.
(It is capital mistake to theorize before one has data; Shelock Holmes)
.
.
.
London, November 1898
.
Fur Elise, Ludwig Van Beethoven.
Ruangan itu besar, elegan, dan mewah. Sepi, namun tidak hening. Nada yang mengalun dari piringan hitam di ujung ruangan itu berputar sesuai irama. Mengulang musik yang sama dalam waktu yang berbeda; fur elise, moonlight sonata, dan symphony nomor lima.
"Kau ... dasar bedebah!" seorang pria berteriak. Gurat wajahnya tampak kesakitan, meski luka lebar yang menganga tepat di bagian kiri dadanya tidak akan sebanding dengan ekspresi wajahnya saat ini. Pria itu meringis nyeri, mencoba mengabaikan cairan pekat berbau tembaga yang mengalir dari dadanya tanpa berniat untuk berhenti.
"Bedebah katamu?"
Ada orang lain. Masih sama. Namun terlihat lebih muda dibandingkan sang objek yang terluka, berdiri tidak jauh dari si pria. Tampak angkuh, tegas, namun jahat.
"Kau yang bedebah," suara tawa terdengar, begitu halus. "Dan kau yang seharusnya mati."
Si pria membelalak; memohon dengan matanya untuk berhenti ketika ia melihat ujung revolver yang terlihat tak berdasar itu menyentuh tepat pelipis kanannya. Terasa dingin dan menegangkan. Mengintimidasi dan mematikan.
"Jangan ... "
Senyum tipis terpoles. "Selamat tinggal-"
"... kumohon ..."
Jemari bergerak di belakang pelatuk.
"-si tampan Kim."
Dan sampai bertemu kembali di dasar neraka.
Dor!
~oooOOOooo~
.
.
.
For my dear Detective,
Satu boneka tidak akan cukup untuk dihancurkan. Karena dendam sukar menghilang sebelum yang tertinggi lenyap, maka kematian tidak akan berhenti.
Ini kisah satu dekade silam yang mungkin tidak pernah diceritakan, bahkan enggan dicatat dalam sekumpulan sejarah yang berdebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verum (KookV Fanfiction)
Mystery / Thriller"Oh," Taehyung meringis. "Jelas sekali ini pembunuhan terencana." [KookV. Jeon Jungkook x Kim Taehyung. BTS Fanfiction]