Bab 2

26 2 0
                                    

Seminggu lagi aku akan menghadapi Ujian Akhir Semester genap, lalu aku akan naik kelas 12. Akankah aku bisa mendapatkan nilai yang akan membanggakan nenekku, setelah melihat nilai raporku yang hanya mencapai batas standar. Setiap ulangan aku belajar, hingga larut malam, tapi hasilnya tidak membuat hatiku bahagia.

Belajar itu melelahkan, aku ingin langsung sukses tanpa perlu mempelajari semua mata pelajaran yang dipelajari di sekolahku. Dibalik kelelahanku akan belajar, aku hanya ingin meyakinkan diriku, bahwa pelajari apa pun itu walaupun itu sangat berat, melelahkan, dan menyedihkan. Hanya dengan mempelajari semua hal dan mendapat penilaian yang sedikit akan membuatku lebih berharga, karena ilmu yang aku dapat mungkin akan berguna untuk kehidupanku.

Di hari senin ini aku menjalankan rutinitasku sebagai pelajar. Aku bangun pagi, sarapan, dan tidak lupa berbicara kepada Allah dalam sholatku. Lalu aku berpamitan kepada nenek untuk berangkat sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh, hanya memakan waktu 15 menit dengan menggunakan sepeda gunungku. Sekolahku masih di sekitar daerah perumahan yang aku tinggali dan jaraknya tidak begitu jauh, maka dari itu aku memilih menggunakan sepeda.

Setibanya aku di sekolah, aku disuguhkan oleh beberapa tangan guru-guruku yang meminta untuk disalimi. Dengan menyalimi seseorang yang lebih tua dari umurku maka aku akan mendapatkan doa restu di sepanjang jalanku. Aku percaya akan hal itu, karena setiap menyalimi orangtua maka di sanalah doa mengalir dalam hidupku.

Setelah menyalimi tangan guru-guruku aku langsung menuju ke kelasku. Saat aku melewati koridor, aku melihat dua orang yang sedang duduk di kursi khusus tamu sekolah, dan aku menduga kalo mereka sepasang ibu dan anak. Aku tidak pernah melihat anak lelaki itu, sepertinya dia murid pindahan.

***

Ku pandangi sekeliling kelas, dan aku menemukan tempat dudukku dipinggir dekat dinding kelas barisan ketiga. Aku suka duduk di sini bersama teman, oh... tidak, dia lebih dari temanku, dia sangat mengerti aku, dia sahabat terbaikku. Jam pelajaran akan dimulai dua menit lagi, tapi Winda belum sampai juga, tidak biasanya dia seperti ini. Dia selalu datang lebih awal daripada aku. Kalau tidak ada dia, aku takkan ada teman untuk diajak mengobrol.

Kringgggg....kringggg...kringggg...

Suara bel terdengar ditelingaku, jam pelajaranpun telah dimulai. Saat aku melihat ke arah pintu kelas, aku mendapatkan sosok yang tadi aku lihat di koridor sekolah, dia masuk bersama Bu Wiwi walikelasku sekaligus guru fisika yang mengajar di kelasku.

"Selamat pagi anak-anak," sapaan pagi di hari Senin yang sudah bosan aku dengar dari mulut bu Wiwi dengan logat jawanya. "Kali ini kalian akan mendapatkan teman baru ya. Silahkan perkenalkan dirimu nak," jelas bu Wiwi yang langsung menoleh ke arah anak baru itu dan memberikan bahasa tubuh agar si anak tersebut memperkenalkan dirinya kepada kami semua.

Saat aku meneliti tubuhnya dan memandangi wajahnya aku berpikir sepertinya dia pernah bertemu denganku, tapi aku tidak tahu kapan kami pernah bertemu. Dan lamunanku terhenti saat aku mendengar suara bariton dari anak itu. "Selamat pagi semua, nama saya Faisal Putra, biasa dipanggil Faisal."

"HAIII Faisal, nama gue Siska," celoteh si Siska dengan suara cemprengnya yang beraksen centil. Siska adalah salah satu temen sekelasku yang terlalu percaya diri, walaupun seperti itu dia sangat baik kepada siapa pun, dan juga ramah. Setelah Siska betingkah seperti itu, semua teman-teman sekelasku tertawa melihat kelakuannya, saat teman sekelasku tertawa aku hanya tersenyum karena mood-ku yang turun karna Winda.

"Baiklah, cukup semuanya. Tolong hentikan tawa kalian! Dan untuk Faisal kamu bisa duduk di bangku sebelah Violet," potong bu Wiwi di sela-sela tawa kami. 'Bu Wiwi menyuruh Faisal untuk duduk di bangku kosong sebelahku? Mana bisa seperti ini, bangku itu seharusnya diduduki oleh Winda' kataku dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ribuan Alasan Untuk HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang