Analogi Cinta

43 2 0
                                    

Semua orang selalu merasa terluka ketika kejadian buruk menimpa tanpa ada alasan yang jelas. Marah ketika semua tidak berjalan sesuai rencana, saat kita terluka dan marah rasanya semua jalan keluar sudah tidak ada lagi, seolah Tuhan tidak pernah berpihak pada kita. Menyalahkan semua yang bisa disalahkan, membenarkan argumen yang menyelamatkan kita padahal sebenarnya kitalah yang melakukan kesalahan. Kita marah dan kecewa karena merasa ingin dicinta sebanyak yang kita butuhkan, perhatian sebanyak yang kita inginkan. Tapi, yang datang tak sebanyak yang kita butuhkan. Tak ada yang bisa menebak sebanyak apa cinta yang sudah kita terima.

Terkadang kita tidak sadar bahwa cinta yang kita terima lebih banyak dari yang kita butuhkan. Kita mencinta dan berharap dicinta ketika kita sudah melakukan sebuah kepamrihan yang membuat kita tidak akan puas dengan cinta yang sudah ada atau yang akan datang. Ketika kita pamrih, maka kita akan mengukur sebanyak apa cinta yang kita terima, apakah lebih banyak dari cinta yang kita berikan? Atau sama dengan yang kita berikan? Atau bahkan kurang dari yang kita berikan?. Menghitung rasa cinta yang diberikan oleh orang-orang terdekat kita.

Ketika kita telah menghitung dan ternyata cinta yang didapat itu tak sebanyak yang diberikan maka kita akan marah, kesal dan kecewa dan berakhir dengan rasa benci. Mulai resah dan akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang berawalan "mengapa?", "ada apa?".

Anggaplah cinta itu cahaya atau sinar putih, jangan pernah mengira atau berharap cahaya itu memantul dengan prinsip pantulan. Misalnya "jika kamu melempar bola dan memantul maka bola itu akan kembali padamu" atau prinsip "jika kamu berkaca maka yang terlihat adalah dirimu". Jadikanlah cinta atau cahaya itu membias, dengan prinsip "cahaya putih jika dibiaskan akan berubah menjadi warna pelangi".

Cinta yang tulus itu putih dan suci, pembiasan dari cinta adalah hidup yang berwarna, air mata dan tawa yang bercampur aduk. Karena dari biasan cinta itulah yang membuat manusia menjadi manusia perasa dan dapat merasakan indahnya dunia yang diciptakan Tuhan. Manusia yang menghargai hatinya sebagai pusat dari semua cinta, manusia yang mengerti salah dan benar dan manusia yang mampu memberi cinta dan menerima cinta.

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang