Part 1 - Arial Angesti Agler

367 10 7
                                    

Welcome to my first story. Cerita abal-abal seorang pemula nih.

Happy reading guys!!!

"WAITING -is a sign of true love and patience. Anyone can say 'I Love You' but not everyone can wait and prove it's true." (Unknown)

Arial POV

Namaku Arial Angesti Agler. Papaku bernama Aldebaran Agler, sedangkan Mamaku bernama Alesha Elfin Agler. Aku memang hidup di keuarga yang cukup mapan. Tapi jangan anggap aku memiliki hidup yang bahagia. Bagiku uang tidak akan bisa membeli kebahagiaan.

'Kebahagiaan' satu-satunya hal yang sekarang tak aku miliki. Eh, bukan hanya kebahagiaan aku juga tak memiliki pasangan saat ini. Bukannnya aku tidak laku tapi aku masih menunggu pangeran impianku. Bukan seorang pangeran yang hadir dalam mimpiku. Tapi, seorang pangeran yang pernah hadir dalam hidupku dan menjanjikan bahwa ia akan mewujudkan impian indahku dengan keajaibannya. Aku juga tak mengerti maksud dari ucapannya. Tapi aku percaya ia akan membuatku bahagia. Aku akan tetap menunggunya.

************************************
Malam tlah kembali ke peraduannya. Disambut terbitnya matahari dari ufuk timur. Bermandikan kicauan burung serta embun dingin yang menusuk.

Tok! Tok! Tok! pintuku diketuk oleh sang empu rumah ini.
"Ial.. bangun nak!"
"Bukankah ini hari pertamamu bekerja di kantor papa. Ial.. Ial.." teriak seorang perempuan paruh baya yaitu mamaku.
Kukerjapkan mataku untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Kudengar mama masih berteriak di depan pintu selayaknya sedang berteriak di hutan belantara.
"Iya ma. Sabar napa, Ial udah bangun nih. Mama turun aja dulu." Seruku dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Buka dulu pintunya sayang. Mama mau kasih sesuatu buat kamu."
"Iya ma sebentar" jawabku lagi.

Aku pun beranjak dari ranjang kesayanganku lalu berjalan gontai menuju pintu. Mataku ini memang sangat sulit untuk diajak berkompromi. Huuhh ini menyebalkan aku baru saja lulus kuliah. Tapi papa sudah menyuruhku bekerja di kantornya sebagai manajer keuangan.

Ceklek..
Pintu kubuka menampakkan mamaku yang sedang tersenyum gembira sambil membawa 2 setel pakaian kantor untukku. Tanpa babibu mama langsung masuk ke kamarku. Ia menaruh baju tersebut di atas single sofa di kamar tidurku.

"Ial, kemarin mama shoping ke mall untuk membelikanmu kamu baju untuk ngantor." Ujarnya dengan semangat menggebu-gebu.

'Ini yang kerja aku apa mama sih(?) Perasaan aku gak semangat-semangat amat' batinku melihat kelakuan mama yang sangat antusias.

"Iya mamaku sayang. Terimakasih." Jawabku sambil mencium pipinya. Ah mamaku ini memang sangat perhatian kepadaku. Meskipun cerewetnya minta ampun, tapi aku sangat menyayanginya.

"Mama keluar dulu ya. Mau nyiapin sarapan buat papa dan kamu."

"Iya ma. Ial mandi dulu ya."

*jangan bingung nama panggilanku di rumah memang Ial. Tapi kalo diluar ya di panggil Arial. Kan malu kalo di panggil Ial Ial gitu.

-30 menit kemudian-

Aku telah siap dengan pakaian kantor pemberian mama. Setelah kurasa dandananku cukup, aku pun melangkahkan kaki menuju ruang makan, meniti anak tangga yang berjajar runtut.

Tak tak tak. Langkah kakiku mengundang perhatian seluruh penunggu rumah ini. Mereka menatapku, meneliti penampilanku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku sedikit risih dipandang intens seperti itu.

"Biasa aja lah ma pa. Bola matanya udah hampir keluar tuh" Ujarku yang merasa risih dengan perlakuan mereka pagi ini.

"Mama gak nyangka kalo anak mama yang jadi-jadian kaya kamu bisa seanggun ini." Mama berkata tanpa berkedip dan terus memandangku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Ehm.. ehm.. Mama tu muji aku apa ngehina aku sih? Kok paket komplit gitu?"

"Sudah.. sudah.. Sini Ial sarapan bareng Mama Papa." Ujar papaku melerai.

Setelah selesai sarapan aku pun berpamitan dengan kedua orang tuaku.

"Ma Pa, Ial berangkat dulu ya." Kataku seraya mencium pipi kedua orang tuaku bergantian.

"Gak bareng sama Papa aja?" Ucap papa setelah aku mencium pipinya.

"Papa lupa ya sama syaratku kemarin. Aku gak mau dibilang kerja di kantor seenaknya dan cuma karena jabatan papa aja." Yaps papaku adalah CEO sekaligus owner PT.Agler Jaya. Beliau merintis kantor ini dari bawah, saat itu ia bukanlah orang kaya atau berpendidikan tinggi. Tetapi, kegigihannya membuat perusahaan itu kini menjadi salah satu perusahaan terbesar di jakarta.

Aku mengendarai mobilku di tengah padatnya jalanan pagi hari. Benar kata orang, 'orang jakarta itu tua di jalan' kurasa aku sekarang merasakannya. Aku terjebak macet hampir satu jam. Sial. Umpatku merutuki diriku sendiri. Seharusnya aku tadi memilih untuk mengendarai busway saja.

Karena macet parah, aku sampai di kantor pukul 08.30 terlambat satu setengah jam.

"Hhhhhh..." aku menghela napasku pasrah. Pasti aku akan dicap sebagai pekerja yang hanya mengandalkan jabatan ayahnya. Apalagi aku menyandang nama 'Agler'. Matilah aku.

Saat aku memasuki lobby semua mata memandangku sinis. Hahhh.. hari yang melelahkan ini kumulai dengan senyuman semanis madu. Meskipun jarang yang membalasnya.

Yups.. akhirnya part 1 kelar juga. Belum ada konflik apa-apa sih. Baru perkenalan aja. Hehehe. Maafkan aku kalau ceritanya jelek. Maklum baru pemula. Jangan lupa voment-nya ya

(For your info: foto di mulmed itu foto aku di kota tempat tinggalku, Pacitan)

Penantian Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang