The innocent girl

139 5 0
                                    

Namaku Nat. Aku adalah seorang pelayan di sebuah cafe kecil yang terletak di Arizona, Amerika. Seharusnya aku masih bersekolah, namun aku berhenti karena faktor ekonomi keluargaku. Hari ini aku mendapat shift malam untuk bekerja karena cafe ini buka 24 jam. Teman satu shiftku izin kalau ia akan datang terlambat karena ada keperluan. "Huh membosankan, harus bekerja sendirian di tengah malam" gerutuku. Aku duduk sendirian di balik mesin kasir, berharap ada seseorang yang akan datang ke cafe. "Siapa yang ingin datang memesan makanan di jam 2 pagi seperti ini" pikirku. Karena memang daerah tempat ku bekerja bukanlah daerah kota besar. Aku sendiri bingung mengapa pemilik cafe ini memutuskan untuk buka 24 jam.

Klining! Klining!

Aku menatap pintu yang terbuka, seorang lelaki masuk ke dalam cafe. Wajahnya terlihat sudah berumur namun tampan. "Selamat datang" ucapku. Ia menghampiri meja kasir. "Selamat malam, dengan saya Nat, ingin pesan apa?" kataku kepada lelaki itu. Ia melihat buku menu. Setelah cukup lama memilih, ia mengatakan "Black velvet cake dan Hot milk" dengan nada berat, suara khas seorang lelaki dewasa. Aku tertegun, bagaimana tidak? Seorang lelaki yang sudah berumur memesan sepotong kue dan susu, sungguh imut hahaha. "Black velvet cake dan hot milk" aku mengulang pesanannya "totalnya 6$". Lelaki itu menyodorkan uang pas dan berjalan menuju kursi di sudut ruangan untuk duduk. Aku segera mengambil pesanannya dan meletakkan pesanan tersebut di mejanya. "ini pesanannya, tuan. Silakan dinikmati."

Lelaki itu memakan makanannya perlahan. Terlihat seperti lelaki elegan yang berpendidikan tinggi. Aku kembali ke belakang mesin kasir, duduk dengan santai. Sesaat kemudian lelaki itu bertanya kepadaku "kau sendirian?", seketika aku meoleh dan menatap ke arahnya, aku hanya mengangguk. "berhati-hatilah. Walaupun di sini hanya kota kecil dan kudengar tidak banyak orang yang iseng, namun kau tetap harus waspada" katanya memperingatkan. Aku sedikit terkejut dengan ucapannya, dan entah mengapa aku merasa sedikit takut. Namun aku berusaha mengenyahkan pikiran buruk itu dan menanggapi ucapannya dengan anggukan "ya, terima kasih tuan".

Sesekali aku menoleh ke arah lelaki itu. Lama sekali makannya. Karena bosan aku merasa sangat mengantuk, kupikir tidak akan ada pelanggan lagi dan kalaupun ada bel pintu akan berbunyi, jadi aku memutuskan untuk memejamkan mata sejenak.

Klining! Klining!

Aku terbangun mendengar suara bel pintu cafe, aku segera berdiri dan berkata "selamat datang" namun tidak ada siapapun disana, mungkin hanya angin. Aku melihat ke arah jam dinding digital di atas pintu masuk, ahh sudah pukul 02.57 A.M. Aku kembali duduk dan menlirik ke arah satu-satunya pelanggan yang ada dan mendapati bahwa lelaki itu belum juga menghabiskan pesanannya, lama sekali. Padahal ia hanya memesan sepotong kue dan susu. "Apakah ia butuh sesuatu?" pikirku. Aku segera menghampirinya, kulihat kue pesanannya hanya ia nikmati setengah saja.

"permisi tuan, apakah ada yang salah dengan makanannya? apakah kue dan susu itu tidak enak?" tanyaku

"Ah tidak. Ini sangat lezat, benar-benar kue dan hotmilk terlezat yang pernah saya cicipi" ucapnya ramah "tapi sepertinya aku agak kesulitan memotong kue ini dengan garpu, bisakah saya meminta yang lainnya? seperti pisau kecil."

"Tentu saja tuan. Tunggu sebentar" aku segera mengambil pisau kecil di dapur dan memberikan pada lelaki itu. Ia berterima kasih dan tersenyum ramah, menunjukkan barisan giginya yang rapi. Aku membalas senyumannya, memutar balik badan untuk kembali ke tampatku.

KLONTANG

Aku kembali berbalik dan ternyata lelaki tersebut menjatuhkan garpunya. Ia memintaku untuk mengambilnya. Aku segera menghampiri dan berjongkok untuk mengambil garpu tersebut. Namun kemudian ... CRAK!! Ada sesuatu yang menetes. DARAH! aku melihat darah mengalir perlahan. Aku tersentak dan berdiri melihat apa yang terjadi. Lelaki itu berdiri tepat di hadapanku. Wajahnya berubah, tidak setampan dan seramah sebelumnya. Apa ini!? Aku merasakan sakit di punggungku dan merabanya. Aku mendapatkan pisau kecil yang menancap di sana! Karena panik aku segera lari menjauhi lelaki itu. Ia menunjukkan wajah yang benar-benar menyeramkan. Aku berlari ke arah pintu, berusaha untuk keluar, namun tenyata pintunya terkunci. Seingatku, aku tidak mengunci pintu itu. Kemudian aku berlari ke dapur, mencari pintu keluar lewat belakang. Lelaki itu mengikutiku. Hah sial! Sebenarnya siapa dia?! Aku sangat panik, kakiku gemetar hebat dan punggungku terasa semakin nyeri. Lelaki itu semakin mendekat. Aku memutuskan bersembunyi di dalam lemari penyimpanan makanan. Ah! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Sial, sungguh sial! Pikiranku kacau. Oh ya aku ingat ponselku ada di saku. Aku harus menghubungi polisi!

Aku menekan nomor 119. Polisi berkata bahwa mereka akan datang dalam waktu 10 menit. Ah yang benar saja, apapun bisa terjadi dalam waktu 10 menit. Benar-benar hari yang buruk. Sekarang aku harus mencari cara untuk menghindari lelaki gila itu. Aku mengintip keluar, kosong, lelaki tadi tidak ada di dapur. Ini kesempatanku untuk keluar dari lemari penyimpanan yang cukup besar ini. Aku melangkahkan kakiku dengan perlahan dan mengintip dari arah dapur untuk memastikan di mana lelaki itu berada. Ternyata ia juga tidak ada di luar. Aneh, tapi biarlah aku bisa kabur sekarang. Aku melangkahkan kaki dengan cepat, namun punggungku terasa sangat sakit dan darah yang keluar semakin banyak. Tetapi aku tidak bisa mencabut pisaunya karena tertancap dengan baik di sana. Aku menuju meja belakang mesin kasir, mencari kunci pintu depan cafe, namun sial aku tidak menemukannya. Di mana benda itu? Mengapa sulit ditemukan di saat seperti ini.

TRAK

Aku terkesiap dan melihat dari arah kaca pembatas, lelaki itu keluar dari lemari penyimpanan makanan, dan ia memegang sebuah kotak. Bagaimana bisa ia ada di sana? pikirku panik. Aku benar-benar ketakutan setengah mati, aku ingat kalau kotak itu adalah kotak penyimpanan pisau-pisau kecil. Kepalaku sakit membayangkan hal yang buruk, aku berlari keluar dari meja kasir dan menggoyang-goyangkan pintu berharap pintu tersebut akan terbuka. TAP TAP TAP TAP. Sial! Aku menoleh ke belakang, lelaki itu berdiri tidak jauh di belakangku. Tubuhku membeku, kakiku terasa berat. Aku mundur perlahan, beberapa langkah hingga mencapai tembok. Ah benar-benar sial, aku sudah terpojokkan! Aku tidak bisa berbuat apa-apa, lelaki itu mendekat dan terus semakin dekat. Kakiku semakin lemas, kemudian aku jatuh terduduk. Aku menutupi kepala ku dengan kedua tanganku. Aku menangis merasakan lelaki itu semakin mendekat, bahkan aku bisa merasakan deru napas dan seringaiannya.

"NAT ! NAT! HEI NAAAT!"
BRAK BRAK BRAK

Aku seperti mendengar suara seseorang yang ku kenal. Aku mengangkat kepala dan melihat lelaki tua itu sudah tidak ada. Aku menghembuskan nafas panjang kemudian menoleh kearah pintu, ternyata yang memanggilku itu adalah Joe, teman satu shiftku. Akhirnya ia datang, aku sangat bersyukur dan segera berdiri menghampiri Joe, namun kami terhalang oleh pintu kaca. "J..J..Joe akhirnya.. ka..u.. datang.. Cepat tolong aku!!" aku menangis keras. Joe membuka pintu dengan kunci yang ia bawa dan ia langsung memelukku. Ia terlihat sangat terkejut dan khawatir melihat pisau yang menancap di punggungku. "Hei, ada apa Nat? Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?" tanya joe dengan nada cemas. Namun belum sempat aku menjawab, polisi datang dan mengecek keadaan di dalam cafe dan aku segera di bawa ke rumah sakit.

Entah apa yang terjadi setelah itu, mungkin aku tertidur dan saat terbangun aku sudah berada di ruangan rumah sakit. "Pelakunya berhasil kabur, tapi aku menemukan bukti sidik jarinya!" samar-samar aku mendengar suara orang sedang berbicara di dekatku, sepertinya para polisi dan mungkin dengan Joe. Tapi apa maksudnya itu?! Jadi pelakunya belum tertangkap? Oh tuhan.

"Benarkah? siapa dia?" terdengar suara Joe, sepertinya polisi-polisi itu sudah menjelaskan secara singkat kronologi kejadian yang aku alami. "Seorang buronan, dia adalah psikopat yang sampai sekarang belum tertangkap". "apa kau yakin si orang gila itu pelakunya?" ucap suara polisi lainnya. "aku sangat yakin, sidik jari itu benar-benar miliknya"."tidak mungkin. Maksudku, psikopat itu! kau bilang ia belum tertangkap. Lalu, mayat siapa yang komandan bawa kemarin malam?!" terdengar nada bingung pada ucapan polisi itu. "Ah! kau benar, tapi sidik jari itu benar-benar miliknya, aku yakin"

Aku ketakutan mendengarnya. Kepalaku sakit. Saat aku masih terbaring di kasurku, pelaku itu kemungkinan masih bebas berkeliaran. Tetapi memikirkan apa yang dikatakan oleh polisi dan hal yang telah terjadi padaku semalam. Apakah itu mungkin?! Lelaki gila itu hantu? Tapi sebagian diriku menolak mengakuinya. Karena sekarang aku melihat ada sosok lelaki itu berdiri tepat di depan pintu kamarku. Ia menatapku tajam dengan seringaiannya yang mengerikan. Aku yakin dia lelaki gila itu karena aku tak bisa melupakan bagaimana wajah dan seringai yang menerorku malam ini. Mungkinkah, seorang psikopat yang sudah mati masih bisa membunuh seseorang?!

Story by : Aell27

Cafe malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang