Fuck!!
Alfa menjerit dalam hati. Mesin ATM di depannya menjadi saksi umpatannya. Lagi-lagi dia harus terpuruk karena masalah financial. Mama dan Papanya pasti enggan membantunya lagi. Lagipula, kemana saja uang yang tiap bulan mereka kirimkan? Alfa berpikir soal ini, sementara antrean di belakang makin panjang. Alfa tersadar! Dia bukan tersadar soal antrean. Biarlah, yang penting dia ngadem dulu di sini. Sambil mikir kenapa isi rekeningnya hanya tinggal angka lima dengan angka nol hanya empat biji. Alfa berharap nol-nya juga jadi lima juga. Ah, iya! Pasti gara-gara acara jalan-jalan kemarin. Juga... celana jeans baru. Hem... Kemana lagi ya rupiah-rupiah itu melayang? Alfa merem-merem penuh penghayatan. Mikir lagi. Kemana ya uangnya? Beli jeans di mall pas diskon waktu itu dua ratus rebu, bayar rekreasi bareng teman-teman sekelas dua ratus lima puluh, lalu... heng....
"Mas, masih lama?" Sebuah suara terdengar di belakangnya. Alfa tersadar dan menoleh dengan raut canggung. Antrean sudah panjang sementara dirinya masih sibuk berpikir. Alfa nyengir dengan wajah canggung, lalu mengambil ATM card-nya dan keluar dari sana. Dengan wajah merah padam karena malu.
Alfa menghidupkan motornya, namun matanya masih memandang mesin ATM di sana. Oh, mesin ATM! Maafkan diriku yang belum mampu mengulik isimu! Alfa mendesah, lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Bukan lilin, bukan! Ini semacam... benda kotak dengan layar yang bisa disentuh. HP, HP!
"Boke'. Kalo ada lowongan buat jadi babi, call me! Gue rela ngepet"
Alfa mengirim brodcast chat pada seluruh kontak di BBMnya. Dia nggak peduli harus malu. Bulan ini dia harus makan. Meski itu artinya dia harus numpang tetangga, meski harus makan nasi dan garam, meski harus minum obat mag. Oh, derita anak kost!
Tak lama setelah itu, HPnya kembali berbunyi. Teman-temannya serentak membalas brodcast chatnya. Ada yang sengaja menggoda, ada yang sok simpati, ada yang berniat tertawa, namun satu balasan dari seseorang mulai mencerahkan harinya.
"Kebetulan. Pengen duit, kan? Aku ada kerjaan buat kamu. Bukan jadi babi, tapi lebih baik, lah daripada itu! Ke kostanku sekarang!"
Alfa kepo, nyengir setelah itu. Dia benar-benar kepo, ingin tahu. Itu tadi BBM dari salah satu teman kelasnya. Alfa mesem senang, lalu ingat kalau sejak tadi motornya sudah hidup. Juga... mas-mas jaga parkir sedang menatapnya! Lihat tatapan mata itu! Oh, mas! Bukan karena mahasiswa dia punya duit banyak, mas! Bahkan di kantong saja dia nggak punya sepeser pun. Alfa berbalik dengan wajah sungkan, nggak bayar parkir.
Alfa harus ke suatu tempat! Ke kostan salah satu temannya. Temannya yang ini agak cuek. Tipe mbak-mbak iseng dan juga males. Alfa BBM dia ketika sudah sampai di depan kostannya. Cewek itu nongol dari balik gerbang dengan wajah ngantuk.
"Ngapain di sini?" Septi menguap ngantuk.
"Jangan bercanda, deh! Aku ke sini karena baca BBM kamu..."
"Oh...! Mau, nggak?"
"Kamu belum ngomong kerjaannya apaan!" Alfa protes. Septi mikir, lalu menjentikkan jarinya.
"Ah, gini..! Kemarin ada yang nanya ke aku, ada kenalan private tutor guru bahasa Inggris. Jadi aku mungkin bisa rekomendasiin kamu. Mau, nggak?" Septi menguap. Mata Alfa berbinar bahagia.
"Kalo itu mah aku mau aja, Septi!" Alfa mengangguk semangat. Septi mengambil HP di sakunya, mengirim BBM pada seseorang. Dia ingin konfirmasi pada seseorang. Setelahnya, wajah Septi jadi cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You, Teacher! (ONESHOOT - BXB)
Teen FictionRequest dr @alfalim Yg lama kena hapus. Repost ulang. . Gimana ya kalau harus jadi guru les dan akhirnya digodain kakak muridnya sendiri? Cari tahu yuk...