semakin lebar saja. Tak apa-apa, aku meyakinkan diri sendiri. Tapi raut wajahnya berubah seketika. Menjadi... sedih, kecewa dan... aku tidak tahu.

"Waeire?" aku memutuskan untuk bertanya.

"Kurasa aku akan merindukanmu besok malam adik kecil," jawabnya seraya menunduk dan menutupi kedua matanya. Tangannya bertumpu pada lutut dengan celana jeans yang membalut kakinya.

"Mworago? Katakan yang jelas," tuntutku. Aku masih bingung dan penasaran. Yah, penasaran adalah sifat dasarku.

"Ini," -dia menyodorkan selembar kertas berbentuk persegi panjang- "ahbeoji memintamu menemani anak gadis rekan perusahaannya untuk menonton konser ini. Padahal oppa sudah berusaha mengatakan kalau kau itu tidak suka konser boyband tapi... kau tahu kan ahbeoji seperti apa. Eomma saja tak bisa melawan."

Oh, Lee Jong Suk yang malang. Aku bisa membayangkan dia bersama ayah saling meneriaki satu sama lain. Aku mengambil tiket di tangannya dan membaca konser apa itu. Konser Big Bang. Siapa yang tidak tahu Big Bang? Memang aku tidak tahu banyak tentang mereka. Hanya tahu kalau mereka itu terkenal. Yah, tidak ada salahnya cuma menonton.

"Aku akan menontonnya. Dan terima kasih sudah membelaku tentang tiket ini," kataku.

Dia terlihat sedikit terkejut. "Jinjjayo?"

Aku mengangguk yakin. Emm... sedikit tidak yakin sih tapi aku mengangguk saja. "Jinjja. Aku harus mengatakan dulu pada ahbeoji kalau aku bersedia pergi."

Jong Suk menunjukkan gelagat agak terkejut lagi. Aku mengabaikan itu dan beranjak turun. Dia tersenyum lebar. Sekilas aku melihat dia memainkan ponsel -yang entah sejak kapan ia pegang- sebelum aku benar-benar keluar dari kamar.

Hanya butuh menuruni tangga untuk sampai ke ruang kerja ayah. Ruangannya ada di sebelah kanan tangga. Aku mengetuk pintu dan setelah mendapat persetujuan segera saja aku masuk. Ternyata ada ibu juga di sana. Ayah -Lee Chang Wook- sedang duduk di kursi kerjanya dengan ibu -Park Chae Won- berdiri di sebelahnya.

"Ada apa, sayang?" Suaranya yang keibuan itu menyentuh telingaku.

Aku mengangkat tiket konser itu. "Aku bersedia untuk pergi ke sana, ahbeoji."

RED  [G Dragon & IU Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang