"Halo, namaku- Ah... Jangan, jangan..." Aku menggelengkan kepalaku, 'terlalu akrab!' batinku.
"Halo, nama saya... Argh! Bukan!" Aku menghela nafas.
Terakhir kali.
"Halo, saya-"
"Kiyan!!" seketika, suara kencang menyambar, memotong kalimatku.
"A-ah!" aku melompat, terkaget dengan teriakan itu. Aku memegang dadaku sambil menggigit bibirku, 'S-sial! S-siapa?!' aku berteriak dalam batin. Aku paling tidak suka dengan teriakan yang mengagetkan. Apalagi dari-
"Kiyan! Sarapan!"
Ha... Meiko, adik perempuanku...
"Mei... Jangan teriak, berisik!" ucapku dengan ketus.
Dan aku bisa melihat Mei hanya tersenyum padaku, "Lagian daritadi kakak sibuk sendiri..." ujarnya.
Hah? "Sibuk sendiri?" apa maksudnya?
Gadis itu tertawa, "Aku bisa dengar suara kakak dari bawah!" katanya tanpa ada tanda untuk menghentikan tawanya.
Pipiku memerah akan perkataannya. "D-diam..!" aku mencoba untuk memarahinya tanpa hasil.
Adikku yang menyebalkan itu hanya menyeringai, "Aku tunggu kakak di bawah ya~" katanya dengan girang. Aku, yang tentunya masih malu, mengangguk tanpa menjawabnya.
Dan sebelum Meiko benar-benar keluar, dia melihatku lagi, "Oh, Kiyan?" panggilnya.
"Apa lagi!?"
"Yang bagus 'Selamat sore, nama saya Kiyan, senang bertemu dengan anda' kak!" katanya sekali lagi sambil tertawa, melangkahkan kakinya keluar dari kamarku.
...
'Dasar adik yang menyebalkan..!' ucapku dalam hati.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Meiko sempat bingung saat aku berkata aku sudah akan berangkat, "Bukannya kuliah masih lama?" tanyanya dengan heran.
Aku tersenyum, "Ekskul" ujarku dengan singkat.
Gadis sekolah menengah itu menjawabku dengan sebuah anggukan, "Hati-hati, kak!" ia membalas dengan sebuah senyuman pula.
Aku melangkahkan kakiku menuju pintu. Hari ini Mei sekolah, tetapi masih ada beberapa puluh menit lagi sebelum dia berangkat. Biasanya, dia yang akan pergi dari rumah lebih dulu. Baru saja aku akan membuka pintu sebelum aku teringat akan sesuatu hal.
Ah, hampir lupa.
"Jangan lupa kunci pintu dan-"
"Letakkan di dalam kotak surat, yaa, yaa!" jawab gadis itu sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku. Aku menghela nafasku, "Aku berangkat" ucapku sekali lagi sebelum pergi.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Namaku Kiyan. Amatsuki Kiyan.
Aku baru saja pindah ke Jepang setelah mendapatkan beasiswa di salah satu kampus terbaik di sana. Aku berasal dari Indonesia, Negara tropis di bagian tenggara Asia. Dan Negara kebangsaan Okaasan-ku. Aku mempunyai seorang adik bernama Meiko yang sudah tinggal di Jepang sejak kecil. Kita hidup terpisah sejak lama. Hal ini dikarenakan Okaasan dan Otousan bercerai saat kita masih kecil dan memutuskan untuk hidup terpisah, di Negara kelahiran mereka. Otousan merupakan orang Jepang asli dan ia mendapatkan hak asuh Mei, sedangkan Okaasan yang berasal dari Indonesia mendapat hak asuhku. Hidupku di Indonesia cukup menyenangkan. Pelajaran yang ada tentunya tidak sesusah pelajaran yang ada di Jepang. Tetapi untungnya, masa-masa kuliah di Jepang ini tidak seberat masa kuliah di Indonesia, sesuatu yang menguntungkan. Saat aku masih berada di Indonesia, tepatnya Jakarta, aku menjadi murid panutan di sekolah. Walaupun aku tidak mempunyai banyak teman... Yeah, well, mungkin aku termasuk orang yang tidak suka berbicara pada saat itu. Yang kulakukan di kelas hanyalah belajar dan belajar...atau tidur. A-ah, tetapi sekarang aku sudah mulai membuka diri kepada orang lain dan menyisihkan waktu untuk bermain, bukannya hanya belajar dan berdiam sendiri.
YOU ARE READING
Muslihat
Random"Di saat semuanya berjalan begitu mulus dan mendekati kesempurnaan, suatu hal dengan mudah dapat mengancurkannya..." Amatsuki Kiyan baru saja pindah keJepang untuk menjalankan kuliahnya di Universitas ternama di sana. Dan hidupnya berjalan dengan in...